Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kepuasan Diri

josia_sembiring's picture

Masing masing kita pasti pernah minimal satu kali dalam hidup melakukan perenungan untuk mencari pencerahan didalam hidup ini. Banyak kasus dari zaman dahulu hingga sekarang, dari tokoh Besar hingga tokoh yang tidak diperhitungkan pun melakukan perenungan untuk mencari pencerahan dalam hidupnya.

Didalam Alkitab ada satu contoh tokoh yang menulis sebuah buku yang kita kenal dengan nama Pengkhotbah. Mengenai nama buku itu saya tidak akan bahas tapi yang mau saya bahas adalah Tujuan dari si penulis menuliskannya.

Pengkhotbah adalah penulis yang saya yakin kualitas hikmatnya luar biasa. Dia pasti sudah mengamati semua jenis kehidupan didunia ini. Kehidupan orang miskin, kaya, orang bijak, orang bodoh, orang nekat, orang stress, orang depressi. Semua jenis kehidupan manusia sudah dia pelajari sehingga dia berani menulis kesimpulan mengenai semuanya.

Apa yang dicari pengkhotbah? Mungkin hanya dia dan TUHAN saja yang tahu, itupun kalau dia memang mengenal TUHAN.  Walaupun demikian, dari isi tulisannya kita bisa tahu apa maksud dan Tujuan dia menulis itu dan apa alasan dia menulis.

Pengkhotbah punya latar belakang seorang Raja, berhikmat memiliki kekayaan luar biasa, disegani dan dihormati. Rangkaian pengalamannya telah membuat dia semakin bingung dengan hidupnya. Ada sesuatu yang tidak beres yang terjadi terhadap manusia. Manusia berlomba-lomba mencapai sesuatu yang sudah pasti akan mereka tinggalkan kalau mereka mati. Lalu, mengapa manusia itu mengejar-ngejar terus? Diapun tidak bisa menemukan akar permasalahannya, hanya saja dia menyimpulkan bahwa manusia melakukannya untuk menyibukkan diri sendiri dan membuktikan bahwa dia Ada. Membuktikan kepada siapa? Ternyata kepada manusia lain.

Kepuasan...Kepuasan... Akhir dari kepuasan adalah kekosongan. Ketika kepuasan itu diraih maka muncul kekosongan. Untuk itulah manusia memerlukan kekosongan yang tidak terhingga untuk memuaskan dirinya dan hasratnya. Apakah manusia didesain dan diciptakan seperti itu? Hanya Tuhan sang pencipta yang tahu.

Kalau kita baca kisah awal kejadian manusia, kekosongan dan ketidakpuasan muncul pertama kali ketika Adam tidak menemukan pasangannya. Namun akhirnya kekosongan dan ketidakpuasan itu diisi oleh TUHAN dengan menciptakan HAWA. Ternyata TUHAN tidak cukup bagi Adam. Saya percaya kalau TUHAN dan Adam pasti selalu melewatkan hari2 bersama di taman. Adam punya teman, tapi ternyata TUHAN sebagai temannya tidak bisa memuaskannya. Apakah wanita yang ditempatkan TUHAN disampingnya bisa memuaskannya? Ternyata juga tidak, karena sewaktu pengadilan TUHAN mengenai buah pengetahuan, ADAM tidak bersikap ksatria membela Istrinya, tapi justru menyalahkan Istrinya.

Jadi, apa sebenarnya kepuasan yang tidak terhingga? TUHAN? ISTRI? ANAK? KEKUASAAN? HARTA? Mengapa Adam yang bersama TUHAN ada di taman justru merasa dirinya kurang mantap kalau belum punya pasangan? Apa maksudnya? Apa Tujuannya? Apakah pengenalan akan TUHAN bukan kepuasan yang tidak akan habis?

Itulah yang menjadi pencarian manusia selama ini. Kepuasan yang tidak habis kalau sudah dicapai/diberi/dianugerahi. 

-Josia-

PS : Ternyata TUHAN pun "mungkin" tidak bisa memuaskan ADAM/Manusia