Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengampuni (Gali Kata Alkitab dalam Tinjauan Tulisan Ibrani Kuno)

Hery Setyo Adi's picture

Kata “mengampuni” dipadankan dengan kata Ibrani nasa’ (disusun dari huruf-huruf Ibrani: Nun-Qames-Sin-Qames-Alef), di samping ada padanan-padanan kata Ibrani lain. Kata nasa’, menurut salah satu kamus, antara lain berarti: mengangkat, memikul, memaafkan, mengampuni, membawa pergi, meletakkan, mengambil, menyingkirkan, dan lain-lain. 

Kata nasa’ dan berbagai macam bentuk-katanya, dipakai di berbagai tempat dalam Alkitab. Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) menerjemahkannya dengan beragam arti: “mengampuni” (Kejadian 18:24), “menanggung” (Imamat 7:18; Amsal 9:12; Yesaya 1:14), “mengangkat” (Ayub 11:15), “membawa” (Keluaran 10:13; Hakim-hakim 9:54), dan lain-lain.

Apa makna awal kata nasa’ ditinjau dari tulisan Ibrani kuno? Kata itu diturunkan dari akar-induk kata NS (Nun-Samekh). Dalam piktograf Ibrani kuno, huruf Nun berupa gambar benih yang membawa lambang kelangsungan. Sedangkan huruf Samekh berupa gambar duri atau onak yang antara lain membawa simbol merebut pegangan. Seorang yang terkena duri, ia akan meletakkan atau melepaskan benda yang dipegangnya dan beralih untuk mencabut duri yang mengenai tubuhnya.  Gabungan dua gambar tersebut berarti “berlanjut untuk merebut pegangan.”

Sebuah bendera suku atau bangsa berkibar di tiangnya terus-menerus. Bendera itu terangkat tinggi dan tampak dari kejauhan. Keadaan itu akan tetap berlangsung kalau ujung-ujungnya tetap terikat dengan tiangnya. Seolah-olah bendera tersebut berada dalam suatu pegangan. Sebaliknya, jika ikatannya lepas, maka bendera itu akan jatuh dan kibarannya tidak tampak lagi. Bahkan, bendera itu akan menjadi lusuh, kotor, dan keberadaannya tidak berarti.

Seperti itulah makna kata “mengampuni”, yaitu berada terus dalam pegangan agar tetap terangkat tinggi. Jika Saya dan Anda “mengampuni” seseorang, maka berarti Saya dan Anda memegangnya terus-menerus agar ia terangkat tinggi dan terlihat dari kejauhan. Kalau Saya dan Anda “diampuni” oleh seseorang berarti juga Saya dan Anda dipegangnya terus-menerus agar tetap terangkat tinggi dan terlihat dari kejauhan, tidak menjadi lusuh dan kotor, dan keberadaannya tetap berarti.

Tuhan Mengampuni

Dalam Roma 4:7-8, Paulus mengutip perkataan Daud dalam Mazmur 32:1-2, bahwa berbahagia orang yang diampuni pelanggaran-pelanggarannya, yang ditutupi dosa-dosanya, dan kesalahannya tidak diperhitungkan Tuhan. Kata “diampuni” dalam Roma dan Mazmur tersebut menggunakan kata nasa’ dalam bentuk kata kerja pasif. Dalam ayat 5 Daud sekali lagi menggunakan kata nasa’ dalam bentuk kata kerja biasa. Dilihat dari bentuk kata kerja yang dipakai, tindakan nasa’ itu sudah sempurna dilakukan.

Tindakan pengampunan yang dilakukan Tuhan itu sudah selesai dan sempurna dilakukanNya. Karena itu, pantaslah Daud mengatakan “berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya” (ayat 1). Tentu, orang yang tergolong berbahagia adalah dirinya (bandingkan ayat 5).

Daud pantas berbahagia karena ia dipegang Tuhan sendiri secara terus-menerus agar ia tetap terangkat tinggi, berkibar seperti bendera yang terlihat dari kejauhan. Karena dipegang dan diangkat Tuhan, ia tidak jatuh ke tanah. Ia tidak menjadi lusuh dan kotor, dan keberadaannya tidak berarti.

Apakah Saya dan Anda mau tetap dipegang dan diangkat Tuhan agar terus berkibar dan tampak dari kejauhan bak bendera yang melambai-lambai?

Daud, Sang Pemazmur, mengajar kita bahwa supaya tetap dipegang dan diangkat Tuhan, kita harus memberitahukan dosa, tidak menyembunyikan kesalahan, dan mengaku pelanggaran-pelanggaran kepada Tuhan (ayat 5).

Implikasi

Seorang mahasiswa yunior yang sedang menjalani pendidikan di sebuah sekolah Alkitab mengaku di depan teman-temannya, demikian: “Saya terus-menerus ditegur Tuhan, bahwa ada dosa yang saya sembunyikan, yaitu dosa seksual. Saya melakukan onani, melihat film dan gambar-gambar porno, dan sebagainya. Saya mau bertobat.”

Dia membaca Alkitab, mendengar penjelasan firman Tuhan dari guru-gurunya, merenungkan firman itu dan berdoa. Semua itu membawa kesediaannya untuk bertobat. Atas dukungan beberapa teman dan gurunya dalam bentuk konseling pemulihan, ia terbebas dari perilaku berdosanya itu. Beban dan pergumulan pribadinya sudah terlepas. Ia pun meyakini bahwa ia sudah diangkat Tuhan dari kubangan dosa. Tuhan sudah tuntas mengampuninya.

Sekalipun ia dicaci rekan seniornya, bahwa pengakuan dosa seperti itu adalah tindakan bodoh, menurunkan atau merendahkan martabat laki-laki, dan lain-lain, ia tetap mengalami kedamaian hati. Ia mengalami hubungan yang semakin lekat dengan Tuhan.

Daud bukanlah orang yang terbebas dari perbuatan dosa, termasuk dosa seksual. Lihat misalnya, kisahnya dalam 2 Samuel 11 tentang Daud dan Batsyeba. Tapi, setelah ia bertobat, bahkan menuliskan dosanya secara terbuka (lihat Mazmur 51), Allah “mengangkatnya tinggi.”  Lukas, sesuai kitab 1 Samuel 13:14, mencatat bahwa Allah menilai positif Daud. Allah menyatakan, bahwa Daud adalah orang yang berkenan di hatiNya dan yang melakukan segala kehendakNya (Kisah Para Rasul 13:22).

“Mengampuni” berarti “terus berada dalam pegangan agar tetap terangkat tinggi.” Tuhan mengampuni Saya dan Anda, berarti Saya dan Anda terus berada dalam pegangan Tuhan agar tetap terangkat tinggi. Karena itu, beritahukanlah dosa, jangan sembunyikan kesalahan, dan akuilah pelanggaran-pelanggaran kepada Tuhan! Sebab, Tuhan Yesus telah datang ke dunia, mati di kayu salib, dan bangkit dari antara orang mati, supaya Saya dan Anda datang kepadaNya untuk menerima pengampunanNya.

(Artikel ini ditulis oleh Hery Setyo Adi, yang menggunakan rujukan dari berbagai sumber)