Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Si Kakek Hidup Dengan Sebatang Rokok

Johan candra's picture

Dua bulan aku menanti saat-saat datangnya waktu liburan, rasa kangen, rindu telah memenuhi pikiranku, detik-detik yang aku jalani terasa begitu lambat berjalan. Bulan september 2010 itulah tepatnya aku harus mengambil cutiku, tak sabar rasanya menunggu pesawat di bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, banyaknya barang oleh-oleh yang aku bawa membuatku makin tak sabar untuk segera bertemu dengan keluarga dan teman-teman. 1 jam perjalanan melalui udara yang harus aku tempuh untuk menuju ke Bandara Adi Sucipto Jogja, setiba di jogja aku tidak langsung pulang ke rumah (sukoharjo) sebab aku sudah berjanji pada sepupuku untuk mengantar oleh-oleh ke Solo.


Sesampainya di solo kakak sepupuku (perempuan) mengajaku ke rumah salah satu seorang temanya di daerah NUSUKAN. Teman kakaku memiliki seorang anak laki-laki berusia 4 tahun yang nakalnya minta ampun, sehingga anak kakakku terus-terusan dibuatnya menangis, hal ini memaksaku untuk mengajak anak kakaku keluar membeli jajan. Dengan mengendarai sepeda motor aku mengajaknya keluar untuk sekedar muter-muter di kawasan pasar nusukan. Pada awalnya aku berniat berhenti di sebuah warung wedangan namun aku mengurungkanya ketika melihat seorang kakek tua yang sedang berjualan rokok eceran dengan sebuah gerobak keci di depan pasar nusukan. Untuk menunggu waktu aku berhenti disana untuk duduk-duduk mencari teman ngobrol, aku membeli sebatang rokok agar punya alasan untuk ngobrol-ngobrol dengan si Kakek tersebut walaupun sebenarnya aku tidak merokok namun aku nekat menghisap rokok tersebut sambil terbatuk-batuk.

''Sampun dangu mbah sadean rokok wonten mriki? (Sudah lama mbah berjualan rokok disini?)'' tanyaku untuk membuka pembicaraan

''Nggih pun lumayan dangu mas! Lha niki wau jenengan saking pundi? (udah lumayan lama mas! Lha ini tadi kamu darimana?)'', jawab si kakek sambil balik bertanya padaku

''Niki nopo mbah momong ponakan nagis terus! Jenengan dalemipun pundi mbah? (ini apa mbah mainin ponakan, abisnya nangis terus! Sampean tinggal dimana mbah?)'' jawabku, namun dari sini pembicaraan kami terputus ketika ada beberapa orang pemuda yang membeli beberapa batang rokok, aku melihat betapa bersemangatnya si Kakek ketika ada pembeli walaupun hanya sebatang rokok seharga Rp.600,- saja, aku berfikir berapa pendapatan sehari si Kakek ini? Sebab aku juga melihat daganganya hanya ada beberapa bungkus rokok saja yang dijualnya secara eceran. Ketika si Kakek selelsai melayani pembeli kami pun melanjutkan obrolan:

''Jenengan Putrane pinten mbah? (sampean punya anak berapa mbah?)'' tanyaku

''Kalih mas, sing setunggal setri sampun nikah, saknini wonten jawa barat, terus sing setunggal malih jaler, sadean bakso keliling wonten surabaya (Dua mas, yang satu perempuan sudah menikah, sekarang tinggal di jawa barat, yang satunya lagi laki-laki, jualan bakso keliling di surabaya)'', jawab si Kakek

''Lha garwane jenengan wonten dalem mbah? (lha isteri sampean dirumahkah mbah?)'', tanyaku penasaran

''Wah ibune sampun sedho kok mas! (wah ibuk sudah meninggal kok mas)'' jawab si Kakek.

''Lha kok jenengan mboten tumut putrane mawon to mbah? (kok sampean gak ikut anaknya saja to mbah?)'' tanyaku

''Wah mboten kok mas, mangke ndak malah ngerepoti! (wah gak kok mas, ntar ndak malah ngerepoti!)

Aku berfikir betapa hebatnya kakek ini, walaupun sudah tua tetap tidak mau menggantungkan dirinya pada orang lain meskipun pada anaknya sendiri, bayangkan saja dengan mengumpulkan laba dari tiap batang rokok yang kira-kira hanya Rp.150,- ia mampu untuk bertahan hidup, padahal dari sini saja kita bisa bayangkan berapa penghasilan si kakek tiap hari. Entah apa yang ada dipikiranku sehingga membuatku berani membuatku bertanya dengan lancang,

''Ngapunten nggih mbah, lha sedinten jenengan angsal bathi pinten? (Maaf ya mbah, lha sehari sampean dapat untung berapa?)'' tanyaku lancang

'' sedinten nggih yen pas rame sekitar Rp.6000,- yen sepi nggih Rp.2000 sok Rp.3000, halah mas, tiang sepuh men sing penting cukup kagem maem! (sehari kalau pas rame sekitar Rp.6000'', tapi kalau sepi kadang Rp.2000, kadang Rp.3000, halah mas orang tua yang penting cukup buat makan)'' jawab si kakek

Saya merasa begitu terharu mendengar pengakuan kakek ini, beliau mengatakan ''Yang penting cukup buat makan!'', sepintas apa yang ada dalam pikiran anda, makan hanya dengan uang Rp.2000-Rp.6000,- seharian? Nasi+Ikan asin saja saya rasa tidak cukup dengan uang segitu.

Karena aku tidak tahan dengan cerita si Kakek, aku pun mengalihkan untuk berbicara hal-hal lain tentang pasar nusukan, pas lagi enak-enaknya ngobrol hp saya berbunyi ada sms yang masuk yang isinya kakak saya urusanya sudah selesai. Aku pun pamitan sama si kakek untuk pulang:

''Wah kula kondur rumiyen mbah, niki mbakyu ngebel ken njemput, niki wau rokoke pinten mbah? (wah saya pulang dulu mbah, ini kakak sms suruh jemput, ini tadi rokoknya harganya berapa mbah?)

''Rp. 600,- mas!''

Aku pun meraba kantong belakang, aku semakin kaget ketika aku ingat kalau aku menaruh dompetku di tas, sebab kasian juga kalau aku harus ngutang. Aku bingung meraba seluruh kantong bajuku, namun untung saja ada uang 20ribuan di kantong bajuku kembalian Boarding pas waktu di bandara syamsudin nor,

''Niki mbah! (ini mbah)'' kataku sambil memberikan uang 20ribuan

''Wah mboten wonten susuke mas, arthane sing pas mawon (wah gak ada kembalianya mas, kalau ada uang pas aja)'' jawab kakek

''Pun mboten sah susuk mbah, di betho mawon! (gak usah kembali mbah, bawa aja kembalianya!)'', Kataku sambil terharu

Begitu senangnya si Kakek ketika aku memberikanya uang 20rb, uang segitu sangat besar nilainya bagi si Kakek, hingga-hingga beliau mengucap terima kasih berkali-kali sambil mencium tangan, mungkin bagi kita uang segitu terasa sangat kecil bahkan tidak ada artinya sama sekali.

Sungguh benar-benar sosok yang patut dijadikan sebagai panutan. Tidak mau menggantungkan diri pada orang lain walaupun di usianya yang sudah tua dimana seharusnya sudah tidak perlu lagi bekerja, sungguh hebat si kakek ini!

 

 

 

 

 

 

__________________

Sekarang Dan Sampai Pantatku Tumbuh GIGI Kau Tetap YESUSKU...!!!