Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kabar Baik menurut Markus: Nguping diskusi Bible Scholar

manguns's picture

Injil menurut Markus: Nguping diskusi ringan para Bible Scholar tentang latar belakang sejarah penulisannya

Semenjak kenaikan Jesus ke surga, tahun 30 CE, pekabaran berita baik semata mengandalkan lisan, sama sekali belum ada tulisan injil, surat apalagi kitab suci perjanjian baru. Mereka yang menjalani kebersamaan dengan Jesus, mendengar langsung ajarannya merupakan SAKSI MATA. Sebagai saksi mata, kesaksian lisan mereka sangat kredibel. Mereka adalah rasul (apostles), murid (disciples) dan pengikut.

Tradisi lisan adalah refleksi dari prinsip bangsa Israel menjaga kesucian kitab suci. Trannsmisi perintah Allah yang diterima Musa secara lisan (Torat dan Hukum Musa) adalah harus secara lisan dan hanya oleh para Imam suku Lewi. Para Rasul yang takut akan Allah memegang teguh tradisi lisan ini.

Tetapi pada masa para saksi mata mulai meninggal, mulai dibutuhkan pencatatan kejadian dan pengajaran Jesus yang disaksikan para saksi mata. Bahkan mulai tahun 52 Surat Paulus yang bukan saksi mata mulai beredar

Simon Petrus memulai pelariannya dari penjara (Kis 12:1-19) merekrut Markus sebagai partner dan pentertemah, hinga tiba di kota Roma tahun 42 CE (AD 42; Eusebius, Eccl, Hist. 2.14.6), menemukan sudah terbentuk pengikut Jesus disana.

Bagi para saksi mata, bangsa Jahudi yang dijajah Romawi, bahasa dan aksara ibu adalah Jahudi/Ibrani/Aramaic, sedangkan aksara bahasa Yunani adalah lingua franca-bahasa pergaulan. Tapi tak boleh dilabaikan Latin sebagai bahasa formal penjajah/penguasa Kekaisaran Romawi. Tingkat buta huruf adalah 99%.

Simon pengusaha nelayan selaku rasul pertama yang direkrut Jesus diketahui berpendidikan minim mengalami hambatan akademik, untuk menulis sermon aksara Ibrani, apalagi menulis bagi audiens Jahudi diaspora (perantauan) di Roma aksara dan bahasa Yunani. Akibatnya mengandalkan Markus. Ditambah hambatan psikologis prinsip tradisi lisan Jahudi menjaga kesucian ajaran Allah.

Jemaat Jesus di kota Roma mulai menuntut Markus untuk menulis apa yang Simon ajarkan, selaku saksi mata Jesus. Markus atas desakan jemaat kota Roma mulai menulis ajaran Simon. Outline tulisannya sudah disetujui Simon tetapi karena Markus mulai menulis menjelang Simon dihukum mati tahun 67 CE, Simon tidak sempat melihat terbitnya tulisan pengajarannya.Hal ini diketahui dari catatan para Bapa Gereja (Clement of Alexandria, Origen, Eusebius, Tertullian, and St. Jerome signify that it was written before St. Peter's death. Mark died in 68 CE)

Hal itu yang mengakibatkan beredar karya tulisan yang belakangan kian lama diberi label menurut Markus, bukan injil menurut Simon.

 

Para Bapa Gereja juga mencatat bahwa, Matius mengcopy karya Markus dan menambahkan Naskah Q. Lukas saat menulis injilnya mengakses karya Markus dan Matius. Injil Yohanes belakangan beredar tahun 90-100 CE. 

Secara substansi, injil Markus adalah kabar baik yang disaksikan oleh Simon Petrus, kecuali beberapa hal, seperti kisah Jesus ditangkap dan diinterogasi, Simon bukan saksi mata karena tak hadir saat kejadian.

Kesaksian Papias - Bishop Hierapolish, seorang dari tiga murid Yohanes, yg dikutip Eusebius, Hist. eccl. 3.39.14-17 (c. 325)

"Mark, who had indeed been Peter's interpreter, accurately wrote as much as he remembered, yet not in order, about that which was either said or did by the Lord. For he neither heard the Lord nor followed him, but later, as I said, Peter, who would make the teachings anecdotally but not exactly an arrangement of the Lord's reports, so that Mark did not fail by writing certain things as he recalled. For he had one purpose, not to omit what he heard or falsify them"

Urantia Book menginformasikan:

para rasul kukuh menolak injil untuk dituliskan, sehingga murid dari para rasul enggan untuk menuruti keingginan jemaat mendapatkan tulisan ajaran Jesus dari para saksi mata. Tetapi selama mendampingi Simon, Markus tekun membuat catatan-catatan pengajaran Simon. Menjelang kematian Simon, berdasar outline yang disetujui Simon, barulah Markus menulis injil-nya.

Atas perintah Simon, Markus pergi ke pusat peradaban dunia, kota Alexandria yang didirikan oleh Alexander yang Agung, memberitakan ajaran Jesus, membawa injil tulisannya dan mendirikan Jemaat Alexandria, Bishop pertama dari Gereja yang sekarang dikenal sebagai Gereja Coptic Mesir, dimana dogmanya masih lestari hingga kini.

Simon Petrus dalam suratnya mengkonfirmasi Markus sebagai anak Rohaninya, menulis dari ibukota penjajah Roma yang disamarkan sebagai Babilon

Salam kepada kamu sekalian dari kawanmu yang terpilih yang di Babilon, dan juga dari Markus, anakku (1 Perus 5:13)