Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Purnomo's blog

Purnomo's picture

DONASI KE-3 CLUSTER TEOL

             Senin siang 12 Oktober 2015 aku ke ATM BRI dan BCA untuk mentransfer uang ke 10 nomor rekening mereka yang namanya ada dalam daftar “Cluster Teol”. Bulan Agustus aku mentransfer Rp.2.754.572,- untuk 9 orang; September Rp.3.205.090 untuk 10 orang; dan bulan ini Rp.3.405.100,- untuk 10 orang. Santunan bulan ini naik karena beberapa di antara mereka aku naikkan donasinya sebab mulai awal bulan Oktober masuk 1 donatur baru.

Purnomo's picture

AKU KENYANG

             Foto diambil Minggu malam 11 Oktober 2015 di sebuah warung makan di daerah Puri Anjasmoro Semarang
             Ini bukan blog monolog apalagi dialog.
             Ini hanya bagian dari “log book” kehidupanku yang aku arsipkan dalam bentuk tulisan atau foto.
             Yang tidak melanggar ‘privacy’ diri sendiri apalagi orang lain, aku aplot di sosmed.


Purnomo's picture

BERAS – 4 – dalam pilihan ganda

              Setelah kena tipu pedagang beras (see "Beras-1)" aku berencana membeli beras di pasar dekat panti asuhan "anak raja". Tapi sebelumnya aku mampir dulu ke panti itu karena aku perlu klarifikasi atas laporan bulanannya di bagian penerimaan natura.
             "Pak, apakah donasi beras selama ini cukup sehingga Bpk tidak perlu membeli sendiri di pasar?" tanyaku.


Purnomo's picture

BERAS – 3 – kena perpuluhan?

              Di "Beras – 2" aku bertanya mengapa untuk panti asuhan ada orang suka menyumbang beras daripada uang padahal di "Beras – 1" aku sendiri menyumbang beras. Mengapa aku sendiri menyumbang beras? Padahal aku yakin seyakin-yakinnya uang donasi tak akan dikorup di panti ini.

Purnomo's picture

BERAS – 2 – di panti asuhan

                  Suatu hari kebetulan aku melihat di panti asuhan "anak raja" seorang lelaki muda datang dengan motor bersama puterinya yang masih memakai baju seragam sekolah membawa sekarung beras 25 kg untuk disumbangkan. Mengapa dia tidak memberikan uang saja daripada repot-repot ke pasar terlebih dahulu lalu membawa beras itu ke panti?

Purnomo's picture

BERAS – 1 – ada kastanya?

                 Hari Minggu siang dari gereja aku mengantar istriku ke pasar beras. Biasanya kami membeli beras di toko dekat rumah. Tetapi ini kebetulan lewat sekalian saja membeli di sini, kata istriku. Dulu pasar ini dikenal sebagai Pasar Besar Semarang karena didominasi kios beras dan harganya lebih murah dibandingkan di tempat lain. Dulu aku setiap bulan ke sebuah kios di sini membeli beras 5 zak @ 25 kg.


Purnomo's picture

JANGAN LUPAKAN MUJIZAT ITU

          Selepas ibadah pagi 4-Oktober-2015 aku ikut temanku ke Salatiga. Hari ini Wisma Lansia Maria Martha di mana temanku menjadi ketua pengurusnya menyelenggarakan ibadah syukur untuk ultahnya yang ke-21. Kami adalah rombongan pertama dari Semarang yang tiba di wisma itu. Aku melihat seorang duduk di depan kibod. Tubuhnya kurus. Aku mendekatinya. “Pak Santo ya?” tanyaku.

Purnomo's picture

PURNOMO SOK PAMER

           Hari Sabtu 03 Oktober 2015 aku ke sebuah SD Kristen setelah mendapat kepastian Kepseknya ada di sana. Sekolah ini sejak dulu hari Sabtu libur. Aku sengaja memilih hari itu karena akan membicarakan sesuatu yang rahasia. Sebulan yang lalu Ibu Kepsek bertanya kalau-kalau aku bisa membantu para GTT (Guru Tidak Tetap) yang hanya berhonor 250 ribu sebulan. Di SD Tabita GTT mendapat 400 - 500 rb.


Purnomo's picture

JANGAN MENCANGKUL DI KAPLING ORANG

               “Ada syarat dari kamu untuk aku dalam membantu orang-orangku?” tanyanya.
               “Ada.”
               “Apa?”
               “Uang bea siswa yang aku berikan kepada orang-orangmu jangan kamu minta sepuluh prosen walaupun dengan alasan teologis.”
                Dia tertawa, “Nylekitmu gak pernah hilang.”

Purnomo's picture

MBOKYAO – 2

         Minggu 27 September 2015 usai kebaktian aku ke kantin gereja untuk sarapan. Belum selesai menyantap sebungkus nasi gudeg beberapa remaja mendekati mejaku. Mereka baru selesai menghadiri kebaktian remaja gerejaku. Mereka aku bantu uang sekolahnya lepas dari organisasi gereja.
        “Tunggu, saya makan dulu,” kataku. Selesai makan aku suruh mereka duduk semeja denganku.

Purnomo's picture

MBOKYAO - 1

         Jumat 25 September 2015 pagi aku pergi ke sebuah SMK di Jl. Dr Cipto. Sebuah gereja memberiku data diri 10 anggota PPA yang dinaunginya, siapa tahu aku bisa ikut menyantuni mereka. Ada teman-teman yang tidak setuju bila seorang siswa yang telah mendapat santunan yayasan PPA aku santuni agar distribusiku bisa lebih luas dibanding apabila aku menyantuni mereka yang sudah mendapat santunan dari pihak lain. Tetapi bagaimana bila SPP-nya 180 rb sedangkan donasi PPA hanya 70 rb? Terlebih lagi bila ortunya betul-betul tidak mampu? Karena itu aku ke SMK ini untuk keperluan itu.


Purnomo's picture

Sekolah Lansia (2) - AFTER LUNCH TIME

            Begitu selesai pelajaran kedua para petugas memasukkan meja-meja lipat ke aula untuk merubahnya menjadi ruang makan. Itulah saat makan siang bagi para siswa Sekolah Lansia. Mereka membuka bekalnya dan kayaknya sudah jadi tradisi mereka bertukar lauk. Miss Anita ikut membuka bekalnya. Ia duduk di sebelah Kepsek, Ibu Kartika.

Purnomo's picture

Sekolah Lansia (1) – IT’S JUST A DREAM ?

          Panti werda itu terletak di tepi kota Semarang, dekat dengan sebuah komplek perumahan besar yang bisa disebut satelit kota. Menjelang pukul 8 pagi berdatangan orang-orang tua ke panti itu. Ada yang diantar oleh anaknya dengan mobil, ada juga yang diboncengkan motor. Ada yang masih bisa berjalan sendiri, ada yang sudah bertongkat, ada juga yang berkursi roda. Mereka bukan penghuni panti, tetapi para siswa Sekolah Lansia yang diselenggarakan oleh Panti Werda. Masuk pagi, pulang sore, lima hari dalam seminggu. Belum setahun sekolah ini sudah memiliki sekitar 30 siswa.

Purnomo's picture

BISA MELAWAN PIKUN? – Ngobrol

                  Senin sore 14 September 2015 aku berencana ke persekutuan bulanan Sola Fide di gereja. Persekutuan ini diselenggarakan oleh Komisi Usia Lanjut berisi ceramah yang dikhususkan untuk anggota gereja berusia 50 tahun ke atas. Berulang kali aku mendapat undangan tetapi aku tak pernah hadir. Hari ini persekutuan itu mengadakan ceramah "BAGAIMANA MENCEGAH KEPIKUNAN?" dengan nara sumber kepala rumah sakit Kristen. Aku bawa flashdisk, jadi kalau nanti kurang jelas semoga boleh mengopas materi ceramahnya.

Purnomo's picture

BISA MELAWAN PIKUN? – Oma Etik

           Sabtu 12 September 2015 aku diajak beberapa penatuaku ke Wisma Lansia MM di Salatiga. Untuk apa? Jadi wartawan, memotret dan menulis laporan perjalanan di pesbuk. Gaklah, kamera hapeku tak punya flash. Gapapa, pokoknya ikut saja daripada kamu di rumah, anggap saja rekreasi.

Purnomo's picture

MALAM INI AKU MERINGIS

                 11 September 2015 malam aku memandangi spreadsheet di layar monitor komputer setelah memasukkan data transfer donasi ke 5 pendeta pedesaan, 4 Guru Wiyata Bakti, dan 1 mahasiswa Teol, yang berjumlah Rp.3.205.090,- Naik bila dibandingkan Agustus yang Rp.2.754.572,- karena mulai September “Pdt EME” masuk dalam daftar penerima donasi.


Purnomo's picture

SANG VOKALIS DARI TIMUR

         30 Maret 2015 pagi aku kirim friend request ke seorang pesbuker – perempuan muda, wajah lumayan, lahir di sebuah kota kecil di sebelah timur kotaku. Tanpa menunggu konfirmasi aku kirim message kepadanya.


Purnomo's picture

PDT EME-4 – PEJUANG PANTANG BERHENTI BERPERANG

            Karena anggota gereja Sekaran yang tinggal di dusun Ndelik jarang datang, Bpk Soemardiyono melakukan jemput bola. Minggu sore dia bersepeda ke sana mengumpulkan mereka bersekutu dalam doa dan pembacaan Firman. Tuan rumah berganti-ganti dan anggotanya makin bertambah sehingga terpikir oleh Pak Mar untuk memiliki tempat bersekutu yang tetap. Dusun ini betul-betul ‘ndelik’ (tersembunyi) karena terpencil di tepi hutan jati. Dengan uang tabungan istrinya dia membeli sepetak kecil tanah di sana. Tidak mahal kok. Lalu dari mana biaya pembangunannya?

Purnomo's picture

PDT EME-3 – PANGKUR PALARAN

             Pada tahun 1960-an guru sekolah dihormati, terlebih di desa. Walau ‘hanya’ guru SD, bagi orang desa dia adalah orang hebat karena bisa membaca, menulis dan berhitung. Selain menjadi penolong penduduk membacakan surat-surat yang diterima dari sanak keluarga yang tinggal jauh dan kemudian menuliskan surat-surat balasannya, dia juga menjadi tempat bertanya tentang apa saja. Dan kehormatan yang lama disandang oleh Bpk Soemardiyono ini lenyap setelah dia diasramakan oleh pemerintah selama 2 tahun sebagai tahanan politik. Orang yang selalu disapa dengan hormat oleh setiap penduduk kini dihindari seperti orang berpenyakit menular. Bukan karena mereka membencinya, tetapi bila tampak akrab dengannya takut didatangi tentara untuk diperiksa apa punya “kuman penyakit” yang sama.

Purnomo's picture

PDT EME-2 – KETURUNAN CIU PEK TONG

               Bpk Soemardiyono badannya bukan kecil, tetapi langsing. Gerak tubuhnya masih lincah. Waktu menyalami istrinya aku bertanya “Ibu pensiunan pegawai negeri?”
              “Yg pegawai negeri itu istri Bapak yg dulu. Saya istri sambungan, hanya bidan desa.”
              Begitu duduk di kursi tamu istrinya segera menyajikan minuman air mineral cup, sesisir pisang dan setandan kecil buah anggur. Padahal dia belum tahu tamunya ini datang bawa berkat atau laknat. Kepada Pak Mar aku menjelaskan maksud kedatanganku ke gerejanya.