Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

BISA MELAWAN PIKUN? – Ngobrol

Purnomo's picture

                  Senin sore 14 September 2015 aku berencana ke persekutuan bulanan Sola Fide di gereja. Persekutuan ini diselenggarakan oleh Komisi Usia Lanjut berisi ceramah yang dikhususkan untuk anggota gereja berusia 50 tahun ke atas. Berulang kali aku mendapat undangan tetapi aku tak pernah hadir. Hari ini persekutuan itu mengadakan ceramah "BAGAIMANA MENCEGAH KEPIKUNAN?" dengan nara sumber kepala rumah sakit Kristen. Aku bawa flashdisk, jadi kalau nanti kurang jelas semoga boleh mengopas materi ceramahnya.


                  Ternyata di jalan aku harus berbelok ke RS Elizabeth karena ada famili yang mendadak masuk UGD. Karena itu terlambat sampai di gereja. Aku menulis di daftar hadir tetapi tidak masuk ke kelas, takut diteriaki orang-orang yang akrab denganku "wis tumben tur gak sopan pake nelat." Jadi aku nongkrong di bawah pohon kelengkeng ngobrol sama mereka yang ada di situ.

                  NGOBROL, mungkin satu di antara cara-cara mencegah kepikunan asalkan kita TIDAK MALU untuk mengakui lupa dan minta teman bicara memberi informasi yang lebih rinci. Sulitnya adalah mengakui diri sudah pelupa atau mulai pikun. Bukan karena kuatir direndahkan, tetapi – seperti kadang aku rasakan – sedih dan frustasi mengetahui fungsi otak sudah menurun. Karena itu aku tidak mengherani melihat mereka yang sudah lanjut usia jika berkomunikasi lebih sering ‘ngeyel’, kekeh, dan menolak dikoreksi. Aku tidak malu bila disapa seseorang kemudian bertanya, “Maaf, aku sudah pikun, aku lupa nama Anda, bisa memberitahu nama Anda?”

                  Padahal dengan bantuan teman ngobrol, mereka bisa membantu kita membuka jendela-jendela ruang pikir kita yang tertutup. Jika jendela itu sudah terbuka, kita akan tertuntun menapaki masa lalu selangkah demi selangkah dan itu mengembalikan ‘dunia’ kita yang dulu, yang tidak sesepi sekarang bila semua ‘jendela’ tertutup.




                  Contohnya waktu aku selesai menulis ulang lagu "Awan Putih", sehari kemudian ada melodi mengalun di benakku. Aku ingat itu lagu yang aku ajarkan di sebuah Sekolah Minggu di Jakarta di tahun 1985-an. Anak-anak kelasku ada beberapa yang berangkat tidur malam sebelum kedua orang tuanya kembali dari kerja dan mereka takut di kamar sendirian. Lagu itu aku suruh mereka nyanyikan sebelum doa malam. Tadi aku coba mengingat liriknya. Sulit sekali. Aku paksa, hanya dapat bait pertama. Lalu bait kedua dan ketiga aku karang kembali.

                  Aku aplot lagu itu di pesbuk grup gerejaku dan minta ketua pengurus rumah lansia MM Salatiga mencetaknya untuk diberikan kepada Oma Etik. Beberapa hari kemudian dia mengaplot gambar Oma Etik sedang membaca catatan lagu itu. Semoga melalui lagu itu sebuah ‘jendela’ telah terbuka baginya.

                  Begitu juga SABDA Space bagiku. Kadang aku kembali menengok situs ini, membaca beberapa artikel lama untuk menjaga agar ‘jendela’ di ruang memoriku tetap terbuka kepada beberapa penulis di sini dengan ide-idenya yang unik. Tidak terkecuali ‘hai hai’ penyesat nomor satu yang beberapa bulan yang lalu bergegas datang ke kotaku ketika mendengar ibuku meninggal. Jesusfreaks yang pertama kali bertatap muka dengannya beberapa bulan yang lalu ketika dia datang ke kotaku dan menitipkan sumbangan untuk sebuah panti asuhan. Purnawan Kristanto yang 2 tahun yang lalu memandu rombongan mantan blogger SS blusukan di selatan Wonosari Jogja dalam rangka mempersiapkan santunan beasiswa untuk anak-anak Gunung Kidul. Sayang sebulan yang lalu ketika Samuel blogger SS Semarang yang punya rumah singgah menikah aku tak bisa hadir sehingga tidak bisa ngobrol dengan Priska penulis yang menuai hit tinggi dengan blognya “Aku sudah tidak perawan”. Dengan Mujizat beberapa tahun yang lalu aku pernah ngobrol di malam hari di bawah tower air di alun-alun Magelang. Dengan Tante Paku – blogger produktif dan inovatif – aku pernah tidur sekamar di hotel Kledung Pass; akan aku cari dia kalau nanti aku ke Solo.



Purnomo's picture

Jesusfreaks: Priska ngomongi kamu

aku link blog ini ke grup mantan blogger SS dan Priska berkomentar demikian (aku copas apa adanya): -

Klewer memang memori indah yg tak lekang oleh waktu.


Koh hai hai blogger pertama SS yg kutemui. Dan saat ketemu pertama, langsung keliling jakarta-bekasi-bogor sejauh 424km di hari pertama. Krn ada tragedi ketinggalan pesawat, jadilah sekamar berdua dengan anaknya di hari kedua.
Tentunya koh hai blogger non orang dalam SS. Krn sepertias upil Ari Thok, sudah kenal dari jaman masih maen mirc.

Ce Yenti, dennis, billy joe, koh hai (lagi) yg jd partner pertamaku masuk inul vista di mall TA. Karaokean hingga hampir jam 4 pagi.

Mbak iik j yg bikin aq kaget saat aq tau identitas "asli"nya.

Pak dosen Wijayanto Dipuro yg membuat shock saat ketemu pertama di rumah singgah Samuel. Ternyataaa....

Ce Joli yg sempat bingung saat anaknya mau ke china.

Clara Anita dan erick yg selalu membuatku terpesona dengan puisi2 indah mereka di klewer. Kapan bisa baca lagi ya?

Koh SF yg bikin aq bingung utk memahami tulisannya. Suerrrr....

Om Jesusfreaks yg selalu nyentrik dengan tulisannya yg tentunya jd ramai kalo udah ketemu di komen dgn ko hai n ko sf.

Mb Noni . . . . hmmm aq lupa tentang kesan di awal2. Tp keputusan kontroversialnya yg membuat decak kagum.

Pak Purnawan Kristanto yg dengan berani menghamili pendeta.

Tante Paku yg membuat ketoprakan blosas menarik utk dibaca di tengah2 hiruk pikuk para pedagang saling adu mulut.

Dan om Purnomo, orang SS pertama yg beri aku no hp n minta hub dia jika suatu saat nanti aku tdk bisa lanjut kuliah. Hehe... banyak waktu udah pengen aja sms om pur. Tp ternyata dengan bekerja lebih keras n berusaha lebih giat, selesai jg semuanya.

Jadi rindu pasar klewer yg lama. Saat obrolan di kotak ijo.