Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kisah seorang anak autis

andryhart's picture

 

Pada awalnya Edo merupakan seorang anak kecil yang pintar, lincah, penyayang dan banyak temannya. Pada usia 8 tahun, dia mengalami kecelakaan saat meloncat dari papan loncat kolam renang setinggi 4 meter. Kepalanya terbentur pada pinggir kolam renang. Walau pemeriksaan CT scan otak tidak menunjukkan kelainan pada otak maupun keretakan pada tulang, namun sejak itu Edo mengalami kesulitan belajar padahal sebelum kecelakaan, dia tergolong murid yang pandai. Edo berhasil lulus SD dengan nilai yang sangat minim.

            Ketika duduk di bangku SMP, perangai Edo mulai berubah. Ia menjadi mudah marah. Kalau marah, perilakunya dapat sadis seperti menyiksa teman sebayanya, Rin, yang diasuh oleh keluarga Ibu Mariani, orangtua Edo, untuk menemani Edo. Rin pernah dikunci oleh Edo di dalam sebuah lemari selama seharian dan baru ditolong oleh Bu Mariani setelah mendengar suara permintaan tolong dari dalam lemari itu. Edo sering menderita rasa pusing yang hebat. Suara TV yang keras bisa membuat kepalanya sakit dan mengubah perangainya menjadi anak yang pemarah. Padahal sebelumnya Edo merupakan anak yang murah hati dan penyayang. Dia sering pulang tanpa baju karena memberikan baju yang dikenakannya kepada temannya yang memintanya atau kepada orang lain yang dikasihaninya.

            Bersamaan dengan perubahan perangai, kemampuan otak Edo terus menurun secara drastis. Orangtua Edo kemudian membawanya ke dokter spesialis saraf di RS Sumber Waras, Jakarta. Hasil pemeriksaan EEG menunjukkan tidak adanya kelainan. Namun demikian, kondisi Edo semakin parah. Dia juga tidak suka berkumpul dengan keluarganya dan lebih suka mengurung dirinya di dalam kamar. Menyadari perilaku yang tidak wajar itu, orangtua Edo membawanya ke psikiater di rumah sakit MMC. Menurut psikiater tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan kondisi kejiwaan Edo. Namun, ketika menginjak bangku SMA, kondisi emosional Edo semakin memburuk. Emosinya berubah dengan cepat dan kemarahannya semakin tidak terkontrol. Dia juga mulai memperlihatkan keinginan bunuh diri.

            Setelah lulus SMA, orangtua Edo mengirimnya untuk kursus bahasa Inggeris di Melbourne dan bahasa Mandarin di Beijing. Akan tetapi, kebiasaannya mengurung diri di kamar menyebabkan Edo dipulangkan kembali ke orangtuanya. Sekembalinya di Jakarta, orangtua Edo yang putus asa dengan hasil pengobatan dokter mencoba membawa Edo kepada orang pintar mulai dari Rm Lukman, kyai terkenal hingga dukun dan sinshe karena Edo mulai bercerita tentang sosok Sri Gading yang selalu mendampinginya. Di Palembang, orangtua Edo membawanya ke suhu Apai. Menurut suhu ini tidak ada satu pun kelainan yang serius pada tubuhnya kecuali penyumbatan saraf akibat kecelakaan yang dialaminya. Suhu Apai menganjurkan terapi akupungtur sebagai satu-satunya cara untuk memulihkan fungsi sarafnya. Kembali Edo menjalani pemeriksaan saraf dan MRI di RSCM tetapi hasilnya tetap tidak menunjukkan kelainan apa pun.

            Atas pemberitahuan seorang teman baik, Ibu Santini, akhirnya Edo dibawa ke Klaten untuk berobat pada seorang ahli akupungtur. Ahli tersebut adalah Bapak Eko, yang belajar ilmu akupungtur dari para tabib dan dokter Cina seperti sinshe Tjoa, Dr Lie Tjoan Tjie, dll. yang mengobati almarhum Bung Karno pada saat-saat terakhir kekuasaannya diambil alih oleh orde baru. Bapak Eko belajar dari dokter-dokter tersebut ketika mereka dibuang dan ditahan di Pulau Buru selama bertahun-tahun. Di pulau Buru sendiri juga terdapat para dokter yang dikirim oleh Soekarno untuk belajar akupungtur di negara Cina seperti dr Sumrapi, dr Sumanto dll.

            Setelah menjalani pengobatan akupungtur selama kurang-lebih dua tahun dan jatuh bangun dalam upaya menuju kesembuhan, akhirnya Edo berhasil menemukan kepercayaan dirinya. Keluhan sakit kepalanya pun mulai berkurang dan akhirnya menghilang. Dia mulai bisa bekerjasama dengan orang lain. Kini Edo pun sudah berumah tangga dan dikarunia 3 orang anak. Dia berwirausaha dalam bidang pembudidayaan ikan Arwana di Pontianak. Kesembuhan Edo telah menggugah semangat Ibu Mariani untuk mendirikan klinik Arogya Mitra dengan Pak Eko sebagai ahli akupungturnya. Kini klinik tersebut telah berkembang menjadi panti anak autis dengan jumlah anak yang dirawatnya sebanyak 70 orang. Mereka merupakan anak-anak autis yang datang dari berbagai penjuru tanah air. Sebagian besar dari mereka sudah berhasil disembuhkan dan tempatnya digantikan oleh anak-anak autis yang baru.

            Klinik autis Arogya Mitra terletak di pinggiran kota Klaten, yaitu pada Dukuh Ngemplak, Kalikotes, Klaten, Jateng. Anda dapat mengakses websitenya: www.arogyamitraakupuntur.com dan nomer telepon 0272-3100018. Nomer hp Ibu Mariani sendiri (orangtua Edo) adalah 08122975549, 08882895563, 081915213888.

 

(Kisah ini diceritakan oleh Ibu Mariani sendiri pada saat saya sekeluarga berkunjung ke kliniknya).

__________________

andryhart