Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kata Alkitab tentang Upah dan Istirahat

Nia Ritonga's picture

Berbicara mengenai ketenagakerjaan, pasti juga menyinggung mengenai hak-hak pekerja. Hak pekerja yang sering menjadi persoalan publik dan selalu menjadi trending topic setiap tahun adalah upah atau gaji. Namun permasalahan ketenagakerjaan ini tidak hanya selalu mengenai upah, tetapi mengenai hak-hak lainnya juga, seperti hak untuk istirahat atau cuti, dan lainnya.

Dari awal mula Allah Bapa menciptakan manusia, Allah Bapa memberikan perintah agar manusia bekerja, seperti yang tertulis dalam Kejadian 2:15. Setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah pun tetap memerintahkan manusia untuk tetap bekerja seperti yang tertulis dalam Kejadian 3:17.

Dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan mengatur bahwa setiap orang yang bekerja mempunyai hak-hak yang dilindungi dan dijamin oleh Pemerintah, dan hak-hak tersebut wajib diberikan/dipenuhi oleh si pemberi kerja.

Apa Kata Alkitab tentang Hak Pekerja?

Dalam Matius 10 : 10 menyebutkan: “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya”. Dalam Kitab Roma 4 : 4 juga menyatakan: “Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai hadiah, tetapi sebagai haknya”.

Dari kedua Firman Tuhan di atas jelas menyatakan bahwa upah adalah hak karena kita telah melakukan suatu kewajiban, bukan karena hadiah atau pemberian cuma-cuma. Banyak tokoh-tokoh dalam Alkitab yang harus berupaya bekerja dan mengelola ladang dan menjaga kawanan ternak untuk mendapatkan upah dari hasilnya bekerja.

Kemudian hak lainnya seperti hak untuk istirahat atau cuti. Kita bekerja tidak boleh diperlakukan seperti budak, yang mana 24 jam harus terus bekerja melayani perintah majikan. Allah Bapa menciptakan langit, bumi beserta isinya pun ada masa istirahat. Allah Bapa bekerja (menciptakan) selama 6 hari dan pada hari ke-7 Allah beristirahat dan menguduskannya, seperti yang dinyatakan dalam Kitab Kejadian 2:2-3, yaitu:

2.       Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu.

3.       Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.

Keluaran 20:8-10 menyatakan : ”Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu”.

Kita memang harus bekerja dan tidak boleh bermalas-malasan, namun di sisi lain kita bukan budak yang harus dieksplorasi tenaganya untuk bekerja tanpa istirahat. Tuhan pun tidak suka kita kerja berlebihan dan melupakan kesehatan. Oleh karena itu, Tuhan memberikan 1 hari secara khusus untuk kita beristirahat. Dengan beristirahat kita juga memuliakan Tuhan, karena hari istirahat adalah hari dimana kita mengucap syukur atas 6 hari lamanya kita diberikan kesehatan dan kesempatan untuk bekerja.

Pekerjaan apa saja yang diberikan kepadamu, hendaklah kalian mengerjakannya dengan sepenuh hati, seolah-olah Tuhanlah yang kalian layani, dan bukan hanya manusia (Kolose 3: 23 BIS). Jangan khawatir dengan apapun yang kita kerjakan dan apapun job desk kita karena Tuhan sudah memberikan jaminan bagi kita, baik itu upah maupun waktu istirahat sebagai hak kita dalam bekerja.

Oleh: Rena Z. Ritonga