Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Berapa banyak Ikanmu?

Purnawan Kristanto's picture

“Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu.” (Yoh. 21:10)
Peristiwa penyaliban Yesus memberikan goncangan yang hebat kepada para murid-murid-Nya. Semula para murid itu sangat menaruh harapan kepada Yesus untuk menjadi Mesias yang mereka nanti-nantikan selama berabad-abad.   Dengan melihat karya-karya-Nya yang mampu mengusir Setan, menyembuhkan orang sakit, bahkan membangkitkan orang yang sudah mati selama empat hari sekalipun, mereka tidak punya keraguan sedikitpun untuk mengangkat Yesus sebagai pemimpin mereka. 
Sudah terlalu lama mereka menderita karena dijajah oleh bangsa Romawi. Sudah terlalu lama mereka menantikan janji akan datangngya Mesias yang akan menjadi pembebas bagi bangsa Israel. Dan kini, tampillah Yesus dari Nazaret yang dengan lantang memberitakan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.  Kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" (Markus 1:15)
Wow...siapa yang tidak terpikat mendengar kabar ini. Mereka lalu membayangkan kembali kejayaan kerajaan Israel seperti ketika diperintah oleh raja Daud dan Salomo. Bahkan di antara murid sudah ada yang membayangkan akan mendapat kedudukan, jika kelak Yesus memerintah sebagai raja.
"Lalu Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, mendekati Yesus dan berkata kepada-Nya: "Guru, kami harap supaya Engkau kiranya mengabulkan suatu permintaan kami!" Jawab-Nya kepada mereka: "Apa yang kamu kehendaki Aku perbuat bagimu?" Lalu kata mereka: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu." (Mrk10:35-37)
Tapi apa yang terjadi kemudian, sungguh di luar dugaan mereka. Melalui konspirasi Yudas dengan pemimpin agama Yahudi, Yesus ditangkap dan digelandang di depan pengadilan agama. Petrus yang berusaha melawan, menggunakan pedangnya, justru ditegur oleh Yesus. Ini sungguh aneh, bagi para murid. Yesus tidak memberikan perlawanan sama sekali. Ini sungguh bertentangang dengan sikap Yesus sebelumnya. Beberapa waktu sebelumnya, Yesus berani dengan lantang mengecap perilaku para ahli Taurat dan orang Farisi. Tanpa tedeng-tedeng aling-aling, Yesus menyebut mereka sebagai orang yang "munafik", gila hormat, tamak, buta hati, bodoh, seperti kuburan yang dilabur putih "yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran (Matius 23:1-38). Namun, pada malam penangkapan itu, Yesus seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian. Dia tidak memberontak sama sekali. Yesus seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya (Yes.53:7). Puncaknya, adalah ketika Guru mereka disalib dan mati di Gologota.
Pupuslah sudah harapan-harapan indah mereka. Bayangan kejayaan yang akan mereka raih, ternyata tidak menjadi kenyataan. Mereka masih bingung dan tidak bisa mengerti atas apa yang sudah terjadi. Meski beberapa waktu sebelumnya, Yesus telah memberitahukan tentang hal ini, tetapi mereka tidak dapat membayangkan bahwa hal peristiwa ini akan terjadi secara mengejutkan dan menggoncang kehidupan mereka. Masih belum hilang keterkejutan mereka, para murid itu mendapat kabar yang lebih menghebohkan: mayat Yesus hilang! Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes melihat sendiri kubur itu telah kosong. Ini sungguh aneh bagi mereka.
Mereka masih kebingungan. Karena tidak tahu apa yang harus dilakukan, maka Petrus berkata "Aku pergi menangkap ikan." Murid-murid yang lain pun mengikut Petrus. Mereka kembali ke pekerjaan semula, yaitu menangkap ikan. Keputusan Petrus dan teman-temannya ini menyiratkan adanya keputus-asaan dalam diri mereka. Mungkin mereka melakukan hal ini supaya bisa melupakan kekecewaan mereka. Akan tetapi alih-alih bisa mengurangi kekecewaan, para murid itu justru mendapatkan kekecewaan yang baru. Mereka telah bekerja sepanjang malam, tetapi tidak seekor ikan pun yang terjerat di jaringnya. Padahal mereka sebelumnya adalah nelayan-nelayan yang berpengalaman.
Usul Petrus ini bukan suatu dosa. Namun hal ini adalah suatu tindakan yang tidak bijaksana sebab Yesus mengajar dan mempersiapkan mereka, bukan untuk kembali menjadi penjala ikan, melainkan menjadi penjala manusia. Mereka tentu masih ingat peristiwa ketika gagal menangkap ikan seperti yang diceritakan dalam Luk. 5:4-11. Dalam perjalanan pulang, mereka mendengar ada orang asing di pantai yang bertanya, ""Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada." Apakah itu suatu kebetulan saja? Tidak, hal ini telah diatur dalam rencana Allah. Allah hendak memberikan ajaran kepada mereka. Seandainya mereka pulang sambil membawa ikan, maka tentu lebih sukar bagi mereka untuk meninggalkan pekerjaan lama mereka. Mereka akan lebih mengutamakan pekerjaan mereka dan melupakan panggilan Yesus untuk menjadi penjala manusia. Itu sebabnya, Yesus hendak memanggil mereka kembali.
Setelah peritiwa kebangkitan-Nya, tugas-Nya di dunia ini sebenarnya sudah selesai. Akan tetapi Yesus tidak langsung naik ke Sorga. Dia masih merasa perlu untuk mengunjungi mereka secara pribadi. Yesus ingin menyapa, menghibur dan menguatkan hati para murid-Nya. Dengan kata lain, Yesus peduli pada murid-murid-Nya.
Yesus berkata kepada mereka, "Lemparkan jalamu ke sebelah kanan perahu, nanti kalian mendapat ikan." Lalu jala itu mereka lemparkan, tetapi tidak sanggup menariknya kembali sebab begitu banyak ikan di dalamnya. Dengan daya ingat yang tajam, Yohanes segera mengenali bahwa orang asing itu adalah Yesus. Ketika Simon Petrus mendengar bahwa itu Tuhan, ia memakai bajunya (sebab ia tidak berbaju) lalu terjun ke dalam air. Sedangkan murid-murid yang lain menyusul dengan perahu.
Di sini kita melihat perbedaan sifat antara Yohanes dan Petrus. Yohanes adalah orang yang berpikiran tajam. Semua hal direnungkannya dengan baik-baik. Tetapi Petrus adalah orang yang cepat berkata-kata dan bergerak. Karena tidak sabar dan mungkin didorong kerinduan yang menyala-nyala melihat Tuhannya, Petrus segera mencebur ke air untuk menyongsong Yesus. Di sini kita dapat melihat bahwa ada perbedaan tindakan di dalam menyambut kehadiran Yesus. Namun Yesus tidak mempermasalahkan hal tersebut. Setiap orang memiliki cara masing-masing di dalam mengekspresikan atau menunjukkan kasihnya kepada Allah. Tidak ada cara yang baku di dalam menyambut Allah. Sebagai contoh, ada orang yang memuji Allah secara ekspresif: bersorak, menari, melompat, berjingkrak, bertepuk-tangan dll. Namun ada juga orang yang memuji Tuhan dengan sikap yang tenang, bahkan cenderung berdiam. Semua itu tidak dipermasalahkan oleh Allah, sepanjang tujuannya adalah untuk mempermuliakan Allah.
Sesampai di pantai, para murid melihat ada bara api di sana dengan ikan di atasnya dan roti. Sekali lagi mereka mendapat teladan tentang melayani. Yesus sudah menyiapkan bara api untuk memanggang ikan itu dan roti sebagai sarapan mereka. Lalu Yesus meminta ikan kepada para murid. Mengapa Yesus masih meminya ikan kepada mereka? Apakah Yesus tidak bisa menangkapnya sendiri? Perintah ini menyiratkan keinginan Yesus untuk menjalin kemitraan dengan para murid. Yesus ingin mereka turut ambil bagian dan memberi sumbangan di dalam persekutuan dengan-Nya. Hal ini digambarkan pada acara makan bersama di pinggir pantai. Hal ini menandakan sebuah kerinduan Tuhan terhadap persekutuan yang hangat dengan murid-murid-Nya.
Dalam bacaan firman Tuhan ini kita mendapatkan sebuah kebenaran bahwa Allah tetap hadir mendampingi kita di dalam kekecewaan, keputus-asaan dan kegagalan kita. Seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom.8:28)
Saat ini mungkin kita tidak mengetahui rencana besar Allah kita. Namun itu tidak menjadi masalah, karena pekerjaan Allah itu akan mendatangkan kebaikan. Siapa saja yang dapat menerima kebaikan itu? Kepada setiap orang yang mengasihi Allah.
Sama seperti Yesus tidak menyalahkan dan mengecam keputusan Petrus dkk yang kembali menangkap ikan, demikian juga Allah tidak akan menghukum kesalahan kita. Semua dosa dan kesalahan kita sudah diampuni-Nya.
Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk menjadi penjala manusia. Ketika kita mendarat di pantai, Yesus telah menyiapkan roti dan bara api. Yesus akan berkata kepada kita: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu" (Yoh.21:10). Berapa banyak ikan yang telah kita tangkap?
 

__________________

------------

Communicating good news in good ways