Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Di Tepi Jurang Neraka

iik j's picture


Hari ini, ada satu gambaran yang melekat erat di benakku, tak mau hilang sedikitpun… yaitu seseorang yang berteriak, berdiri tepat di sisi jurang neraka…

Aku tak bisa melihat jelas siapa dia, kegelapan begitu pekat, lidah api yang
menyambar dari bawahnya terlihat sangat menakutkan...

***


Waktu aku sedang sangat bersukacita karena satu orang yang sedang kami perjuangkan akhirnya bisa datang kepada Tuhan.Tiba-tiba aku harus shock...


“Ada dua orang yang hendak memutuskan untuk keluar dari jalan Tuhan…” jelasnya


“Siapa?” aku masih tak mengerti


“Yudi dan Sandra…”


“Hah…” akupun hanya bisa bengong sesaat

***


Aku masih ingat dengan jelas apa yang aku katakan kemarin pagi sebelum mendengar kabar tentang mereka


“Akhir jaman… akan semakin banyak orang berjalan dengan cepat menuju neraka…” gumamku kemarin


Meski aku sendiri yang mengatakannya, tetapi yang jelas aku tak tahu kalau hal buruk itu akan menimpa sahabatku sendiri.


Untuk alasan yang sepenuhnya tak kumengerti,… untuk alasan manusiawi yang tak kupahami… dan aku berharap tidak akan kumengerti, karena jika “aku mengerti” maka aku pasti kehilangan pula pengertian akan takut Tuhan di dalam diriku.


Hanya dan mungkin, ada satu kalimat yang selalu tertulis di benakku untuk keadaan seperti ini yakni, ”…mengapa kalian memilih jalan ini?”


KEKELAMAN YANG TAK BERUJUNG,
hanya satu kalimat itu yang bisa melukiskan jalan lain selain jalan Tuhan yang kukenal.

***


Aku sendiri juga tak tahu kalau ternyata pelukanku 4 minggu yang lalu itu mengartikan banyak hal. Hari ini baru bisa kumengerti semuanya…


Aku hanya didorong dengan kuat untuk melangkah ke arahnya tanpa berpikir hal negatif sedikitpun. Aku katakan kalau dia telah kehilangan kasih mula-mula, telah melangkah sedemikian jauh dari DIA, telah menyimpang ke arah yang salah, telah tawar, dan nyaris padam… sungguh aku tak mengerti arti semuanya waktu itu.


Aku tahu dan masih ingat perkataanku terakhir padanya waktu itu, “Kembalilah pada Tuhan teman, Dia mengerti hatimu, Dia inginkan kau kembali sepenuhnya…” Setelah itu kami sama-sama menangis, seolah kami akan terpisah jauh


Kami, aku seolah akan terpisahkan oleh sesuatu, tanpa ku sadari bahwa saat itu kami memang telah atau hampir terpisahkan.

***


Hari ini, gambaran itu gambaran semakin melekat erat di benakku, tak mau hilang sedikitpun… yaitu seseorang yang berteriak, berdiri tepat di sisi jurang neraka


Aku melihat sisi kelam di sebelahnya dan api yang besar, dan... ternyata kamu yang berdiri tepat di sisi jurang itu!!! Aku hanya bisa menatapmu. Mulutku kelu, tak sanggup berkata-kata...


Bersamaan itu, entah mengapa hatiku terasa pedih, sangat pedih, seperti kehilangan sesuatu, seseorang yang sangat kucintai. Aku belum tahu apa artinya ini,...

***


Sore kemarin aku menelponmu, aku katakan yang kurasakan, aku bilang kalau melihatmu di tepi jurang neraka…dan kamu hanya
tertawa garing. Kamu bilang kamu sudah siap dengan segala konsekwensi dan seluruh akibat dari meninggalkan "jalan terang" ini. Sejujurnya, aku merasa tak mengenalmu sekarang. Kamu bukan sahabat yang kukenal dekat itu, bukan…


“Aku sudah berusaha…” cuma itu yang kau katakan


Sekali lagi, alasan yang tak aku mengerti dan mungkin tak akan pernah kumengerti.

***


Saat ini gambaran itu makin jelas terpampang di mataku. Dua orang yang menyimpang menempuh jalan gelap yang tak kukenal, dua orang yang terlempar jatuh di jurang kelam dan berapi, dua orang yang terjatuh di lintasan lari namun tak mau lagi bangkit, tetapi memilih untuk menyerah dan menjadi pecundang…

 


Aku sangat mengasihimu sahabat… tetapi tanpa adanya “ikatan darah kudus” dari Yesus Kristus, maka kita hanya
sebatas sahabat dunia.


Untuk sesaat kenangan tentang kita masih sepintas lalu membayang. Saat kita tertawa bersama, melakukan hal-hal konyol, berteriak-teriak, membagikan Firman, saling menguatkan, bahkan menangis bersama… dan aku masih bisa tersenyum waktu mengingat semua itu.

 


Aku tak tahu apakah suatu saat nanti kamu bisa kembali atau tidak… apalagi kau katakan sudah siap dengan segala konsekwensinya dan kau telah berpikir sangat panjang dalam mengambil keputusan ini. Sungguh aku tak tahu…


Kita sudah saling tahu dan mengerti kalau panggilan ini bukanlah sekedar berada dalam suatu gereja, menjadi anggota jemaat dan rajin beribadah…


Kita sudah saling mengerti kalau panggilan ini artinya adalah panggilan kekal kehidupan…

 


Kita sudah saling memahami kalau kehidupan terang harganya lebih mahal daripada darah kita…


Aku tahu kamu sudah mengetahui semuanya itu.

***


Tetapi, untuk kesekian kali di perjalanan panjang panggilan ini aku harus memilih untuk meninggalkan semua kenangan, semua permainan perasaan dan menatap terus kepada KEHIDUPAN yang ada didepanku.

 

KEHIDUPAN bagiku, harganya lebih dari perasaanku, keinginanku, impianku, bahkan rasa sayangku terhadap siapapun


Aku usap air mata, tegakkan lagi kepala, bangkit,tegarkan hati, dan melangkah lagi… perjalanan panjang ini belum berakhir…


Melintasi padang gurun, melewati setiap peperangan, menghadapi setiap pengujian, melangkah menuju tanah perjanjian yang disediakanNya di depanku, sebentar lagi aku akan sampai di sana!! Betapa aku merindukan saat dimana aku bisa bertemu Kekasih dan Belahan Jiwa yang menanti.


Aku akan terus berjalan di jalan kehidupan ini… sampai akhirnya aku menyelesaikan pertandingan ini dan merebut mahkota KEMENANGAN!!!

***


Kututup catatan hari ini dengan sebuah ucapan, “Selamat Tinggal Sahabat…”


Untuk bekas sahabatku

yang telah memilih jalan kelam yang tak berujung