Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pilihan Hidup dan Jalan Tuhan

Thomi Friend's picture

Pilihan Hidup dan Jalan Tuhan
Saya secara pribadi merasa, ada beberapa kesalahan akhir-akhir ini mengenai pilihan hidup. Jika saya amati dengan saksama orang zaman milineal ini, selalu menyatakan pilihan hidup seolah ada di tangan manusia. Kata lainnya, mutlak di tangan kita. Sebagai contoh, orang sekarang ini seolah diajarkan bahwa semua yang terjadi ke depan adalah pilihan kita semata. Cita-cita, pekerjaan, hari esok, kesuksesan, semua adalah pilihan kita secara mutlak. Artinya, motivasi sekuler tentang kehidupan, mengajarkan, kita adalah subjek mutlak atas kita sendiri. Benarkah demikian? Patut kita renungkan. Saya mempunyai sebuah kisah kecil kehidupan, kisah kecil ini tentang pilihan hidup. Sejak kecil seperti anak-anak lain pada umumnya, saya mempunyai cita-cita. Saya ingat cita-cita saya masuk ke SLTP favorit saya. Saya cukup percaya diri, di bangku SD saya belajar giat. Peringkat demi peringkat saya dapatkan. Pikiran saya dipenuhi rasa optimis. Akan tetapi, kejadian yang terjadi adalah sebaliknya. Saya gagal masuk sekolah yang saya harapkan.

Peristiwa berikutnya rupanya kembali. Semasa SLTP, saya mempunyai motivasi tinggi masuk SMA favorit saya. Namun apa daya saya kembali terdampar  gagal. Waktu itu pikiran saya berkata, "Mengapa Tuhan tidak melihat kerja kerasku dalam belajar?" Pikiran itu diperparah dengan perasaan sedih dan sedikit iri, melihat teman-teman saya yang belajar semaunya, justru masuk ke sekolah favorit mereka. Apa yang salah dalam pilihan hidup saya? Perasaan saya begitu berat melalui tiga tahun di bangku SMA. Hari seperti sangat lama berganti di kalender yang saya temui. Saya seperti menyimpan duri dalam daging atau menyimpan akar pahit dalam hati saya. Pergolakan demi pergolakan terjadi. Menjelang masuk kuliah, saya bergolak kembali, akankah pilihan saya gagal lagi? Ternyata tidak. Saya justru masuk salah satu universitas ternama di Tanah Air.  Dahsyatnya, selama berkuliah, semuanya terlihat menyenangkan. Saya seolah melihat jalan yang lapang, kemudahan studi, relasi yang baik dengan teman, dan lulus dengan predikat pujian.

Cerita singkat di atas yang saya alami membuat diri saya, merenung sejenak. Apa yang direnungkan?  Saya diberi pelajaran berarti oleh Tuhan, bahwa manusia bisa membuat pilihan, tetapi di atas pilihan kita, ada jalan Tuhan yang menjadi jawaban. Jalan Tuhan tersebut, bisa seirama dengan pilihan kita, tetapi sebaliknya bisa bertentangan dengan pilihan kita. Pemahaman ini yang harus kita ketahui. Kadang dunia sekuler dan modern, hanya mengajarkan bahwa pilihan kita akan selalu berhasil. Namun, peristiwa kecil kisah saya menyadarkan, jalan Tuhanlah yang menjadi jawaban sebuah pilihan yang kita inginkan.  Yesaya 55:8-9 menunjukkan bahwa di semua pilihan kita, terdapat jalan Tuhan yang akan kita terima.  Oleh sebab itu, sebuah garis besar dapat kita petik secara matang bahwa hidup adalah pilihan, tetapi harus kita sadari, ada jalan Tuhan yang mutlak terjadi. Maka kita harus bersyukur jika jalan itu, merupakan jawaban pilihan kita, tetapi kita harus berhati lebar saat jalan Tuhan berbeda dengan yang kita harapkan. Sembari yakin, ada akhir indah yang kita terima.