Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Kisah Mbah Slamet yang Sering Selamat...

mikael1067's picture

Apa rahasia umur panjang? Banyak orang akan mengatakan: jagalah kesehatan, perhatikan makananmu, rajin olahraga, miliki hubungan baik dengan semua orang. Namun, orang yang satu ini memiliki prinsip yang cukup berbeda.

Namanya adalah Slamet Suradio. Lahir pada 18 Agustus 1939, lelaki yang tahun ini akan berumur 72 tahun ini masih terlihat gagah. Langkahnya pun tegap, dengan ingatan yang masih sangat kuat. Ketika ditanya alasan mengapa ia masih begitu bugar, sederhana saja ia menjawab, "saya ndak akan mati sebelum mendapat keadilan. Sebelum saya bertemu dengan orang yang mencelakakan saya."

Itulah Mbah Slamet, demikianlah ia disapa. Siapa yang mengenal dia? Mungkin tidak banyak. Namun lelaki yang tinggal di Dusun Krajan Kidul, RT 02/RW 02, Desa Gintungan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Purworejo ini menyimpan sejarah kelam kecelakaan kereta api terdahsyat di indonesia dalam benaknya. Ingatan yang mungkin akan terus disimpannya sampai ajal menjemput.

Ingatkah Anda dengan peristiwa mengerikan yang terjadi pada 19 Oktober 1987? Saat itu, Indonesia dikejutkan dengan tabrakan dua kereta api yang terjadi di wilayah Bintaro, atau yang lebih dikenal dengan "Tragedi Bintaro." Peristiwa ini merengut lebih dari 150 nyawa dan melukai ratusan lainnya. Sampai saat ini, Tragedi Bintaro masih menyisakan berbagai macam cerita, baik yang miris, sampai yang mistis. Bahkan, kejadian ini sempat di-filmkan dengan judul "Tragedi Bintaro." Sayangnya, penyajian fakta dalam film tersebut banyak biasnya. Banyak kronologi yang tidak disajikan, sehingga opini masyarakat pun tergiring dan cenderung menyalahkan para masinis dalam kecelakaan tersebut.

Mbah Slamet merasakan sendiri akibat kecelakaan. Saat itu ia mengemudikan KA 225 yang bertabrakan dengan KA 220. Sebagai masinis, ia patuh kepada instruksi PPKA (Pemimpin Perjalanan Kereta Api) kapan harus berhenti, kapan harus langsir, dan kapan harus berangkat. Namun apa daya, karena kesalahan PPKA (penuturan Mbah Slamet) yang memberangkatkan KA 225 tanpa memperhatikan informasi dari stasiun di depannya, kereta yang menjadi tanggung jawabnya celaka. Selain luka parah, mbah Slamet juga mendapat vonis lima tahun penjara, meski ia hanya menjalani 3,5 tahun saja. Selamat saja sudah untung, malah bonus dibui...

Mbah Slamet pernah mendapat penghargaan dari PJKA (sekarang menjadi PT. KAI) sebagai masinis teladan. Sulit rasanya membayangkan masinis teladan lalai, walaupun manusia memang bisa lalai (mengingat kondisi itu di pagi hari).
Ketika Mbah Slamet tengah dirawat, ia pernah pula diculik oleh orang-orang yang mengaku sebagai anggota keluarga korban kecelakaan kereta. Ia diancam akan dibunuh. Namun Mbah Slamet pasrah saja, dan menceritakan semua yang ia tahu. Selamatlah ia kali ini.

Musibah tak henti datang, saat ia sedang menjalani hukumannya, istrinya menikah lagi dan meninggalkannya. Belum cukup sampai di situ, setelah keluar dari penjara, Mbah Slamet memang diterima kembali bekerja di kereta api walau harus di-ground dari posisinya sebagai masinis lapangan. Pada tahun 1994, beberapa tahun menjelang masa pensiunnya, datang surat dari departemen perhubungan yang memberhentikannya secara tidak terhormat. Lengkaplah sudah penderitaannya. Uang pensiun yang diharapkannya sirna dengan datangnya surat itu. Betapa kejamnya. Kalau harus diberhentikan dengan tidak hormat, mengapa Mbah Slamet masih diijinkan untuk kembali ke kereta api seusai menjalani hukuman?

Setelah kesulitan mendapatkan pekerjaan di Jakarta, Mbah Slamet akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanah kelahirannya, Purworejo. Di sini ia memulai kehidupan yang baru. Ia pun bisa menikah lagi dan mempunyai anak. Saat ini ia menghidupi dirinya dengan berjualan rokok di kawasan sekitar Bank BRI Kutoarjo. Sesekali ia menyambangi rekan-rekannya sesama pegawai kereta api di lingkup stasiun Kutoarjo meski ia masih trauma setiap kali mendengar suara seruling lokomotif.

Satu tekad Mbah Slamet (jika Tuhan menghendaki), ia tak akan mau mati sebelum mendapatkan keadilan. Sebenarnya keinginannya sangat sederhana, ia hanya ingin mendapatkan haknya puluhan tahun bekerja di kereta api, ia ingin mendapatkan uang pensiunnya, sekedar untuk menyambung hidup di hari tua. Sampai sekarang ia masih menyimpan selembar dokumen sah yang membuktikan ia tidak bersalah...yang ironisnya dokumen itu bertandatangan orang yang mencelakakannya...


Adakah yang tergerak membantu Mbah Slamet? Bisa melihatnya di sini

__________________

Allah itu kasih

Koleksi Foto Sepur Saia