Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

IBU SAYA HILANG

Purnomo's picture

              Sewaktu memulai penyantunan siswa sebuah SD Swasta, saya meminta daftar siswa yang layak disantuni dari kepsek. Kemudian saya berkeliling mengunjungi alamat-alamat itu untuk mengetahui apakah saya dan Kepseknya sudah sama persepsi untuk kriteria "layak disantuni". Ada yang hanya saya lewati saja karena melihat bentuk rumah dan lingkungannya saja sudah pasti masuk kriteria. Tetapi ada juga yang saya kunjungi rumahnya.

               Beberapa hari kemudian saya kembali menghadap Kepsek.

 


            "Bu, saya sudah ke alamat Mita yang catatan Ibu mengatakan sudah 2 tahun belum bayar spp. Rumahnya terkunci, kata tetangga Mita ada di dalam sendirian, jadi saya tidak berani menemuinya. Cerita tetangganya ibunya diceraikan oleh ayahnya. Rumahnya bagus walau di kampung kecil."

             "Itu rumah saudara ayahnya. Sejak Mita kecil mereka sekeluarga menumpang di situ. Ibu Mita tidak diceraikan oleh suaminya. Suatu ketika Mita tidak masuk sekolah sampai seminggu sehingga saya ke rumahnya. Cerita pamannya, mereka sekeluarga sudah pindah dan dia tidak tahu pindah ke mana. Hampir 5 bulan kemudian Mita muncul di kantor saya. Sambil menangis dia bercerita ibunya suatu hari menghilang dari rumah. Lalu dia diajak ayahnya pergi dari kota ke kota mencari ibunya. Mereka tidur sedapatnya tempat, di mesjid, di setasiun kereta, di emper toko. Sekarang mereka kembali lagi ke rumah pamannya itu. Ayahnya tidak menyuruh Mita masuk sekolah karena tidak punya uang. Buku-buku sekolah sudah hilang, juga pakaian seragam sekolah dan sepatunya. Mita berjalan kaki bersandal jepit datang ke sekolah menemui saya atas inisiatif sendiri. Dia ingin sekolah lagi, tetapi tak punya apa-apa. Saya carikan buku-buku, sisa persediaan pakaian seragam dan membelikan dia sepatu biar dia bisa ke sekolah lagi. Waktu spp tidak dibayar, saya tidak berani memanggil ayahnya karena kuatir kalau ayahnya marah malah nanti dia tidak boleh sekolah. Jadi, apa dia bisa ikut disantuni, pak?"

 

              Saya berpikir sebentar, kemudian -
            "Apa Ibu bisa memutihkan hutang spp-nya selama 2 tahun itu?"
            "Bisa. Nanti saya jelaskan ke yayasan."


            "Ibu panggil ayah Mita. SPP 100 ribu. Kami bisa menyantuni 60 ribu dengan syarat dia mau membayar sisanya, 40 ribu."

              Belum seminggu Ibu Kepsek menelepon saya. "Ayah Mita setuju, pak."

               Sudah 2 tahun Mita kami santuni. Tahun ini dia kelas 6, karena itu bulan Juni saya akan ke rumahnya menanyakan kelanjutan sekolah Mita.


** Semarang, 28.05.2016