Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Alasan Menghitung Hari

Onekhesi Zega's picture

Orang yang bijaksana akan mengitung setiap hari, tetapi orang yang bodoh akan membuang banyak waktu.

Kebanyakan orang dapat mengingat kapan tanggal kelahirannya atau sesekali hari ulang tahun orang yang paling dekat atau istimewa.  Hari-hari menjelang waktu yang spesial itu, biasanya disertai dengan rasa penasaran dan sukacita yang tak menentu serta jantung yang berdebar-debar, lalu sebentar-sebentar melihat kalender, meskipun tanggal itu tidak pernah beranjak dari tempatnya.  Berbagai persiapan dilakukan untuk menyambut hari tersebut, mulai dari hadiah khusus, tempat khusus, dan  jam khusus.  Barangkali mengundang orang-orang khusus, serta melakukan ritual khusus dengan pembersihan hati nurani dan doa khusus.
Demikianlah gambaran seseorang yang sedang menghitung hari-harinya.  Orang-orang yang menyadari akan waktu yang dekat terhadap tujuan yang hendak dicapai akan melakukan persiapan sedemikian rupa, sedangkan orang-orang yang hidup tanpa tujuan akan berusaha melupakan banyak hal dalam hidupnya.  Mereka mendefinisikan hal itu dengan "santai".
Tetapi Alkitab mengajarkan sesuatu kepada kita bahwa orang yang memiliki tujuan hidup yang jelas akan menghitung hari-harinya.
Sedikitnya ada lima alasan mengapa kita harus menghitung hari-hari kita:
  1. Hidup manusia sangatlah singkat.  Yakobus 4:4 berkata, "Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap."  Hidup di atas bumi ini benar-benarlah singkat.  Anda sekarang ini bisa membayangkan bahwa lima tahun terakhir seperti baru saja berlalu.
  2. Waktu yang ada tinggal sedikit.  1 Korintus 7:29 berkata, "Saudara-saudara, inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat!   Tidaklah kebetulan dengan kemajuan teknologi sehingga bumi seolah-olah menjadi kecil melalui alat komunikasi yang serba canggih, pekerjaan menjadi lebih mudah dan cepat melalui pelayanan yang serba otomatis dan instan.  Semua ini menjadi petunjuk bagi kita bahwa kita harus hidup dengan sangat bijaksana, karena waktu yang singkat menciptakan kehidupan yang serba kompetitif dan memaksa kita untuk memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, sehingga apa yang dahulu dikerjakan dalam waktu lima puluh tahun dapat dikerjakan dalam waktu lima tahun saja atau jika perlu dalam lima hari.
  3. Waktu yang tersisa dan tinggal sedikit itu penuh dengan kejahatan.  Efesus 5:15-16 berkata,   "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif,  dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.  Pengaruh yang paling kuat dan begitu menonjol akhir-akhir ini adalah teror dan tindakan anarkhis.  Kebaikan dan kedamaian seolah-olah digeser sedemikian rupa, sehingga dalam berbagai forum diskusi yang digelar dan hukum serta perundang-undangan yang dibuat dapat dengan mudah dibengkokkan kepada persetujuan kejahatan.
  4. Kejahatan justru bertambah-tambah seiring waktu yang mendekat pada kesudahan zaman.  2 Timotous 3:1 berkata, "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar."  Barangkali kita bisa berkata bahwa kehidupan sekarang serba mudah dan instan.  Tetapi coba bandingkan dengan sepuluh tahun lalu.  Kemajuan di sisi kecanggihan memang ada, tetapi akibat dari kemajun itu telah merangsang kerusakan dan ketidakstabilan alam, sehingga penduduk bumi akan terancam musnah.  Persoalan ini tidak bisa diselesaikan atau dikembalikan seperti semula, melainkan sedapat mungkin dipertahankan keadaan sekarang atau diperlambat kerusakan atau diperkecil kemungkinan kehancuran.  
  5. Waktu yang sisa dan singkat ini kita gunakan untuk menyenangkan Allah.  Kita diciptakan, diselamatkan, dan dipanggil untuk hidup menurut kehendak Allah.  1 Petrus 4:2 berkata, "supaya waktu yang sisa jangan kamu pergunakan menurut keinginan manusia, tetapi menurut kehendak Allah."  Situasi yang semakin terpuruk akan menggoda manusia menjadi pragmatis, yang penting bisa bertahan hidup lalu kita melakukan apa saja dengan cara apa saja dan menerapkan hukum rimba, yang penting anda bisa menghimpun kekuatan terbesar, maka andalah yang tersisa di bumi ini.  Inilah keinginan manusia yang duniawi.  Menyenangkan Allah bukan dikukur dengan menganut salah satu agama, melainkan apakah ia hidup menurut kehedak Allah.  Apakah kehendak Allah itu?  Yesus menegaskan maksud kehendak Allah tersebut dalam Yohanes 6:38-40, yang berkata: "...Sebab Aku telah turun dari sorga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.  Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.  Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman."  Marilah kita hidup sebagai orang yang percaya kepada Yesus.  Hanya dengan cara inilah, kita dapat hidup dengan arif dan bijaksana dalam manjalani hari-hari kita.  Sebab Orang yang bijaksana akan mengitung setiap hari, tetapi orang yang bodoh akan membuang banyak waktu.   
dessrei's picture

menghitung hari

Salam kenal...

makasih buat penjelasannya, sangat membantu sekali untuk mamahami sebuah arti kehidupan ini. Gbu

__________________

apakah kebenaran itu?

Onekhesi Zega's picture

Senang berkenalan.  Salam

Senang berkenalan.  Salam kembali

In His Great Love