Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Manakah yang lebih penting bagi pemimpin: IQ, EQ, SQ, AQ, atau xQ?

victorc's picture
Shalom,

Malam ini saya ingin berbagi renungan sedikit tentang berbagai paradigma tentang kecerdasan yang dianggap dapat menentukan keberhasilan seorang pemimpin. Dulu dianggap bahwa kecerdasan logikalah yang paling menentukan keberhasilan seorang muda sebagai pemimpin di masa depannya. Tapi kini mulai ada pergeseran pemikiran. Berikut adalah rangkuman saya, dengan harapan akan dapat memicu diskusi lebih lanjut khususnya untuk konteks Indonesia.

A. IQ
Dulu dianggap bahwa skor IQ merupakan salah satu indikator yang baik akan peluang keberhasilan seorang muda dalam karirnya sebagai pemimpin. Kalau tidak keliru skor ini dikembangkan menurut kebutuhan kala itu untuk merekrut orang-orang muda dalam kemiliteran. Dan sampai sekarang dianggap merupakan salah satu indikator penting, meskipun bukan lagi indikator satusatunya.

B. EQ (Emotional Quotient)
Sejak Daniel Goleman menulis bukunya yanh berjudul Emotional Intelligence, maka EQ telah menjadi tolok ukur baru untuk menilai bagaimana seorang pemimpin dapat berhasil untuk mengembangkan diri dan bawahannya di tengah-tengah dunia yang makin kompetitif. Inti dari EQ adalah ketrampilan sosial dan ketrampilan emosional atau mungkin kerap disebut sebagai soft skill. Menurut riset Goleman, soft skill tersebut lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin ketimbang hanya kecerdasan logika saja.

C. SQ
SQ atau kecerdasan spiritual kalau tidak salah dicetuskan oleh Ary Ginandjar untuk melengkapi tolok ukur IQ dan EQ. Menurutnya, dengan adanya SQ maka energi dari seorang pemimpin dapat dilipatgandakan.

D. AQ (Adversity Quotient)
Saya agak lupa siapa yang pertama kali mencetuskan gagasan kecerdasan adversity ini, tapi yang jelas adversity berarti kesulitan. Jadi intinya adalah bagaimana seorang pemimpin dapat menghadapi berbagai kesulitan dan tantangan yang terjadi itulah yang akan menentukan kematangannya sebagai seorang pemimpin. Jadi semakin baik seorang pemimpin mengembangkan diri dalam menghadapi kesulitan, maka semakin ia trampil mengemudikan organisasinya di tengah badai.

E. xQ
xQ merupakan singkatan dari Execution Quotient, berarti kecerdasan pelaksanaan. Kalau tidak salah konsep ini dikembangkan oleh Franklin Covey dengan bapaknya, Stephen Covey. Lihat misalnya ref. [1]. Sejauh yang saya bisa pahami, inti gagasannya adalah seorang pemimpin yang baik harus bisa mengembangkan ketrampilan tidak saja dalam hal visi tapi justru sampai menerapkan visi tersebut menjadi suatu tindakan yang jelas di lapangan, itulah yang seringkali membedakan antara organisasi yang berhasil dan yang tidak. Jadi xQ mungkin akan berperan sangat penting di masa masa mendatang yang semakin tidak pasti.

Bagaimana dengan di Indonesia?
Kalau menilik beberapa perusahaan besar di Indonesia, sepertinya memang kemampuan melaksanakan suatu gagasan dengan baik semakin penting dirasakan. Apalagi kita semua sudah maklum bahwa banyak orang Indonesia yang hanya trampil dalam membua konsep, tapi ketika diterapkan di lapangan menjadi kacau balau. Ambil contoh pepatah klasik di Indonesia: "ganti menteri ganti peraturan, ganti presiden gangi kebijakan." Jadi seringkali visi yang besar tidak dapat dilaksanakan, dan kemudian mentok karena menteri atau presiden selanjutnya tidak melanjutkan visi tersebut. Saya alan memberikan dua contoh saja untuk melukiskan buruknya pelaksanaan berbagai hal di negeri ini:
1. Bongkar pasang jalan: ini merupakan hal yang sering terjadi di negeri ini, misalnya hari ini ada galian jalan untuk pasang kabel, terus bulan depan jalan yang sama dibongkar lagi untuk pasang pipa air minum, terus bulan depannya lagi dibongkar untuk kabel telpon dst. Bagaimana koordinasi antara instansi dapat dilakukan dengan baik? Itu juga bagian dari xQ.
2. Kurikulum 2014: meskipun kurikulum ini digembar-gemborkan bertujuan untuk meningkatkan kebudayaan Indonesia, gapi yang jelas tidak hanya murid yang bingung, para gurupun masih banyak yang bingung bagaimana sapat menjalankan kurikulum ini dengan baik. Saya bukan ahli pendidikan, tapi dari memberikan les kepada kemenakan saya, saya jadi tahu bahwa modul-modul yang diberikan agak kurang jelas. Sebagian pertanyaan tidak jelas jawabannya, dan sebagian lagi terlalu gampang. Mungkin kelemahan Kurikulum ini adalah terlalu cepat diluncurkan sebelum diuji dulu beberapa tahun. Tapi entahlah, mungkin para pembuat kebijakan punya alasan tersendiri.

Penutup
Lalu bagaimana dengan kita sendiri ? Sudahkah kita menerapkan dan menggabungkan berbagai jenis kecerdasan tersebut mulai dari IQ hingga xQ? Tentunya jawaban terbaik bukanlah memilih salah satu saja, tapi mengembangkan sekaligus berbagai kecerdasan itu dalam organisasi kita. Semoga bangsa ini akan bertumbuh ke arah yang lebih baik dengan memperhatikan perkembangan pemikiran tentang kecerdasan tersebut. Jika di antara pembaca ada yang ingin menyampaikan refleksi atau pendapatnya tentang konsep kecerdasan ini, silakan kirim email ke victorchristianto@gmail.com. Terimakasih.

Selamat malam

18 april 2015, pk. 23:23
VC

Ref.:
[1] Franklin Covey, The Execution Quotient white paper, Url: http://www.franklincoveyresearch.org/catalog/xQ_White_Paper_3.0.pdf
__________________

Dari seorang hamba Yesus Kristus (Lih. Lukas 17:10)

"we were born of the Light"

Prepare for the Second Coming of Jesus Christ:

http://bit.ly/ApocalypseTV

visit also:

http://sttsati.academia.edu/VChristianto


http://bit.ly/infobatique

wilefhas62's picture

@ viktorc : ini masalah moral

Victorc wrote :

1. Bongkar pasang jalan: ini merupakan hal yang sering terjadi di negeri ini, misalnya hari ini ada galian jalan untuk pasang kabel, terus bulan depan jalan yang sama dibongkar lagi untuk pasang pipa air minum, terus bulan depannya lagi dibongkar untuk kabel telpon dst. Bagaimana koordinasi antara instansi dapat dilakukan dengan baik? Itu juga bagian dari xQ.

 

saya punya penaglaman begini;

Tahun 90an diawal saya mulai bekerja (saya kebetulan bekerja di BUMN yang sering membongkar pasang jalan), saya ditugaskan atasan saya rapat Koordinasi di kantor Kota Madya (sebut saja Kota A).

Karena saya memiloki idelaiseme, saya mengusulkan agar ada koordinasi antara PEMDA (PU), PDAM, TELKOM, PLN dan instansi lainnya yang terkait dalam pemakaian jalan/ bahu jalan/ pinggir jalan untuk menempatkan infrastruktur. Pada saat itu saya usulkan agar semuanya dibawah koordinasi PEMDA.

 

semua peserta menertawakan saya, dan Walikotanya berkata pada saya :

Adek ini pegawai baru yg masih fresh ya?

Kalau kita bekerja sesuai dengan usulan adek ini, maka akan dikemanakan semua anggaran yang sdh dianggarkan di masing-masing Instansi.

DISAMPING ITU, BISA-BISA KITA NANTINYA TIDAK ADA KERJAAN

Jadi semua yang terjadi bukan karena kurangnya kemampuan, sesuai yang anda katakan, itu semuanya hannyalah teori yang "TEXT BOOK", dan teori itu adalah dagangan sipembuat Teori.

 

Pertanyaannya sebenarnya sederhana " apa yang kita cari dalam hidup?" atau "apa tujuan hidup kita?"

itulah yang menentukan bagaimana kita berperilaku

walaupun sudah tua, sampai saat ini saya masih menjadi tertawaan di tempat saya bekerja karena saya masih tetap pada pola pikir yang saya anut, dan tujaun  hidup saya sangat berbeda dengan hampir semua pegawai di tempat saya bekerja.

 

 

 

the blue's picture

@wilefhas62 - Salut buat Anda

Saya salut dengan sikap dan prinsip anda. Saya juga memiliki pengalaman yang hampir serupa bunyinya. Kebetulan saya dibagian QA yang ditugaskan untuk Proses HandOver kerjaan. Saya sendiri yang Kristen di antara mereka. Pekerjaan mereka tidak saya setujui dan tidak saya tanda tangan berkas PHO. mereka malah mengatakan "ini kan uang negara, bukan uang Bapak. udah jangan terlalu idealis". Akhirnya mereka (Kontraktor dan Konsultan) mencoba jalur lain sehingga dari Pihak Owner (Pemerintah) menurunkan Tim PHO yang lain. 

Meskipun semua dunia ini kita miliki, ketika kematian menjemput semua tinggal. 

 

__________________

KasihSetiaNyaKekalSelamanya

the blue's picture

@wilefhas62 - Salut buat Anda

Saya salut dengan sikap dan prinsip anda. Saya juga memiliki pengalaman yang hampir serupa bunyinya. Kebetulan saya dibagian QA yang ditugaskan untuk Proses HandOver kerjaan. Saya sendiri yang Kristen di antara mereka. Pekerjaan mereka tidak saya setujui dan tidak saya tanda tangan berkas PHO. mereka malah mengatakan "ini kan uang negara, bukan uang Bapak. udah jangan terlalu idealis". Akhirnya mereka (Kontraktor dan Konsultan) mencoba jalur lain sehingga dari Pihak Owner (Pemerintah) menurunkan Tim PHO yang lain. 

Meskipun semua dunia ini kita miliki, ketika kematian menjemput semua tinggal. 

 

__________________

KasihSetiaNyaKekalSelamanya

the blue's picture

@wilefhas62 - Salut buat Anda

Saya salut dengan sikap dan prinsip anda. Saya juga memiliki pengalaman yang hampir serupa bunyinya. Kebetulan saya dibagian QA yang ditugaskan untuk Proses HandOver kerjaan. Saya sendiri yang Kristen di antara mereka. Pekerjaan mereka tidak saya setujui dan tidak saya tanda tangan berkas PHO. mereka malah mengatakan "ini kan uang negara, bukan uang Bapak. udah jangan terlalu idealis". Akhirnya mereka (Kontraktor dan Konsultan) mencoba jalur lain sehingga dari Pihak Owner (Pemerintah) menurunkan Tim PHO yang lain. 

Meskipun semua dunia ini kita miliki, ketika kematian menjemput semua tinggal. 

 

__________________

KasihSetiaNyaKekalSelamanya

wilefhas62's picture

@ the blue : ha..ha..ha

Tks sdr the blue atas kesalutan anda terhadap prinsip saya.

Ditempat saya kerja, banyak yang beragama Kristen, tapi mereka juga tidak jauh berbeda dengan yang bukan Kristen.

Istilah kerennya " NETWORKING" itulah yang menjadi kunci sukses dlm karir.

Dan dlm networking tersebut segala hal diperbolehkan bahkan harus dilakukan.

Ssaling sikut, saling fitnah, rekayasa proyek demi loyalitas, dll jadi sesuatu tradisi yang hrs dikembang biakkan.

Untuk hal-hal tersebut saya gagal melalkukannya.