Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Memberi Tanpa Kehilangan

Purnomo's picture
Untuk menyelenggarakan sebuah taman bacaan bagi masyarakat di sebuah pemukiman, gereja mewartakan kebutuhan sumbangan buku bekas dari jemaat. Memeriksa sumbangan yang masuk membuat saya kecewa karena lebih banyak yang harus disingkirkan. Bahkan ada 1 dus besar yang berisi buku-buku pelajaran sekolah 20 tahun yang lalu dan buku-buku cerita dalam ejaan lama. Mungkin si pemberi berpikir, “Daripada aku berikan kepada tukang sampah lebih baik diberikan kepada gereja karena tidak mungkin ditolak.”
 
Kalau saja ada Sekolah Memberi, si pemberi ini pasti ditempatkan di kelas Play Group. Bagi anak-anak yang bicaranya masih cedal, memberi itu berarti memindahkan sebuah barang dari tangannya ke tangan orang lain. Dan anak-anak seumur ini hanya memberikan barang yang tidak lagi ia sukai.
 
Termasuk kelompok ini adalah mereka yang dengan senang hati ikut mendukung rencana gereja untuk mengirim bantuan ke daerah bencana alam dengan memberikan pakaian dalam bekas yang tabu dibuang ke tempat sampah karena konon ceritanya bila dibakar di TPA akan membuat bagian tubuh yang biasa dilindungi pakaian ini kegerahan. Lebih bisa diterima di akal sehat bila alasannya adalah mereka malu bila tukang sampah berpikir, “Ternyata orang kaya ini CD-nya tidak beda dengan punya istriku yang 10 ribu rupiah dapat 5.”
 
Memberi seperti ini lebih dikarenakan si pemberi tidak ingin kehilangan sesuatu miliknya yang berharga. Ia tidak mengetahui bahwa memberi tanpa kehilangan bisa dilakukan dengan lebih baik. Misalnya saja memberi senyuman kepada orang-orang yang ditemuinya; memberi keramahan dalam bentuk tutur kata dan bahasa tubuh ketika berkomunikasi dengan teman-temannya; memberi ucapan selamat berulang tahun kepada kenalannya yang ia tahu berulang tahun pada hari ini. Dua kegiatan memberi ini sama-sama tidak membuat si pemberi kehilangan miliknya yang berharga. Bedanya, yang pertama si penerima tidak merasakan manfaat pemberiannya sedangkan yang kedua si penerima mendapatkan sukacita atas pemberiannya.
 
Memberi tanpa kehilangan bisa kita lihat di situs Sabda Space ini. Apakah saya kehilangan sesuatu yang berharga ketika mengunggah artikel-artikel saya di sini? Tidak! Saya kehilangan waktu berharga saya? Tidak, karena saya menulis ketika memiliki waktu luang. Saya tidak mau menulis di tengah kesibukan saya. Saya juga tidak kehilangan pulsa karena saya mempergunakan pulsa bulanan anak saya yang biasa dipergunakannya untuk mengunduh gambar-gambar untuk aktivitas atau alat peraga bagi Sekolah Minggunya. Saya juga tidak kehilangan energi otak saya karena saya tidak membahas doktrin atau dogma yang perlu memeras otak dan membaca buku-buku referensi. Saya tinggal “copy paste” memori saya dan saya yakin memori saya tidak menghilang karena saya copy paste berulang-ulang.
 
Sebaliknya, saya mendapat keuntungan. Karena sering menulis saya tahu kata “geming” artinya “diam saja” sehingga saya tidak lagi mengatakan “tidak bergeming” dengan maksud “tidak bergerak”. Saya tidak lagi mengatakan “dipersilahkan” karena tahu yang benar adalah “dipersilakan”.
 
Keuntungan ini juga saya rasakan ketika memberikan kursus bahasa Inggris lewat imel kepada bawahan saya yang tersebar di seluruh pulau Sumatra. Ketrampilan saya dalam berbahasa Inggris yang sudah lama menghilang kembali lagi. Saya tidak perlu membuang energi dalam membuat bahan pelajaran karena tinggal mencontoh buku pelajaran terbitan India yang banyak dijual di Medan. Saya memeriksa PR mereka pada malam hari ketika ada waktu luang.
 
“Memberi tanpa kehilangan” juga bisa kita lakukan di tempat kerja ketika ada pegawai baru. Kita tidak kehilangan sesuatu apabila memberitahu mereka dokumen pengeluaran barang dari gudang harus dibuat rangkap lima. Tidak ada ruginya untuk memberitahu sopir baru setiap berapa ribu kilometer mobil mereka harus diganti oli mesinnya.
 
Kebiasaan memberi dapat kita bina melalui memberi tingkat dasar ini yang bisa dilakukan oleh siapa saja walaupun ia belum memiliki uang. Walaupun dalam – kalaulah ada – Sekolah Memberi mereka yang melakukan kegiatan ini baru berada di kelas Taman Kanak-kanak, kegiatan ini tidak selalu mudah.
 
Tidak mudah ketika duduk di sebelah sopir angkot dalam udara panas terik kita mengajaknya berbincang-bincang agar kerut-merut di dahinya menghilang. Tidak mudah ketika menghadapi seorang yang temperamental kita tetap memasang senyum tulus di bibir kita. Bukan sesuatu yang gampang ketika artikel kita dikomentari dengan kasar kita menanggapinya dengan kalimat-kalimat yang santun.
 
“Tetapi bukankah kasus-kasus di atas menunjukkan kita telah kehilangan sesuatu?” mungkin begitu komentar Anda. Betul, bila yang Anda maksud adalah harga diri. Tepat, apabila selama ini Anda masih memiliki rasa rendah diri bukan rendah hati. Jika dalam kegiatan memberi ini Anda masih merasa kehilangan sesuatu, lebih baik Anda jangan melakukan kegiatan memberi dahulu walaupun itu sekedar sebuah senyuman atau keramahan. Anda harus kembali ke kelas Play Group.
 
Sebagai anak TK dalam Sekolah Memberi, saya mengakhiri artikel singkat ini dengan kalimat “Selamat Ulang Tahun, Joli.” Mudah-mudahan ia tidak menuntut kado dari saya yang bisa membuat saya melompat ke kelas 1, “Memberi dengan terpaksa”.
 

( 08-07-2009 )

 

Serial Sekolah Memberi:

Kelas-0: Memberi tanpa kehilangan.

Kelas-1: Memberi dengan terpaksa.

 

Purnawan Kristanto's picture

Titip Kue buat cik Joli

Nunut titip kue ulang tahun buat cik Joli.

“Umur panjang ada di tangan kanannya, di tangan kirinya kekayaan dan kehormatan. Jalannya adalah jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera semata-mata.” (Ams 3:16-17 TB) 

 Birthday Cake Pictures, Images and Photos

 


 www.purnawan.web.id

__________________

------------

Communicating good news in good ways

joli's picture

@Wawan.. terima kasih

Makasih ya untuk tartnya, bawa ke @double esspresso ah.. nanti bagi bersama..

joli's picture

@Purnomo.. maksa..

Mau ikutan sekolah jurusan "memberi", adakah kelas weekend nya?

Purnomo : Selamat Ulang Tahun, Joli.” Mudah-mudahan ia tidak menuntut kado dari saya yang bisa membuat saya melompat ke kelas 1, “Memberi dengan terpaksa”.

Yeah, Purnomo kayak nggak tahu Joli aja, khusus buat Purnomo, ucapan selamat ulang tahun aja nggak cukup,.. mesti plus kado.. Ada kado yang Joli inginkan yang Purnomo punya, yaitu bundel buku karangan Purnomo berjudul "All about money" dan "All about love".. 

Ada tertulis.. (memaksa mode on) semoga SF nggak baca ini bisa di tegor keras ni, pakai ayat untuk memaksa supaya kado sukses terkirim..

Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu...
Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu (2Kor8:11-12)

minmerry's picture

@Joli

bundel buku karangan Purnomo berjudul "All about money" dan "All about love".. 

Jol... buku-buku itu Purnomo yang tulis????? *Surprise Mode On*

Aniwe, min setuju kado harus ditagih... hahaha.

^-^

__________________

logo min kecil

Purnomo's picture

Memberi sedikit tapi sukacita

Menjelang Lebaran biasanya para boss sudah tidak ada di kantornya. Kalau tidak sedang berlibur mereka berkantor di cafe untuk menghindari kegiatan memberi karena terpaksa. Mendengar keluhan mereka saya menyarankan adanya anggaran “cost for nothing” yang juga untuk tamu tak diundang yang minta ditraktir makan. Biar sedikit tetapi bila sudah dianggarkan tidak membuat jengkel banget ‘gitu.

 

Biar Joli nodong kado ternyata saya tidak harus memberi karena terpaksa. Karena waktu memeriksa distribution planning-nya ternyata ada nama Joli di situ dengan catatan “free”. Joli itu satu-satunya nama blogger SS yang ada dalam daftar saya. Jangan-jangan hubungan kita walau maya tapi sudah berbahaya. Atau, angkernya Joli sekarang sudah mengalahkan sangarnya hai hai? Ini Suhu sudah lama tidak gentayangan apa baru semedi nambah ilmu di Paris? Parang Tritis maksud saya.

 

Rencananya bundel ini mau saya titipkan kepada Samuel Anak Jalanan yang tinggal di tepi sungai Huangho waktu berangkat ke Kopdarnas. Tetapi karena sudah kedahuluan ditagih, plus dikompori pemilik kedai kopi, kalau sebelum Kopdarnas ada teman yang pergi ke Solo nanti saya titipkan. Kirim nomor hape Joli ke Inbox saya agar bisa dikontak oleh orang Solo yang saya titipi.

 

Boleh diperbanyak boleh dijual asal tidak cari untung. Kecuali kalau untungnya disumbangkan ke kas SS.

 

Just for info, saya tidak menyediakan kado ultah perkawinan lho, takut oom Paul curiga.

Salam.

 

joli's picture

@Purnomo, titipkan Karang Kebon

Purnomo matur nuwun ya, Joli termasuk dalam list free,
Jangan di titipkan Viction, nanti di intip. Bundel buku tolong di cangking bila ke gereja, titipkan kepada Susan keponakan Joli, di KarangKebon, dekat gereja-mu kan? Setiap Senin ada yang ke Solo.

Purnomo : Jangan-jangan hubungan kita walau maya tapi sudah berbahaya. Atau, angkernya Joli sekarang sudah mengalahkan sangarnya hai hai? Ini Suhu sudah lama tidak gentayangan apa baru semedi nambah ilmu di Paris?

Halah, Mosok Joli angker sih?  sekarang  mau menjadi lembut kok , ciele..

iik j's picture

@purnomo, jadi ga pelit..

Tidak mudah ketika duduk di sebelah sopir angkot dalam udara panas terik kita mengajaknya berbincang-bincang agar kerut-merut di dahinya menghilang. Tidak mudah ketika menghadapi seorang yang temperamental kita tetap memasang senyum tulus di bibir kita.

He he he... tapi ini dah jarang terjadi kalo yang baca pada naik motor atau naik mobil pak...

Tapi kalo kayak saya yang di jalanan terus begini... weeee... makanan sehari2 nya ya ketemu orang2 yang 'tidak selalu' mengenakkan seperti itu.

Butuh nekat, pede, ga tau malu... murah hati, murah senyum, murah kata-kata... untuk memulai sesuatu percakapan.. apalagi kalo ujung-ujungnya Injil.

Tapi jujur aja kenekatan saya makin bertambah sejak masuk SS, dan juga lebih murah hati.. karena membiarkan isi kepala, isi hati, pengalaman,  saya dibaca oleh banyak orang.

Hi hi hi.. hal yang tak pernah saya bayangkan .. untuk saya lakukan 1 atau 2 tahun lalu..

yahhh... bisa dikatakan saya sekarang mungkin 'ga sepelit' dulu lagi.. he he he...

passion for Christ, compassion for the lost

Purnomo's picture

Di atas sepeda motor juga bisa memberi

Misalnya, mempersilakan pengemudi lain memotong kita tanpa perlu mendelikkan mata. Tetapi pernah ketika di traffic light saya membiarkan mereka yang di kiri kanan mendahului saya, begitu saya jalan lampunya sudah berubah merah padahal garis marka sudah di belakang saya. Untung tidak ada polantas di situ. Kalau tidak pasti saya harus melakukan kegiatan memberi karena dipaksa.

.

Kalau saya di dalam mobil berhenti di traffic light? Wah versi memberi bisa bergantian. Ada anak jalanan menghampiri sambil nyanyi dan tepuk-tepuk tangan, saya ulurkan sekeping seratus rupiah. Biar rmemberi sedikit tapi sukacita. Tetapi kalau yang datang nyanyi sambil tepuk-tepuk batu? Cepat-cepat saya buka kaca jendela dan mengulurkan selembar seribu rupiah. Ini memberi banyak karena takut dianiaya.

 

Sekian dulu ya biar saya tidak kehabisan bahan cerita untuk artikel berikutnya. Jangan diijon ah.

Salam.