Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

SDKG 3 - BOS – Bikin Orang Sableng

Purnomo's picture

Begitu dana BOS dibagikan, masyarakat Indonesia meneguk air kebahagiaan sampai mabok. Setiap SD dan SMP - tak peduli Negeri atau Swasta - dituntut oleh masyarakat untuk tidak memungut biaya serupiahpun dari muridnya. Di sekolah swasta jumlah SPP tertunda mendadak bertumpuk. Ketika orangtua dipanggil menghadap Kepsek, ia datang bersama polisi atau wartawan atau pengurus LSM. Hebatnya, itu juga terjadi di sekolah Kristen. BOS memang bisa Bikin Orang Sableng.

 Bagaimana tidak? Untuk setiap anak SD, besarnya BOS adalah Rp.400 ribu. Ini untuk 1 tahun, bukan 1 bulan. Berarti pemerintah memberi Rp.33 ribu sebulan untuk setiap anak. Berapa SPP di SD Swasta? Di kota saya sekolah yang paling murah adalah SD Bala Keselamatan yang mematok SPP sebesar Rp.55 ribu. Jika dengan menerima BOS sekolah tidak boleh lagi membagi kartu SPP, bagaimanakah mereka menutup defisit Rp.22 ribu untuk setiap muridnya? Jika 1 kelas berisi 10 anak saja, berarti kelas itu defisit Rp.220 ribu setiap bulannya. Bagaimana bila gaji gurunya dikurangi Rp.220 ribu setiap bulannya? Pasti mata Anda mendelik kalau Anda guru sekolah itu.

 
Sebuah SD yang berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) sehingga murid-muridnya yang masih berlepotan dalam berbahasa lisan Indonesia sudah digosok lidahnya dengan kamus bahasa Inggris telah terlanjur mematok SPP yang tinggi. Seorang gurunya bercerita kepada saya betapa BOS membuat mereka bingung. Pengurus sekolah tidak menyangka bahwa perbedaan status sekolah tidak membuat perbedaan besaran BOS. SD Internasional maupun SD Takterkenal menerima jumlah yang sama. Bisa dibayangkan betapa kalang kabutnya pengurus sekolah ini ketika SPP anak yang mereka terima menukik tajam menjadi Rp.33 ribu.
 
Karena itu sekolah swasta harus pandai-pandai menyiasati dana BOS. Ada sekolah yang membebaskan SPP muridnya secara bergilir. Beberapa SD kecil di pinggir kota mencoret kata “SPP” di kartu uang sekolah dan menggantinya dengan kata ‘uang kursus’ atau ‘tabungan’ dan angka yang tertera tidak tinggi. Hanya Rp.10 ribu atau Rp.15 ribu. Tetapi tetap saja tidak sedikit orangtua yang enggan membayar SPP dalam tanda kutip itu karena telah terlanjur yakin bahwa tahun 2009 ini semua SD dan SMP (bukan hanya Negeri saja) harus gratis. Jadi, apakah kita akan duduk menunggu kebangkrutan sekolah-sekolah swasta di sekitar kita?
– o –

Saya bukan orang yang terlibat dalam organisasi atau yayasan pendidikan. Walau demikian saya bisa mengritisi kebijakan BOS panjang lebar. Terlebih lagi bila Anda adalah seorang kepala sekolah atau wakilnya, atau ada dalam jajaran pengurus lembaga pendidikan Kristen.
 
Tetapi sekarang marilah kita melihat sisi positip kebijakan ini. Sejenak saja, tidak perlu berlama-lama. Saya menilai BOS merupakan langkah awal pemerintah untuk membuat sekolah gratis. Paling tidak saat ini saya melihat sekolah tidak gampang memecat muridnya yang karena kemiskinan orangtuanya terpaksa menunggak SPP berbulan-bulan. Paling tidak saat ini sekolah bisa menurunkan SPP bagi murid yang tidak mampu. Paling tidak saat ini sekolah bisa diam-diam membebaskan beberapa muridnya dari beban SPP.
 
Yang patut kita pikir sebagai orang Kristen adalah apakah kita mau meresponi langkah awal pemerintah ini dalam bentuk karya bukan karsa saja? Apakah kita sebagai sebuah kelompok masyarakat, sebagai sebuah gereja, mau setiap bulan mengedarkan satu kantong kolekte khusus untuk membantu sekolah-sekolah di sekitar gereja kita? Bukankah gereja kita patut menjadi berkat bagi penduduk di sekitarnya, apapun kepercayaan atau agamanya, apapun warna kulitnya?
 


           Jikalau pengurus gereja masih harus memperdebatkan ide di atas dalam rapat-rapat mereka sepanjang tahun,
beranikah kita sebagai seorang pribadi mengambil-alih kartu SPP seorang anak tetangga kita yang bersekolah di sebuah SD Takterkenal?
 
Lalu bagaimana dengan angsuran sepeda motor Anda yang belum lunas? Gila bro! Angsuran laptop gue juga belum tuntas! Jika Anda saat ini telah memiliki sebuah sepeda motor atau sebuah laptop walaupun belum lunas angsurannya, apakah terlalu memberatkan bila angsuran itu ditambah 50 ribu rupiah sebagai peran serta kita dalam menyukseskan progam BOS? Tepatnya, sebagai bentuk nyata ungkapan rasa syukur Anda kepada Tuhan atas benda-benda yang Anda miliki saat ini.
 
Pernah membaca berita di surat kabar atau melihat berita di televisi tentang seorang janda muda usia yang bunuh diri bersama ketiga anaknya karena kemiskinan? Apa yang terpikir oleh benak kita? Ibu itu kerasukan setan. Ibu itu kejam sehingga tega mencekoki anaknya dengan cairan beracun sebelum ia sendiri bunuh diri. Tidakkah terkilas dalam kalbu kita “Seandainya aku bisa menolongnya”?
 
Ketika Anda melihat anak-anak mengemis di perempatan jalan sepanjang hari, apakah yang terpikir oleh Anda? Para pejabat pemerintah tidak menepati janji untuk menghapus kemiskinan dari bumi Indonesia. Apa sih yang dikerjakan oleh Depsos? Butakah mata para konglomerat di negeri ini yang bisanya hanya menyedot kekayaan bumi Indonesia? Tidak pernahkah sekali saja bergelora rasa belas kasihan dalam diri Anda sehingga Anda berucap “Aku ingin menjadi orang Samaria yang baik hati bagi anak itu”?
 
Cukupkah perasaan-perasaan welas asih yang kita miliki untuk menolong mereka? Tak seorangpun dapat menjadi Orang Samaria Yang Baik Hati hanya dengan berbekal niat baik saja. Ia juga harus memberikan uangnya.
– o –
Pengasuh Remaja yang mengurusi kebaktian para pelajar SMA bercerita kepada saya. Dalam pelawatannya ke rumah-rumah asuhannya, ia ke rumah Mira. Ayah Mira telah meninggal. Dia anak ke-2 dari 4 bersaudara. Ibunya menafkahi mereka dengan membuka warung kecil di rumahnya. Kakaknya sudah lulus SMK tetapi belum bekerja. SPP Mira yang besarnya Rp.90.000,- tertunda 6 bulan. Pengasuh Remaja ini meyakinkan saya bahwa Mira patut ditolong. Tetapi ia terkendala oleh peraturan departemen beasiswa yang hanya bisa menyantuni anak jemaat gereja kami. Mira telah menerima baptisan di gereja Katolik. Gerejanya sudah banyak membantu ketika kakak perempuannya harus masuk ke rumah sakit karena kecelakaan. Bahkan satu tahun SPP kakaknya yang bersekolah di SMK Katolik juga dibiarkan tidak terbayar.
 
Melalui pengasuh Remaja itu saya minta Mira menemui saya Minggu depan dengan membawa kartu SPP-nya. Ketika bertemu Mira saya bertanya,
“Jika SPP ini bisa diturunkan, berapakah yang menurut Mira bisa dibayar oleh ibu Mira? Empat puluh ribu, 30 ribu atau 20 ribu rupiah? Tanyakan kepada Ibu. Minggu depan berikan kartu SPP ini dan uang yang sanggup Ibu bayarkan kepada saya.”
 
Minggu berikutnya dia menemui saya dan memberikan uang 20 ribu rupiah berserta kartu SPP-nya. “Ibu bilang hanya sanggup membayar SPP 20 ribu setiap bulan,” katanya.
Saya mengeluarkan secarik kertas dari tas, menulis kalimat “Telah terima uang sebanyak Rp.70.000 dari NN untuk bantuan SPP Mira bulan Desember-2005” dan meminta dia menandatanganinya.
 
“Saya akan ke sekolah Mira untuk melunasi SPP bulan Desember tahun lalu dengan uang 20 ribu dari Mira dan 70 ribu dari NN. Minggu depan kartu SPP ini akan Mira terima kembali.”
Ia mengucapkan terima kasih dan pergi meninggalkan saya.
 

      Saya tidak tahu seorang aktivis puteri diam-diam memperhatikan kami. Ia mendatangi saya dan bertanya apa yang Mira lakukan sampai-sampai ia harus menandatangani secarik kertas. Saya menunjukkan kartu SPP serta lembar tanda terima itu kepadanya dan bercerita tentang Mira.
 
“Kalau boleh tahu, NN ini siapa?”
“Nobody, karena saya belum tahu siapa yang akan saya todong. Anybody, kalau . . . . e, kamu mau ikutan?”
“Wah, 70 ribu setiap bulan. Saya tidak sanggup,” jawab gadis yang sudah bekerja ini.
“Boleh ambil setengah porsi kok,” salesmanship saya mulai menggeliat.
“Tiga puluh lima ribu ‘gitu? Boleh?”
“Mengapa tidak? Nanti yang setengahnya lagi saya cari pembeli lain. Atas nama Mira saya mengucapkan terima kasih,” segera saya melakukan jurus assume you have the order mengunci “jumlah pembelian”nya.
 
“Tapi uangnya setiap awal bulan, bisa?”
“No problem.”
“Tapi janji ya, jangan bilang-bilang orang lain. Saya malu cuma sedikit,” dia berbisik.
“Jangan kuatir. Namamu tersimpan rapi dalam lemari besi perusahaan ini. Juga dari mata share holder lainnya seumur hidup saya,” saya meyakinkannya adanya “layanan purna jual”.
“Perusahaan? Perusahaan apaan?”
“Kadebe, Konspirasi Diaken Bayangan.”
 
Dia tertawa renyah dan pergi meninggalkan saya. Tetapi sekilas saya melihat rona gembira di wajahnya. Ya Tuhan, betapa cepatnya Engkau bertindak. Tiga tahun telah berlalu dan ia tetap setia tanpa sepengetahuan orang lain menyodorkan amplop kecil kepada saya setiap bulan. Saya tidak pernah menagihnya karena saya tidak mau dia memberi karena terpaksa. Bersama dengan satu orang “pembeli” lainnya yang bukan anggota gereja saya dan tidak saya kenal sampai sekarang karena ia memberikan donasi melalui teman saya, dia berhasil membantu Mira sampai lulus SMK. Mira tidak lagi beribadah di gereja kami. Setelah Mira, ada satu orang lagi yang ditolong oleh dua orang ini. Bulan lalu saya menawarkan tambahan “beban” kelompok ini dengan memasukkan 2 orang anak yang berjemaat di gereja lain karena donasi mereka meningkat. Mereka setuju,
 
Dibandingkan dengan apa yang telah dilakukan oleh gereja kami, apa yang kami lakukan tidak signifikan. Tetapi kami rindu menjadi Orang Samaria Yang Baik Hati. Kami telah merasakan senangnya menjadi berkat bagi orang lain tanpa mereka tahu siapa diri kami sehingga kami belum memikirkan kapan akan menghentikan kegiatan ini.
 
Anda ingin juga merasakannya?
 
(selesai bagian ke-3)
 
Catatan: nama dalam kisah ini telah disamarkan.
 
 
Serial Sekolah Gratis:
bagian ke-2: Anak itu bernama Roi.
bagian ke-3: BOS – Bikin Orang Sableng.

 

Anak El-Shadday's picture

Pengin Pak PUR!!!

wuahhhhh... bener-bener seri tulisan yang sangat menginspirasi!

matur nuwun sanget pak pur...

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

__________________

but the one who endure to the end, he shall be saved.....

Purnomo's picture

AES, jangan ragu

mengayunkan satu langkah kecil untuk sebuah karya yang besar.

Jika Tuhan pernah memberi anggur pahit kepada kita paling tidak manfaatnya agar bila ada orang memandang kita dengan meringis, kita bisa membedakan itu dikarenakan ia sedang cengengesan atau karena menahan perih lambungnya yang lapar.

Salam.

 

Turbine's picture

Pak Purnomo, welcome to the club

 Pak Purnomo,

I welcome myself to the club

and

welcome to the club

Tuhan memberkati anda melimpah2 sehingga lebih banyak lagi limpahannya kepada yang memerlukan....

Tuhan memberkati

Purnomo's picture

Turbine, someone said

“Everybody wants to do something to help, but nobody wants to be first.”

 But we should not belong to this ‘everybody’ since we have Jesus. We could reach Jesus’ hands so that He would helps us to be the first in helping others.

 Regards.

 

joli's picture

Franchise

Purnomo.. apakah ada niat-an perusahaan KADEBE  untuk di franchise-kan?? atau ada rencana di tingkatkan menjadi perusahaan terbuka? KADEBE.tbk ?? bila iya, Joli mau beli Franchisenya untuk cabang Solo.. ada buanyak yang mau.. kayaknya.. tapi selama ini belum tahu caranya..

Dan satu lagi, mau minta ijin, bila di-perbolehkan akan perbanyak alias print serial blog ini.. untuk di bagikan ke para calon pembeli saham..

Thanks untuk tulisan2 ini, menjadi trrigger.. untuk melayani dan memberi dari apa yang kita punya..

KDB (Konspirasi Diaken Bayangan).. bagus juga sih... nama yang saleable..

Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu...  (2 Kor 18:12)

Purnomo's picture

Laskar bayangan

Joli, silakan membagikan proposal saya kepada para prospek.

 Soal pengembangan ‘perusahaan’ ini apalagi buka cabang di Solo, tidak bisa diharapkan karena namanya saja sudah ‘bayangan’. Kadang nampak kadang menghilang. Joli bisa memulai di Solo kapan saja karena perusahaan ini tidak terdaftar apalagi dipatenkan keberadaannya.

 Anggota ‘komplotan’ ini juga bergerak – secara individu ataupun keroyokan – untuk membantu panti asuhan, membantu meringankan beban sekolah Kristen di kota kecil, menyalurkan dana bagi penginjil, menanggung biaya rumah sakit jemaat papa, menyantuni para jompo yang tidak bersanak-keluarga, meminjami modal buka usaha mini dan lain sebagainya. Mudah-mudahan saya bisa menjelaskan lebih rinci cara kerja the shadows ini dalam artikel terpisah.

 By the way, ide membentuk laskar bayangan ini saya dapat dari Solo. Di kantor gereja saya menemukan sebuah buku tebal yang diterbitkan oleh sebuah gereja di kawasan Sangkrah yang berisi perencanaan komprehensip membuat sebuah koperasi untuk menolong jemaatnya yang sebagian besar sedang menganggur karena banyak perusahaan garmen bangkrut. Ketika akan berkunjung ke sana, pendeta saya memberitahu usaha gereja ini sudah berhenti karena mereka yang berhutang dan kemudian tidak bisa membayar lebih memilih pindah gereja. Lalu “usaha” semacam ini di luar organisasi gereja dijalankan oleh seorang jemaatnya yang beralamat di Kretek Gantung. Siapa beliau dan bagaimana riwayat singkat koperasi gereja itu, Joli bisa bertanya kepada Pak Kermit yang saya ingat ikut menjadi salah satu penulis buku proposal itu.

 Salam.

 

DAN-DAN's picture

@PURNOMO, itu bukan KERMIT !!!!!!

Pak Purnomo, itu bukan pak KERMIT, tapi KERMITE...AGUSTINUS KERMITE. Kermite itu marga orang ambon dari OPA saya, pak KERMIT eh salahhh...pak KERMITE itu om saya heuahueahuea... :D Kalo KERMIT itu si KODOK IJO di MUPET SHOW atau di SESAME STREET hueahueahuea... :D Awas nanti anda tak laporin ehuahueahueahuea...:D DAN-DAN saya suka bebek panggang...
__________________

Saya Suka Bebek Panggang...

Purnomo's picture

Bebek dan Kodok bersaudara?

Tidak disangka! Pasti keponakannya tidak jauh berbeda dengan Oomnya, cerdas dan pintar menulis. Sudah pensiunkah Oom Kermite?

 Asal tahu saja, dulu Oom jadi terkenal gara-gara ia sendiri senang dipanggil “Pak Kermit” karena gampang diingat orang. Akhirnya teman-temannya juga memanggil dengan nama itu. Saya tidak tahu apa sekarang Oom berubah jadi galak dan tidak suka dipanggil dengan nama itu gara-gara dimarahi Opa.


Kalau ketemu Oom, ajak ia bagi-bagi ilmu di Sabdaspace. Pertama kali saya ketemu Oom waktu jadi anggota tim penyusun buku pengaderan dasar bagi guru Sekolah Minggu yang diketuainya. Terakhir ketemu Oom di Satya Wacana 2 tahun yang lalu dalam Seminar Musik Gereja.


Titip salam untuk Pdt. Agustinus Kermite.

 

Andy Ryanto's picture

Pak Nomo, aku kok jadi heran

Pak Nomo, aku kok jadi heran ya Bikin Orang Sableng kok malah direkomendasikan Unesco ke seluruh dunia,  Jadi yang sableng itu siapa ya? (baca: http://www.detiknews.com/read/2009/05/26/110436/1137201/10/unesco-sarankan-bos-ke-dunia )

Purnomo's picture

Mas Andy, siapa yang sableng

sudah saya tulis dalam artikel di atas.

Kalau masih belum bisa dimengerti, saya beri bocoran, orang pertama yang sableng adalah saya sendiri.

Tentang Unesco saya tidak mengerti karena saya masih kelas RT, belum kelas dunia.

Jadi, harap dimaklumi.

 

Andy Ryanto's picture

Sudah mengerti kalau yang

Sudah mengerti kalau yang pertama jadi sableng itu mas Pur, tapi kalau main di ekspor saja tanpa ada evaluasi lah yang paling sableng kan Unesco (atau pemerintah?).  Mungkin mas Pur bisa buat tulisan/artikel dampak negatif implementasi BOS di media massa atau di journal terkait sebelum aktivitas sableng menyableng ini diekspor Unesco kemana-mana nanti malah bikin orang sedunia jadi sableng..lah kan repot. Hidup sablengg....ehh....maksudnya hidup mas Pur! tetap semangat!