Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Setiap Warna Memberi Kesan

ely's picture

Tidak terasa, sekarang sudah berada di penghujung bulan sekaligus penghujung tahun. Rasanya baru saja kemarin aku menyapanya, tapi sekarang aku harus bersiap-siap untuk berpisah dan kembali menyapa bulan dan tahun yang baru. (kalaupun masaku belum berakhir … Smile)

Tidak seperti tahun-tahun kemarin, tahun ini, aku tidak mengunjungi kampung halamanku. Aku memutuskan untuk tetap di sini, bersama beberapa orang teman yang juga tidak ke mana-mana termasuk adikku.

Alasan tertentu, membuatku tetap bertahan, dan ini sama sekali bukan karena aku tidak merindukan kebersamaan bersama keluarga, aku bahkan sangat menginginkannya, hanya saja aku harus bersabar untuk itu.

Untuk itu aku tidak perlu mengeluh. Hanya butuh lebih mengerti dan memahami bahwa tidak ada yang waktu yang sia-sia selama aku tidak menelantarkan dan membuangnya begitu saja.

Sebenarnya ini bukan hal pertama, aku sudah mengalaminya beberapakali, dan yang paling terkesan adalah ketika aku melewatinya seorang diri, tanpa siapapun bersamaku. Di sebuah rumah kost, dengan suasana hujan deras, guntur menggelegar dan lampu padam serta kondisi kesehatan yang tidak baik. Batuk yang hebat menyerangku, sekalipun tidak dapat memejamkan mata, aku memaksa menutupi tubuhku rapat-rapat dalam selimut, berharap pagi segera datang menyambutku.  Dan benar saja, pagi akhirnya menyapaku dengan sinar matahari yang baru terbit pada bulan dan tahun yang baru saat itu. Aku terharu, karena aku ternyata mampu melewati malam itu.

Tapi itu bukan mimpi buruk, hanya sebuah pengalaman yang mengingatkanku bahwa hidup sendiri itu benar-benar tidak nyaman.

 

***

Bagiku setiap akhir tahun, selalu meninggalkan kesan tersendiri.

Aku ingat, tiga tahun lalu, aku membuat sebuah komitmen. Sebuah komitmen yang tidak begitu aku pikirkan sebelumnya ketika menyebutnya namun aku masih mengingatnya sampai saat ini. Karena komitmen yang tidak pernah aku sangka itulah yang akhirnya mengantarku pada keadaanku saat ini.

Dua tahun lalu, aku terbenam dalam perasaan sedihku. Aku merasa tidak layak berbahagia dengan kondisi seorang sahabat yang bergelut dengan penyakitnya.  Dan itu membuatku memilih untuk hanya berada di dalam rumah dan menemaninya, sebisaku.

Setahun yang lalu, aku mengenangnya dengan pengalaman lucu yang aku buat sendiri. Karena bapak tidak ada di rumah, aku dapat bebas melakukan apa yang ingin aku laku, dan tentu saja aku tidak ingin aku lakukan kalau bapak ada di rumah.

Ini tentang pengalaman pertamaku mengikuti kebiasaan masyarakat di kampung untuk memeriahkan suasana tahun baru, dengan merias diri menyerupai badut, orang aneh atau topeng-topeng. Hanya saja seorang gadis sangat jarang bahkan tidak ada yang melakukan hal tersebut pada tahun itu, kecuali aku.

Entahlah bagaimana aku merasa ingin sekali mencobanya, hari itu ada pertandingan bola untuk perempuan, dan aku akan ikut serta dalam pertandingan itu mewakili RT-ku. Aku pikir ini kesempatan aku mencobanya, selagi bapak juga tidak ada di rumah. Hehehehe…

Dengan modal lipstick merah, bedak tabur, dan pensil alis, aku mulai merias diriku. Alis mata yang tebal dan panjang, sedikit kumis dan lipstick yang memberi kesan mulut besar pada bibirku, serta pupur putih yang tebal di bagian wajah dan leherku, cukup membuat aku tidak lagi dapat mengenal wajahku di cermin. Sempurna pikirku. Aku melengkapinya dengan kostum SD, yang roknya sudah tidak pas lagi aku pakai, dan itu membuat aku merobek rok itu dan hanya menggunakannya seadanya dengan lapisan celana pendek yang aku kenakan.

Selesai dengan merias wajah dan kostum baruku, aku siap keluar kamar. Tapi ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. Aku harus siap jika adik-adikku tertawa melihatku, dan mamaku berkomentar tentang penampilanku. Sesaat aku diam dan mengintip dari jendela, berharap di luar sana, aku menemukan orang lain yang berpenampilan sama dengan diriku.

Tidak perlu menunggu lama, waktunya memang tepat, gerombolan orang-orang aneh sudah terlihat di tengah jalan, seorang lelaki hamil, seorang lagi memakai pakaian dari kardus, seorang lain dengan rambut kuyang dan wajah hitam pekat, mungkin memakai arang kayu, dan jenis-jenis lainnya, ya, mereka banyak dan tidak perlu malu, pikirku.

Aku pun mengumpulkan keberanian untuk keluar dan siap menerima reaksi dari orang-orang rumah. Aku membuka pintu kamar dan mulai dengan kejutanku. Respon yang sudah aku duga, mereka tidak mengenalku dan langsung tertawa ketika mengetahui penampilanku.

Mama tidak banyak komentar, hanya bilang, “mau nya??”, maksudnya menyindirku kenapa mau berpenampilan seperti itu.

Itu sudah cukup, dan tidak akan menghilangkan niatku. Sekarang aku hanya perlu bergabung, dengan badut-badut di jalan dan siap memeriahkan pertandingan hari itu.

Aku benar-benar bersemangat, ketika mengikuti pertandingan, berlari mengejar bola, tidak perduli rasa capek dan rasa panas di sekujur tubuh karena keringat berlebihan.  Beberapa kali terjatuh, tidak membuatku ingin keluar dari lapangan. Aku bersemangat karena melihat teman-temanku juga bersemangat.

Hari itu aku puas bermain dengan timku, aku senang mereka pun senang, dan kami menang…. Laughing

 

***

Dan tahun ini, aku tidak mengulangi hal itu lagi.

Tahun ini, sepertinya aku benar-benar diberi waktu untuk duduk bersama Seorang Kekasih, Pujaan Hati-ku.

Duduk di samping-Nya, mendengar suara-Nya, dan menyampaikan isi hatiku kepada-Nya.

Aku sadar sudah terlalu banyak kesalahan yang sudah aku lakukan pada-Nya, dan mungkin inilah waktuku untuk mencoba mengerti tentang-Nya.

untuk mengerti, bahwa Ia sangat dan sangat mengasihiku,

mengerti, bagaimana perasaan seorang kekasih ketika di hari bahagianya, jika aku tidak mengingatnya,

mengerti, bagaimana perasaan seorang kekasih yang ketika di hari bahagianya, jika aku tidak mengucapkan selamat kepadanya,

dan ketika di hari bahagianya aku tidak mengerti perasaan bahagianya yang sesungguhnya ia miliki.

Kekasihku, maafkan aku, aku akan mencoba mengerti tentang kebahagiaan-Mu, dan kiranya Engkaupun bahagian dengan itu.

 

Terimakasihku untuk setiap waktu yang Kau beri untukku,

Aku, hanya perlu mengerti bahwa semuanya sangat berarti ketika aku bersama-Mu ...

__________________

Lakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia ...