Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Jatuh Cinta Lagi

Kendrick Sumolang's picture

“Shallom Bro, gimana pelayanan hari ini?” begitu sms yang masuk dari sahabat baikku. Kami memang biasa sharing bagaimana pelayanan kami sepanjang hari Minggu ini. “Semuanya berjalan dengan baik, bro. Semuanya tampak baik-baik saja. Tapi gue gak mau seperti ini terus. Gue kehilangan passion. Gue mau dapatkan kembali gairah cinta itu,” jawabku.

 

Lama terlibat di dalam dunia pelayanan, tidak berarti aku terus merasakan gairah cinta kepada Tuhan. Rutinitas pelayanan, pergumulan hidup yang semakin meningkat, dikejar-kejar berbagai kesibukan serta tuntutan di mana semuanya harus serba cepat, lambat laun membuat aku kehilangan waktu bersekutu bersama Tuhan. Waktu saat teduh itu undur perlahan-lahan, namun pasti. Kalau pun berdoa, aku menggunakan jurus kilat. Bahkan membaca Alkitab pun aku abaikan. Satu kalimat yang tepat untuk menggambarkan kondisi yang sedang aku alami: Aku sedang mengalami kekeringan rohani!

 

Namun dari luar, semuanya tampak baik-baik saja. Tidak ada seorang teman pun yang mungkin mengetahui bahwa sesungguhnya aku sedang mengalami “dehidrasi” rohani. Bahkan aku masih melayani. Sementara aku merasa terhilang. Semuanya pun berjalan cukup lama sampai aku merasa berada pada titik jenuh. Aku ingin bangkit kembali, namun terasa tak mampu. Aku coba untuk kembali, namun selalu gagal dan gagal lagi. Aku berdoa namun tidak merasakan “greget” seperti dulu lagi. Garing!!!

 

27 Mei 2007, aku melayani di dua tempat yang berbeda: pagi dan sore. Hamba Tuhan yang melayani pagi hari berbicara mengenai perlunya mengenal Tuhan secara pribadi melalui firman-Nya. Caranya? Ya baca Alkitab setiap pagi, setiap hari. Kalau tidak baca Alkitab, bagaimana bisa mengenal Tuhan secara pribadi? Malah yang ada, mengenal Tuhan dari pengalaman hidup orang lain.

 

Ya Tuhan, firman-Mu hari ini untukku. Sementara hamba Tuhan itu terus berkhotbah di atas mimbar, aku membuat sebuah perjanjian di dalam diriku—sementara aku duduk mendengarkannya. Mulai besok pagi aku akan membaca Alkitab dengan teratur kembali—dimulai dari Kitab Perjanjian Baru. Sebab ketika aku buka Matius fasal 1, aku langsung “berjumpa” dengan Yesus di sana.

 

Sore harinya aku melayani di kebaktian di tengah jemaat yang cukup besar. Semuanya berjalan dengan baik. Ketika hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan, pesan yang disampaikan adalah mengenai pentingnya membangun mezbah doa dan penyembahan. Mezbah disini diartikan sebagai membangung hubungan pribadi dengan Tuhan. “Mungkin sementara kita melayani, tanpa kita sadari mezbah kita sedang runtuh.” Begitu salah satu kalimat yang meluncur dari mulut hamba Tuhan tersebut. Ya, Tuhan… itu untukku!” kataku di dalam hati. Firman yang disampaikan sore menjelang malam itu begitu menempelakku. Seperti ada yang mendidih di hatiku. Rohku bangkit! Mulai besok pagi aku akan bangun pukul 05.00 lagi – supaya tidak kesiangan aku setel alarm HP – dan kembali membangun mezbahku yang sudah runtuh. Aku kembali membuat perjanjian yang kedua dengan diriku sendiri.

 

Sementara di perjalanan menuju pulang ke rumah, aku merenung. Merenung khotbah kedua hamba Tuhan yang berbeda, namun pesannya sama. Aku mendapati bahwa Tuhan melihat kondisiku yang perlu ditolong sehingga Ia harus memberitahukan aku lewat dua hamba Tuhan sekaligus melalui firman-Nya. Entah kenapa, hari itu seperti menjadi hari yang penting buatku. Seperti hari di mana aku mengalami “titik balik” kembali di dalam perjalanan hidupku.

 

28 Mei 2007 adalah hari dimana aku membangun kembali mezbahku. Aku bangun pukul 05.00 pagi untuk berjumpa dengan Bapa di dalam doa, penyembahan dan perenungan firman sebelum aku menemui orang lain dan memulai segala aktifitasku. Secara daging berat memang. Namun aku harus mengalahkan rasa kantukku. Aku berdoa dengan suara yang sedikit keras sembari melawan rasa yang ingin membawa aku kembali ke pelukan bantal guling. Kemudian aku mulai membuka Matius fasal 1 dan membacanya perlahan-lahan sampai ke beberapa fasal berikutnya. Tanpa aku sadari – ketika aku membacanya dengan seksama – aku mulai mendapatkan pewahyuan dan rhema kekayaan firman Tuhan yang luar biasa yang terkandung di dalamnya. Aku “berjumpa” dengan Yesus melalui firman-Nya.

 

Sejak di mana hari aku bertekad untuk membangun hubunganku kembali dengan Bapa, aku dapat kembali merasakan gairah cinta itu. Aku dapat merasakan kasih-Nya yang tercurah pada pagi hari. Meskipun tekadku untuk membangun mezbah tidak selalu berjalan mulus – ada beberapa hari di mana aku bangun rada kesiangan – tetapi aku dapat merasakan gairah itu tetap ada di sana.

 Aku masih harus menghadapi berbagai pergumulan dan tantangan hidup, namun aku dapat merasakan pertolongan Tuhan di sana, karena aku meminta-Nya menolong aku melewati semuanya pada waktu saat teduh pagi tadi. Ketika menghadapi pergumulan, aku memandangnya dengan cara yang berbeda. Pada saat-saat tertentu aku kadang hampir putus asa, tapi aku tidak menyerah. Karena aku tahu Dia besertaku sepanjang hari. Dia Bapaku dan aku anak-Nya. Tangan-Nya selalu tersedia bagiku. “Bapa, aku telah tertangkap oleh cinta-Mu kembali. Aku tidak mau menggantikannya dengan yang lain. Karena itu terlalu berharga bagiku”