IMANUEL - SATU PEMAHAMAN LAGI TENTANG KASIH BAPA

Hari Selasa malam, kegiatan kami sekeluarga, mulai jam 7 s/d jam 9 bahkan kadang s/d jam 10 hampir selalu diisi dengan mengikuti Kebaktian Persekutuan Keluarga yg diadakan oleh gereja kami. Saat ini ada sekitar 45 Kelompok Persekutuan Keluarga yang merupakan kumpulan sekitar 5 sampai 7 keluarga yg rumahnya relatif dekat.

Kebaktian tersebut sebenarnya hanya berlangsung sekitar satu jam. Tapi, karena hampir selalu ada makan (kadang makan besar, misalnya kapal he he he dan kadang makan kecil, misalnya makan nyamuk) dan ngobrol setelah Kebaktian selesai (termasuk obrolannya ibu-ibu gitu deh) maka pulangnya bisa sampai jam 10 malam,

Pernah satu kali, saat diadakan Kebaktian Persekutuan Keluarga di rumah salah seorang jemaat yg juga tinggal di perumahan yg sama dengan keluarga kami tinggal, ada “insiden kecil” yg membuat bertambahnya pemahaman saya tentang KASIH BAPA.

Kisahnya, ketika Kebaktian akan dimulai, maka anak kami (namanya grace) masuk ke kamar anak tuan rumah untuk bergabung dengan anak-anak yg lain termasuk anak tuan rumah. Tiba-tiba disaat ibadah sedang berlangsung, anak saya keluar dari kamar anak tuan rumah dengan mimik muka hampir menangis, kemudian dengan berbisik lirih dia katakan di telinga saya bahwa dia disuruh keluar oleh anak tuan rumah. Melihat kesedihan terpancar di muka dan mata anak saya, tidak bisa tidak, saya ikut merasakan kesedihannya. Kemudian saya bisikan kepada anak saya, “tidak apa-apa grace disuruh keluar, grace disini saja BERSAMA papi dan mami.

Selesai saya menyampaikan hal tersebut kepada anak saya, saya sadar bahwa saya sudah akan menangis kalau saja tidak sedang berada di rumah orang lain dan dalam suasana Kebaktian Keluarga. Yang membuat saya terharu dan ingin menangis bukan karena anak saya “diusir” keluar kamar oleh anak tuan rumah, sebab saya tahu anak-anak biasa bermusuhan sebentar dan kemudian akan berbaikan kembali.

Tapi yg membuat saya terharu adalah karena saya langsung teringat akan KASIH BAPA kepada saya. Saya mendapat pemahaman bahwa, disaat saya mengalami sesuatu yg mirip seperti yg anak saya alami yaitu ditolak oleh seseorang bahkan siapapun di lingkungan kehidupan saya, maka saya jadi mengerti bahwa BAPA SURGAWI IKUT MERASAKAN ketertolakan itu bersama saya, sebagaimana saya ikut merasakan ketertolakan yg dialami anak saya.

Mengendapkan pemahaman tersebut didalam hati, membuat saya berbesar hati dan terharu, sebab saya mengerti bahwa BAPA YG LEBIH BESAR itu ikut merasakan bersama saya.

Saya percaya bahwa, Allah mengajarkan tentang bagaimana Dia mengasihi kita salah satunya adalah melalui hubungan antar anggota keluarga kita. Maksud saya adalah, kita bisa memahami KASIH BAPA melalui kasih yg terjadi dalam interaksi setiap anggota di dalam keluarga kita, walaupun KASIH BAPA untuk kita jauh lebih besar dari kasih kita kepada orang lain.

Mat 1:23 “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia IMANUEL –yang berarti: Allah menyertai kita”

Bukan hal yang mudah memang, tetapi saya mulai mengerti, apapun yang terjadi, khususnya ketika terjadi kesulitan, penolakan, kesedihan, penderitaan, maka tidak perlu lagi bertanya dimana Tuhan ketika kita dalam kesulitan atau penderitaan, sebab jawabannya adalah pasti DIA ADA BERSAMA KITA dan saya percaya DIA IKUT MERASAKAN BERSAMA KITA.

Tuhan Yesus memberkati

Sola Gratia