Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

PB

ronggowarsito's picture

Hari itu hari Kamis, sudah larut malam. Lorong-lorong kota Yerusalem sudah sepi. Yesus dan para murid berjalan tanpa  berbicara. Mereka berjalan mengikuti jalan menuju Betania. Jalannya menurun ke arah Sungai Kidron. Tak jauh dari situ ada pintu untuk masuk ke dalam kebun zaitun. Yesus berkata kepada para muridNya, "Kalian duduklah dan tunggulah di sini. Aku akan masuk ke dalam. Petrus, Yohanes, dan Yakobus ikutlah Aku." Yesus masuk ke tengah kebun diikuti Petrus, Yakobus, dan Yohanes.
- Romo Yosef Lalu dkk., Menjadi Murid Yesus : Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar : Buku Siswa 2-A (Cet. 7; Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), h. 14. -

Yang dikatakan Yesus kepada muridNya pada saat Yesus akan berdoa di Bukit Zaitun yaitu: "Kalian duduklah tunggulah di sini.  Aku akan masuk ke dalam."
- Buku Catatan Mata Pelajaran Agama Katolik si mbak -

Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Lalu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa."
- Matius 26:36 -

Lalu sampailah Yesus dan murid-murid-Nya ke suatu tempat yang bernama Getsemani. Kata Yesus kepada murid-murid-Nya: "Duduklah di sini, sementara Aku berdoa."
- Markus 14:32 -

Aku memandangi lembar ulangan mata pelajaran Agama Katolik si mbak. Ada angka 70 dalam lingkaran di sudut kanan atasnya.
Tapi bukan itu yang menjadi masalah. Semasa sekolah dulupun nilai hasil ulanganku jarang yang jauh lebih baik dari angka itu. Beberapa di antaranya malah lebih parah lagi.

Salah satu jawaban ulangan yang membuatku tertarik adalah jawaban atas pertanyaan 'Apa yang dikatakan Yesus pada murid-muridNya ketika akan berdoa di Bukit Zaitun?'. Si mbak menulis jawaban, 'duduklah dan tunggulah di sini, aku akan masuk ke dalam'. Jawaban ini dicoret oleh gurunya. Di samping coretannya, sang guru menuliskan 'PB', yang artinya 'Perlu Bimbingan'.

Lalu apa jawaban yang benar?
Menurut gurunya, anakku PB. Tapi bagaimana bisa membimbingnya kalau aku sendiri tidak tahu standar mana yang dipakai untuk jawaban yang benar? Kitab Matius? Kitab Markus? Buku paket? Catatan pelajaran? Papan gilesan? Atau jangan-jangan sang guru punya standar pemikirannya sendiri? Pasti gurunya ini bukan orang reformed. Apalagi ini adalah mata pelajaran agama. Kurasa tidak perlu sampai harus masuk seminari untuk bisa tahu standar kebenaran mana yang seharusnya dipakai. Lalu apa iya, jawaban yang benar itu harus textbook, detil sampai titik dan komanya?

Lain lagi ceritanya ketika kami sedang membahas soal latihan mata pelajaran IPA tentang 'Wujud Benda'.
'Genteng terbuat dari bahan ........', dan si mbak menuliskan jawaban 'padat'. Dicoret oleh gurunya.
"Lho, jawaban yang benar apa, mbak?" tanyaku.
"Kata bu guru, jawaban yang benar 'tanah liat'."
Keningku berkerut.
"Tidak semua genteng terbuat dari tanah liat," ujarku. "Ada yang terbuat dari kayu, asbes, beton, bahkan lembaran baja ringan. Tapi semua itu adalah benda padat. Tidak ada genteng yang terbuat dari benda cair atau gas. Orang Eskimo saja membuat rumahnya dari es, namanya igloo. Semua bagian termasuk atapnya terbuat dari es. Bukankan es itu benda padat?"
Si mbak hanya manggut-manggut. Bingung mungkin.

Di soal yang berikutnya, 'Air yang dimasukkan ke dalam freezer akan .......', dan si mbak menuliskan jawaban 'beku'. Dicoret juga oleh gurunya.
"Lho, jawaban yang benar apa, mbak?" tanyaku.
"Kata bu guru, jawaban yang benar 'menjadi beku'."
Wah, mantap.
"Ini pelajaran IPA atau Bahasa Indonesia, sih?"
"IPA."
Kali ini giliran aku yang manggut-manggut. Bingung pasti.

Seperti biasa di setiap coretan atas jawaban yang salah, sang guru selalu menuliskan 'PB'. Aku pernah memberi komentar yang kutuliskan di buku agenda si mbak agar dibaca oleh gurunya itu.
'Mohon untuk jawaban soal yang salah dapat diberikan jawaban yang benar.'
Tidak ada respon apapun dari sang guru. Sudah dua kali aku menuliskan komentar yang sama di buku agenda, tapi sama sekali tidak ada respon. Sang guru masih saja meneruskan kebiasaannya menulis 'PB' di samping coretan atas jawaban yang salah.

"Mbak, kalau nanti ada soal latihan atau ulangan yang ngga tahu atau ngga bisa, jangan dijawab ngawur, ya," kataku suatu saat ketika menemani si mbak belajar.
"Trus aku tulis jawaban apa?" tanyanya sesaat kemudian.
"Tulis saja 'PB'."
"Bwihihi..."
"Bwahaha..."
Tiba-tiba mamanya datang mendekat dengan mata melotot. Kami langsung terdiam, lalu pura-pura serius belajar.
"Ojo diajari sing ora nggenah!" tukasnya sambil mencubit pelan lenganku. Aku tahu mamanya juga sedang menahan senyum.
Lalu kami berdua cekikikan lagi begitu mamanya melangkah menjauh.
"Bwihihi..."
"Bwahaha..."

Untung si mbak tidak ikut-ikutan sinting dan nekad seperti bapaknya. Darah sang mama lebih dominan di dalam dirinya. Seandainya dia menuruti saranku tadi, bisa-bisa aku yang dipanggil ke sekolah untuk menghadap sang guru atau susternya. Kubayangkan aku akan pulang dari sekolah bertanda salib itu dengan label 'PB' di jidat.

(anakku sayang, berdoalah supaya bapakmu ini tidak salah memilihkan sekolah untukmu)

SS12082010

__________________

salam hangat,
rong2

clara_anita's picture

@ronggo

'Mohon untuk jawaban soal yang salah dapat diberikan jawaban yang benar.'

Pak Ronggo, saya percaya salah satu tujuan dasar pendidikan adalah guna mempersiapkan peserta didik menghadapi dunia nyata. Yang pasti di dunia nyata jarang ada harga mati; jarang ada satu jawaban benar ataupun solusi mutlak atas persoalan.

Jadi, rasanya agak aneh kalau alternatif jawaban yang tidak sesuai degan "kunci jawaban" yang dipegang si guru ditolak mentah-mentah tanpa memberikan siswa kesempatan untuk menjelaskan argumentasinya. Ya, karena memang jarang ada jawaban yang berharga mati...

Cheers,

nita

ronggowarsito's picture

Nita, saya tahu jawaban yang

Nita, saya tahu jawaban yang diberikan anak saya tidak salah, tapi oleh gurunya dicoret. Dengan menulis komentar seperti itu di buku agendanya, saya memancing gurunya agar ikut menghargai pendapat yang dikemukakan oleh anak-anak didiknya.

Dulu saya pernah protes sama gurunya waktu si mbak masih TK. Dia mewarnai gambar daun dengan warna biru. Kata gurunya daun itu warnanya hijau. Ini namanya membatasi imajinasi dan kreatifitas. Ada-ada saja. :)

__________________

salam hangat,
rong2

clara_anita's picture

Setuju, saya kurang setuju

Setuju,

saya kurang setuju dan amat menyayangkan guru-guru yang sekedar mengajar.... bukan mendidik siswa menjadi pembelajar seumur hidup ^^

Rusdy's picture

IPA vs Bahasa

"Ini pelajaran IPA atau Bahasa Indonesia, sih?"

Ternyata sekolah itu banyak dilemanya yah? Walau pelajaran IPA bukan pelajaran bahasa, apakah berarti gurunya tidak berhak menilai kemampuannya berbahasa? Gurunya menggunakan freezer di soal pertanyaannya, mungkin untuk mengetes bahasa inggris juga. Masalahnya, kalau mau mengetes berpikir kritis pula, maka tidak ada jawaban yang salah: air tetap air kalau freezernya rusak, air menjadi uap kalau freezernya kebakaran, air menjadi anggur kalau Yesus menghendaki, dan seterusnya...

Kalau pelajaran menggambar dipadu dengan pelajaran IPA, repot juga. Bukannya menggambar daun biru juga tidak boleh, bahkan sampai bentuknya tidak mirip juga dinilai tidak lulus. Kalau ini diterapkan, saya bisa tidak lulus TK, karena gambar gajah dan jerapah saya tidak ada bedanya.

Sepertinya saya tertarik dengan dilema. Makanya, pasar klewer maya ini menjadi tujuan nomer satu saya ketika ada waktu lenggang. Menonton perdebatan di sini bak menonton dilema hidup. Satu pihak bersikeras fakta ini harus dites dengan 'pelajaran bahasa', pihak lain bersikeras mengetesnya dengan 'pelajaran IPA'. Kalau bentrok, keahlian ber-'bahasa' dan ber-'IPA'-nya keluar semua. Wah, seru deh...

Tujuannya?

PlainBread's picture

@Rusdy Adrenaline

Tujuannya?

Menjadi seorang adrenaline junkie, like me :D

ronggowarsito's picture

@PB, pantesan

Oh, jadi itu rupanya tujuan anda.
Pantesan anda dilabeli 'PB' oleh lawan-lawan diskusi anda.
Hehehe...

__________________

salam hangat,
rong2

mujizat's picture

@Rong-rong, numpang ketawa,...

Baru blog Anda ini yang bikin Muji ketawa kepingkel-pingkel.

Nasiiib,... naasiiib,...

Ho hooo,...

Diberkatilah gurunya si embak.

Salam,

Mujizat

__________________

 Tani Desa

joli's picture

Kirain Plain Bread

Rong, buat judul PB kirain... blog mengulas tentang PB atau tanggapan tentang Plain Bread, seperti yang biasa terjadi di SS, bila siapa tak setuju dengan siapa. Ternyata Perlu Bimbingan toh, ha..ha.. Plain Bread Perlu Bimbingan ;)