Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Viesnu's blog

Viesnu's picture

Sayang Kopi

Sayang, walaupun kulitmu coklat bagaikan kopi kering

Tetapi harummu bagaikan bunga kopi

Bibirmu merah bagaikan buah kopi matang

Matamu hitam bagaikan biji kopi siap giling

Alismu bagaikan gerombolan buah kopi

Lambaian tanganmu seperti ranting pohon kopi ditiup angin

Orang tuamu seperti semut rangrang yang lalu lalang..

Arrggghhh....

 

Viesnu's picture

Kenapa Begini Ah Masa Gituuu

Tanya: Kenapa digereja pake kursi kayu?

Jawab: Pake kursi kayu aja udah banyak yang tidur apa lagi pake sofa.

 

Tanya: Kenapa Majelis duduknya di depan sih?

Jawab: Udah disuruh duduk di depan aja masih ada yang tidur apa lagi duduk di belakang...

 

Tanya: Kenapa Pendeta kotbahnya dari atas mimbar?

Viesnu's picture

Grrr...

Aku terdiam
Dadaku naik turun dengan cepat.
Kusalurkan tenaga yang ta terkirakan
Kedalam kepalan

Aku diam
Mencoba mengalirkan hawa dingin
Bersama aliran darah

Hatiku panas
Darahku bergejolak

Hentikan
Hentikan
Jangan teruskan

Sudah
Sudah
Hentikan

Darah ini terlalu panas
Mengalir

Viesnu's picture

Pojok Warung

Orang - orang pada pake batik, dalam rangka penetapan batik sebagai warisan budaya dari indonesia oleh UNESCO.

Wah...nanti kalo koteka ditetapkan juga, nanti pada pake..?!?!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Selama Labaran telah memakan korban korban jiwa sekitar 500an orang pemudik .

Ini idul fitri apa idul kurban.

Viesnu's picture

RUMPUT BERBUNGA

Hari sabtu itu, setelah aku mengantarkan selimut yang dititipkan temanku sejak minggu kemarin, ke kantornya yang terletak di jalan Rasuna said yang juga menjadi rute pulang pergiku, selalu lebih sepi dibanding hari – hari kerja lainnya yang selalu macet.

Viesnu's picture

BAHASAMU

 

Aduh papa aku bilang jangan ciumi aku terusss…

Sana jauhkan bibirmu dari pipiku…..

Viesnu's picture

REMPEYEK KACANG

Ah rempeyek

Mengapa setiap kali aku memakan mu

Kau selalu membawa ku terbang ke masa lalu

Saat mamak membuat mu untuk mencukupi kebutuhan kami

 

Ah rempeyek

Tiap biji kacang kering yang ku kunyah memberikan sensasi masa kecil

Suara kriuk - kriuk dalam mulut pun masih tetap sama