Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Konspirasi

Pak Tee's picture

      Aku terbangun. Seorang pria berdiri di depanku mengacungkan tangannya, mulutnya bersuara keras : "Dor...!" Dan dia tertawa terbahak-bahak. Dia merapat ke tempat tidurku dan menjabat tanganku, "Selamat datang di kehidupan kedua!"

      Aku melihat ke sekelilingku. Ini bukan neraka! Ini sebuah kamar hotel berbintang. Bagaimana mungkin? Aku yakinkan diriku, kucubit tanganku. Sakit. Pria itu tertawa. "Kau tidak sedang bermimpi, Saudaraku...!"

      Aku turun dari tempat tidurku, dan bergegas membuka tirai jendela. Di luar, di bawah sana, lalu lintas kota yang ramai. Dari seluruh bangunan yang bisa kulihat, aku mengenalinya. Aku ada di negaraku sendiri. Entah aku di tingkat berapa hotel ini, tapi pasti, aku tahu hotel ini. Aku sangat mengenal kotaku.

      "Satu dua tahun pertama kau akan masuk ke panti rehabilitasi, tapi setelahnya kau akan diikutkan dalam program pelatihan bagi relawan, motivator sekaligus konselor bagi korban dan pecandu narkotika. Kau akan mendapatkan identitas dan tempat tinggal yang baru!

      "Selamat!" Pria itu sekali lagi menjabat tanganku. Dan dia berjalan ke pintu.

      "Eh.....!" Aku tak tahu harus bicara apa. Pria itu memandangku dan tersenyum. Sejurus kemudian dia sudah lenyap di balik pintu.

*****

      Bertahun-tahun aku hidup di penjara. Melewatkan waktu panjang yang begitu melelahkan, dari persidangan ke persidangan berikutnya. Aku tertangkap tangan dengan 8,3 kg heroin, di negara yang baru saja memproklamirkan diri sebagai negara darurat narkoba. Tak ada ampun. Tak ada grasi. Percuma saja segala upaya hukum yang dilakukan. Percuma dan sia-sia!

      Tapi entah kenapa justru setelah permohonan grasiku ditolak, aku memperoleh rasa itu. Rasa dicintai, rasa bahwa aku berharga....! Bagaimana tidak? Bahkan negaraku sampai menarik duta besarnya dari negara dimana aku di penjara. Adakah aku masih begitu berharga setelah semua kejahatan yang kulakukan?

      Di penjara itu aku menerima Tuhan sebagai Juru Slamatku dengan air mata berlinang. Lewat sekian banyak orang di sekelilingku, aku merasakan cinta Tuhan. Tuhan itu baik, sangat baik.

      Aku ikhlas. Aku siap untuk menjalani hukuman matiku. Aku ikhlas. Malam itu untuk pertama kalinya aku bisa tidur dengan begitu nyenyak di tempat yang tidak pernah kuinginkan -- penjara-- setelah berdoa dengan begitu khusuk dan dengan hati yang begitu damai kepada Tuhan.

****

      Aku masih ingat. Beberapa malam setelah itu aku dibangunkan. Aku dibawa ke tengah lapangan. Aku tahu, itu hari eksekusiku. Mataku ditutup (aku boleh saja meminta mereka tidak menutup mataku, tapi entah kenapa aku merasa begitu mengantuk, aku lebih suka jika mereka menutup mataku).

      Oya, ketika dokter memeriksaku untuk terakhir kalinya tadi dia sempat menyuntik lenganku. Kesannya terlalu terburu-buru dan seperti tidak ingin diketahui orang lain. Ada pikiran yang tiba-tiba melintas : Aneh! Tapi apakah aku masih perlu perduli terhadap sebuah keanehan?

      "Dor....!" Aku masih sempat mendengar suara itu sebelum aku benar-benar terlelap, tidak sadarkan diri.

      Kini aku baru mengerti. Ada konspirasi. Entah siapa saja yang terlibat, aku tidak tahu. Kecuali sang dokter tentu saja, yang aku yakini keterlibatannya. Tapi dia hebat! Dosisnya pas membuat aku terlelap... di saat yang tepat.

*****

      "Hallo...." Di antara terapi rehabilitasiku, seorang lelaki yang belum pernah kulihat sebelumnya menyapaku.

      "Hallo juga!"

      " Bagaimana keadaanmu? Sudah lebih baik?"

      "Ya...."

      "Tahu kenapa kau diselamatkan?"

      "Tidak!"

      "Karena kau berharga! Karena ada misi khusus untukmu!"

      "Misi khusus?"

      "Ya! Menjangkau banyak jiwa. Menyelamatkan banyak orang dari bahaya narkoba. Jiika mungkin, sekaligus dari bahaya neraka!"

      "Kenapa aku?"

      "Karena kau yang dipilih!"

      "Siapa yang memilihku?"

      "Kau tak perlu tahu!"

      "Tetapi aku......"

      "Kenapa? Tuhan juga menunjuk banyak orang berdosa menjadi pendeta, pastor dan santo-santo suci...., apa bedanya denganmu? Kami ingin memberantas penyalah-gunaan narkotika, tidak dengan hukuman mati, tapi dengan pengampunan dan rehabilitasi. Kami tahu bahaya penyalah-gunaan narkotika sangat mengerikan. Bagi kami cara itu lebih efektif. Kasih dan pengampunan, bagi kami, lebih efektif dari hukuman. Apalagi hukuman mati".

      "Tapi bagaimana semua ini bisa terjadi? Aku masih saja merasa ini sebuah mimpi. Sesuatu yang sangat mustahil...."

      "Tidak ada yang mustahil. Tidak ada yang kebetulan. Kau tertangkap di negara yang korup. Negara yang pejabatnya banyak melakukan pencitraan daripada kebenaran. Negara dimana hukum bisa dibeli. Negara dimana banyak pejabatnya bisa berkata, 'O...., itu semua bisa diatur!'"

      "Itu cuma oknum saja! Bukankah di semua negara ada oknum-oknum seperti itu?"

      "Ya......, mungkin! Itulah sebabnya kita sebagai warga negara wajib untuk selalu mendoakan negara dimana kita tinggal. Mendoakan kepala pemerintahan, para menteri, hingga seluruh pejabat yang ada.... dari pusat sampai daerah!"

      "Betapa indahnya jika aku bisa melakukan semua hal baik itu! Memulai hidup baru! Inikah yang disebut sebagai lahir baru itu?"

      "Ya! Berubah total! Menghargai keselamatan yang sudah diberikan kepadamu!"

      "Kini aku bisa merasakan kesedihan ini.....!"

      "Kau sedih? Seharusnya kau bahagia karena kau sudah diselamatkan!"

      "Ya...... aku sangat bahagia! Sekaligus aku sangat sedih. Aku bisa merasakan keselamatanku begitu nyata, karena aku merasa sangat berdosa. Karena aku merasa selayaknya aku mati. Tapi mereka.... mereka yang merasa dosanya kecil, bahkan mereka yang merasa tidak pernah berbuat dosa, pasti mereka tidak akan pernah merasakan kebahagiaan ini!"

      "Ah, kau ada-ada saja!"

      "Sungguh! Aku merasakan diriku memang berubah. Biasanya aku tidak pernah memikirkan orang lain..... tapi kini?"

      "Berdoalah untuk mereka!"

"Biarlah Ia kembali menyayangi kita, menghapuskan kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut" (Mikha 7:19).

__________________

Seperti pembalakan liar, dosa menyebabkan kerusakan yang sangat parah dan meluas. Akibatnya sampai ke generasi-generasi sesudah kita. Aku akan menanam lebih banyak pohon!