Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menulis Buku yang Laris

Purnawan Kristanto's picture

Banyak (calon) penulis mengeluhkan bahwa kesulitan terbesar mereka adalah menemukan tema tulisan. Masalahnya bukan karena ketiadaan tema, melainkan karena ada banyak tema yang dapat digali. Kita justru kesulitan memilih satu tema di antara lautan tema yang tersedia. Hal itu mirip anak kecil yang dibawa ke toko mainan. Dia justru kebingungan ketika harus memilih satu jenis mainan yang dikehendakinya.


Ada dua ukuran yang dapat dipakai untuk menentukan tema:
Pertama, Anda harus memilih tema yang Anda kuasai atau setidaknya bisa Anda pelajari. Semakin Anda menguasai tema itu, semakin lihai Anda menyusun karangan berdasarkan sudut pandang Anda. Contohnya, ketika terjadi pemadaman listrik di Jawa Bali, saya menulis artikel di harian Bernas berdasarkan perspektif Perlindungan Konsumen. Tulisan saya dimuat karena saya memakai sudut pandang yang unik
Karena itu, saya menganjurkan pada setiap penulis untuk menggali keunikan yang dia miliki. Keunikan inilah yang memberi nilai lebih pada pengarang. Pada pertemuan kemarin, saya mengobrol dengan peserta dari SD Kalam Kudus. Dia mengasuh Majalah Dinding di sekolahnya dan membuat hasta karya dari kertas yang cukup bagus. Ini sebuah peluang menulis yang bagus. Tidak semua orang punya pengalaman mengasuh majalah dinding. Jika dia mau menuangkan pengalamannya dalam tulisan itu, saya yakin ada banyak guru yang akan membacanya. Demikian juga ketrampilannya dalam membuat hasta karya. Ada banyak guru Sekolah Minggu dan TK yang membutuhkan ide-ide segar untuk diterapkan di sekolahnya. Mereka akan akan membeli buku semacam ini.
Anda dapat menggali tema dari dalam diri Anda sendiri. Caranya adalah dengan melakukan pengenalan diri dan merumuskannya dalam sebuah tulisan. Pengenalan diri ini meliputi pengalaman kerja, pengalaman pelayanan, pengalaman hidup, pengalaman rohani minat, hobi, obsesi, kelebihan diri, jejaring yang dimiliki dll. Dari tulisan itu, kita akan dapat menarik sebuah tema yang dapat diangkat.


Kedua, memilih tema-tema yang dibutuhkan oleh orang banyak. Dengan kata lain, penulis harus berwawasan pasar. Seperti apa sih naskah buku yang laku itu? Nah ini yang sulit dipastikan. Jangankan penulis pemula, pihak penerbit yang sudah punya pengalaman puluhan tahun sekalipun, kadangkala masih terpeleset dalam memprediksi tema-tema buku yang laris di pasar. Dalam kasus tertentu, ada penerbit yang merasa seperti mendapat "durian runtuh" lantaran buku yang diterbitkannya, tanpa dinyana menjadi buku terlaris (best seller).
Meskipun begitu, bukan berarti bahwa tidak ada cara untuk memprediksi tema-tema yang bakal laris-manis. Berikut ini beberapa cara yang bisa dipakai:

a. Melihat daftar buku terlaris (best seller)
Cara ini cukup mudah dan cukup valid karena berdasarkan pada angka-angka yang telah terbukti di lapangan. Dengan mengikuti tema apa saja yang sedang ngetop di pasar saat itu, maka kemungkinan besar buku itu akan ikut pula laris di pasar. Selain itu juga rajin melihat buku-buku baru (New Release) yang ada di toko buku. Dengan begitu, kita bisa mengetahui tren atau arah tema-tema buku yang sedang disukai saat ini.

b. Melakukan Analisis Khalayak

Setiap orang sebenarnya berkepentingan dengan marketing. Sadar atau tidak, kita ini adalah marketer. Dari urusan membujuk pacar, sampai jualan suatu produk, kita sebenarnya berurusan dengan prinsip-prinsip marketing. Begitu juga penulis. Karena itu, sebelum menulis sesuatu, kita harus sadar mengenai siapa target readers, lalu bertanya bagaimana cara "memuaskan pelanggan", yaitu target readers kita itu. Kiatnya adalah: mengenali harapan pelanggan, lalu memberi sedikit lebih dari yang diharapkan.


Di benak orang yang sedang mencari produk atau jasa, entah terucap atau tidak, selalu ada pertanyaan yang bunyinya: apa untungku dengan produk atau jasa itu? Apa manfaatnya bagiku? Keberhasilan Anda sebagai penulis akan ditentukan oleh seberapa jelas dan tegas Anda bisa menjawab pertanyaan pelanggan seperti itu. Jika kebutuhan ini terpenuhi maka niscaya buku itu akan laris dengan sendirinya.
Contoh kasus: Buku "77 Permainan Asyik" yang saya tulis adalah hasil pengamatan saya. Sebagai guru Sekolah Minggu dan pemimpin PA, saya kesulitan mencari buku tentang permainan. Buku yang tersedia di pasar ketika itu hanyalah terbitan Kalam Hidup dan BPK. Itu pun tidak semua permainannya, cocok digunakan. Karena itulah, saya menciptakan permainan sendiri. Tiba-tiba terbersit ide, "mengapa tidak saya buat menjadi buku?" Maka saya memutuskan untuk membukukannya. Dalam menulis ini, saya berusaha membayangkan kebutuhan guru Sekolah Minggu dan pemimpin persekutuan, yang akan menjadi target reader (TR) dari buku saya ini.
Sebuah naskah harus ditulis dengan sasaran pembaca yang jelas. Sasaran yang jelas ini amat membantu penerbit maupun penulis.


• Bagi Penerbit: TR Menentukan Pangsa Pasar

Untuk menyetujui atau menolak penerbitan suatu naskah, penerbit tentu memikirkan siapa calon pembacanya: pembaca umum‚ atau pembaca spesifik (specialized readers). Ada kemungkinan penerbit memilih menjadi niche player, yaitu pemain dalam bidang yang sempit, tetapi memiliki potensi pangsa pasar yang besar.
Dalam kondisi real dan menyangkut naskah tertentu, tidak dapat langsung disimpulkan bahwa pembaca umum pasti menyajikan pangsa pasar besar, atau sebaliknya bahwa pembaca spesifik menyajikan pangsa pasar kecil.


• Bagi Penulis: TR Menentukan Pilihan Logika dan Gaya Tutur
Bagi penulis, pemilahan pembaca itu langsung menyodorkan pilihan logika tutur dan gaya penulisan karya tulisnya. Karya tulis yang dimaksudkan untuk pembaca umum tentu harus menghindari penggunaan bahasa/istilah teknis yang mengandaikan kualifikasi dalam bidang ilmu tertentu guna memahaminya. Logika tutur dan pilihan-pilihan katanya perlu diusahakan agar dapat dipahami hanya dengan common sense, dengan akal sehat.
Di sini ada akrobrat tersendiri yang perlu dikuasai oleh penulis: di satu pihak tidak boleh terlalu mengandaikan bahwa pembaca tahu apa yang dimaksudkan, di lain pihak dia dituntut untuk tidak terlalu menjelaskan sampai terkesan terlalu menggurui.
Apabila seorang penulis membayangkan pembacanya adalah para specialized readers, ia dapat memasukkan istilah-istilah teknis dan logika yang biasa dipakai di bidang yang bersangkutan. Di sini penulis agak leluasa untuk mengandaikan bahwa pembacanya akan tahu apa yang ia maksudkan.

c. Melakukan Analisis Pasar
Pada dua cara yang pertama, metode yang digunakan adalah dengan mengikuti trend (kecenderungan) yang ada di pasar. Kemana arah angin bertiup di situlah kita berusaha mengikuti. Kita hanya berusaha memenuhi permintaan pasar (demand). Kelemahannya, jika kita menjadi pemain baru di bidang ini, maka kita akan mengalami entry barrier (hambatan untuk masuk) ke pasar yang sangat tinggi. Kita ibaratnya seekor semut pendatang yang ikut-ikutan berebut secuil kue, yang sebelumnya telah jadi bahan rebutan banyak semut lainnya (dan lebih kuat). Jika kita tidak punya cukup kekuatan (misalnya punya keunikan, isi lebih baik, modal lebih kuat, harga lebih murah dsbnya), maka kita akan kalah.
Maka cara lain yang bisa ditempuh adalah menciptakan permintaan baru (create demmand). Kita menciptakan produk yang sama sekali baru, yang belum pernah ada di pasar. Namun untuk itu diperlukan inovasi dan strategi promosi yang intensif untuk memberitahu konsumen bahwa ada produk baru dan mereka membutuhkan produk ini. Contohnya produk teh botol Sosro. Pada mulanya, orang menilai bahwa teh yang dimasukkan dalam botol itu adalah produk yang aneh (karena teh biasanya dimasukkan dalam gelas). Tetapi Sosro berhasil meyakinkan orang bahwa pada jaman modern ini, orang membutuhkan kepraktisan. Kita tidak perlu lagi repot-tepot menyeduh teh apabila kedatangan tamu (apalagi jika tamunya ratusan seperti dalam resepsi pernikahan atau seminar seperti ini). Hal yang sama juga terjadi pada produk Aqua. "Ini lebih gila lagi. Masa' air putih dibotolin. Mending, kalau isinya air teh," pikir orang ketika itu. Tapi lihatlah hasilnya sekarang! Aqua menjadi market leader untuk produk Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Yang ingin saya katakan, jika Anda merasa tidak mampu "berebut kue" dengan pelaku pasar yang lebih kuat, maka ciptakanlah kue Anda sendiri dan nikmatilah sendiri.



TIPS MEMILIH TEMA
1. Apa yang saya ketahui dari tema ini?
Apakah saya menguasai tema ini atau saya perlu mempelajarinya? Darimana bahan-bahan saya peroleh--dari pengalaman langsung, pengamatan, atau membaca? Bagaimanakah pengatahuan saya memberikan perspektif yang lain kepada pembaca?
2. Apa fokus dari tema saya?
Apakah tema saya terlalu umum (bernafsu mencakup semua hal)? Bagaimana membatasi tema saya menjadi lebih detil, sehingga saya bisa menampilkan lebih terperinci?
3. Apa yang penting dalam tema saya?
Nilai penting apa yang terkandung dalam tema saya? Apakah ada pemikiran segar dan inovatif yang akan membantu pembaca?
4. Apa yang menarik dari tema saya?
Apakah saya sungguh-sungguh tertarik pada tema ini? Biasanya saya tertarik pada tema apa? Mampukah saya menarik perhatian pembaca dengan tulisan saya ini?
5. Apakah tema saya ini bisa dikelola?
Bisakah saya menulis tema ini dalam bentuk tertentu dan dengan jumlah halaman tertentu? Apakah saya merasa memahami dan mengusasi tema saya, ataukah saya masih bingung? Apakah tema saya terlalu rumit? Bagaumana saya bisa mengendalikannya?

Pernah disampaikan pada Sekolah Penulisan Gloria, 2008
http://purnawan.web.id/

__________________

------------

Communicating good news in good ways

chanworks's picture

thanks

thanks, biat sharingnya.. aku jg punya cita-cita buat buku yang kaya c.s lewis jadi melalui novel yang genre fantasi anak-anak bisa mengenal Kristus.. Bukankah sangat indah Narnia? Jadi ingat film narnia, neh... ok!!