Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Menulis tentang diri sendiri

Sastro's picture

Menulis tentang diri sendiri tidak hanya sekedar perlu motivasi yang bersih tapi juga diperlukan nyali dan keberanian untuk mengungkapkannya di sebuah ruang publik karena di tempat itulah akan banyak orang yang melihat, membaca, membicarakannya bahkan menghakimi tulisan-tulisan tersebut baik secara langsung ataupun tidak.

Seringkali tulisan yang berangkat dari hati seseorang akan menjadi bacaan yang sangat jujur dan menyentuh bagi setiap orang yang membacanya. Pengakuan dari kisah pribadi dan pergumulan yang terjadi dapat memberikan aksen-aksen khusus bagi tulisannya karena apapun yang diceritakan biasanya memiliki makna yang unik dan berbeda dengan tulisan orang lain.

Sebut saja Thia yang baru-baru ini telah menuliskan cerita tentang anjing kesayangannya. Thia merasakah kesedihan yang mendalam ketika mengetahui bahwa kaki anjingnya harus segera diamputasi karena menderita suatu penyakit. Awalnya Thia hanya menuliskan perasaan tersebut di sebuah buku harian dan menggangap itu sebuah cerita pribadi yang tidak seorangpun boleh mengetahuinya. Tapi ketika ada beberapa temannya yang mulai mendorong untuk memasang tulisan tersebut di blog maka Thia membutuhkan setidaknya sebulan untuk memikirkannya. Thia hanya berpikir apakah tulisannya layak untuk dibaca orang lain. Akhirnya Thia dengan sedikit ragu-ragu mulai mempublikasikan tulisan tersebut di sebuah blog gratisan. Beberapa kisah dan perasaan dia seputar anjing kesayangannya terpajang disana satu demi satu. Seminggu kemudian mulai muncul komentar-komentar di blog Thia yang berasal dari teman-teman dekatnya. kebanyakan komentar berisi tentang rasa simpati mereka akan perasaan Thia pada anjing kesayangannya. Ketika Thia membaca komentar-komentar tersebut, maka dia hanya tersenyum dan bersyukur bahwa dengan mempublikasikan tulisan tersebut maka ia mendapatkan simpati dari teman-teman dekatnya dan setidaknya hal itu menolong dia untuk meringankan kesedihan hatinya selama ini.

Barangkali kamu pun juga memiliki cerita yang unik, jadi apakah kamu juga akan melakukan hal yang sama seperti Thia ?

Jika saat ini kamu sedang mempersiapkan naskah tulisan, perhatikan apa yang kamu tulis dengan seksama, apalagi jika kamu lagi menulis sebuah tema yang meluap dari hati kamu.
Akankah tulisan kamu cukup menggambarkan rintihan dan tangisan kamu yang terdalam ?
Sudahkah terungkap sisi-sisi egomu yang ingin kamu suarakan ?
dan apakah dirimu sendiri yang berbicara atau hanya sekedar suara dari tempat lain di luar dirimu sendiri ?

Ketika kamu selesai menuliskannya dan mulai mempublikasinnya, maka jangan kaget apabila mulai bermunculan hakim-hakim dadakan yang angkat suara untuk menyanjung dan barangkali mencerca tulisan kamu. Katakan saja "sudah biasa" dan berikan senyuman untuk setiap komentar dan applause dari mereka.