Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Andai

moron's picture

Minggu lalu aku berulang tahun, tapi itu adalah hari ulang tahun paling tidak bahagia yang pernah aku alami. Karena entah mengapa, sejak seminggu sebelum hari ulang tahunku, somehow aku merasa sedih.

Aku merasa bahwa andai ada mesin waktu dan aku bisa kembali ke masa lalu, akan banyak keputusanku yang aku rubah. Dulu aku bodoh, sekarang lebih mendingan. Sayangnya keputusan-keputusan yang sudah dibuat tidak bisa di-undo. Dan sialnya lagi, keputusan-keputusan itu dibuat ketika dulu aku masih bodoh.

Dalam penyesalanku, terkadang aku menyalahkan orang lain; orang tua dan kerabatku yang lebih senior. Mengapa mereka tidak mengingatkan, menegur, melarang aku ? Tapi di lain pihak aku pun tahu bahwa mereka sudah melakukan itu, hanya saja entah aku terlalu mahir bersilat lidah, atau mereka sudah sebodo amat padaku sehingga aku dibiarkan begitu saja untuk melakukan keputusan-keputusan bodoh itu.

Di hari ulang tahunku, aku mengurung diri di rumah. Males ngapa-ngapain. Teman dan saudara mengirimkan sms-sms selamat ulang tahun dan aku balas seperlunya, sekedar untuk kesopanan saja. Lalu setelah bosan menyesali diri, aku mulai nonton teve, gonta-ganti channel sampai akhirnya stuck di sebuah film Jepang berjudul "Love Scenario".

Aku mulai menonton film ini tanpa ekspektasi apapun. Kebetulan si cantik Kyoko Fukada menjadi artisnya dan aku pikir tidak ada ruginya untuk menonton. andai ceritanya sucks pun, yang penting ada Kyoko Fukada.

Di luar dugaan, aku menikmati film ini. Inti cerita film ini tentunya gampang ditebak, selaras dengan judulnya, tentang bagaimana menemukan dan ditemukan oleh cinta. Film ini diakhiri dengan kedua pemeran utama yang berciuman ala french kiss, diiringi lagu berbahasa Jepang yang walau aku tidak mengerti apa artinya tapi terdengar sangat romantis.

Sayangnya, lagi-lagi aku "menemukan" topik untuk disesali: aku belum pernah mengalami cinta seperti ini; dan mungkin tidak akan pernah secara aku sudah menikah dan punya anak. Andai belum punya anak, aku bisa bercerai dan mencari cinta seperti itu. Tapi sekarang aku punya anak dan sebisa mungkin aku nggak mau bercerai, minimal sampai anak ini dewasa dan bisa mandiri. Dan pada saatnya nanti, mungkin aku sudah terlalu tua, mungkin aku akan berpikir bahwa tidak perlu cinta, yang penting ada yang ngurusin atau minimal nemenin di hari tua.

Kesempatan untuk menemukan cinta seperti ini adanya dahulu, di masa lampau, di masa ketika aku bodoh, dan membuat banyak keputusan yang salah.

Lalu aku berpikir bahwa di ajaran Kristen, orang hanya hidup sekali lalu mati jasmani dan hidup kekal selamanya, entah di surga atau neraka. Jadi bagaimana pun wujudku nanti, aku tidak akan pernah merasakan cinta seperti itu. Semata karena tidak ada fitur rewind atau reinkarnasi dalam ajaran Kristen.

Andai ajaran Kristen mengakomodasi reinkarnasi, mungkin walau aku tidak akan ingat, tapi masih ada kemungkinan aku bereinkarnasi dan punya kesempatan untuk mengambil keputusan yang benar.

Terhanyut dalam "andai dan andai" ini, aku mulai googling tentang reinkarnasi dalam pandangan Kristen dan terkejut setelah mendapati bahwa ternyata reinkarnasi pernah mendapat tempat dalam ajaran kita. Dan sama seperti isu poligami, ajaran tentang reinkarnasi "dibatalkan" dan dianggap salah beberapa abad sesudahnya. Terheran-heran aku googling lebih dalam lagi dan menemukan serial "Decoding Christianity" dan ternyata serial ini diputar di channel BBC.

Ternyata ... dunia ini benar-bener tidak selebar daun kelor. Aku yang dulu bodoh, lalu merasa sedikit lebih mendingan, ternyata masih tetap bodoh dan mungkin malah jadi lebih bodoh.

Andai Tuhan sedikit lebih memudahkan segala sesuatunya ... Andai oh andai ...