Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

menyiapkan diri

simon nugroho hadikusuma's picture

Toooooloooong…..Meeeeeeeoooooong.

8 Januari 2011 sudah jam 23.30,  ada suara yang keras dari luar pagar rumahku.

Kucing betina!. Kupikir dia sedang pacaran dengan kucing jalang.

Tak ada yang peduli termasuk aku di dalam rumah dalam cuaca dingin malam dan gerimis.

Lama kelamaan suara itu sangat mengganggu dan kami sekeluarga keluar untuk melihat dan ….

wah kucing betina itu ada di selokan, tulang kakinya patah dan keluar menohok daging pahanya, kulit sekitar pahanya menganga lebar. Tanpa darah.

Tabrak lari!

Kami kebingungan, mau diapakan?

Kami angkat kucing itu dari selokan, kami siram dengan air agar bersih dari kotoran selokan, kami keringkan dan siram dengan betadine.

Dua ekor kucing liar lain datang, melihat – menjaga jarak.

Kucoba pahami kehadirannya, kedua kucing liar itu melawat rekan yang sedang celaka.

Aku coba terjemahkan teriakannya ‘ssssaaaaaakiiiiiiit, toooooloooong.

Miris hati ini, tanpa sadar kepala bergeleng menolak kejadian atas kucing betina itu.

Diskusi disela-sela kepanikan memutuskan kami menghubungi beberapa dokter hewan.

Telpon dokter yang kami kenal diterima, tapi dokter itu sedang di luar kota.

“Kucing betina ini biasa bergelandang di kampung kami”, jawab kami atas pertanyaan dokter, apakah kucing itu sudah lama dipelihara. “Maaf ya, sudah terlalu malam. Bawa saja ke poli 24 jam”.

Kami sempat putus asa, kami ingin biarkan kucing betina ini. Walau akhirnya kami bawa kucing betina ini pakai mobil bak terbuka, untuk mencari poli 24 jam di bagian barat kota.

Di poli ini kami mendapatkan pelayanan yang baik.

“Ini kucing betina liar, dok”. Ceritaku membuka pembicaraan.

“Satu juta tujuh ratus, untuk operasi menyambung tulang,” jawab dokter atas pertanyaan kami.

Kemudian dokter memeriksa. “Kucing ini hamil.”

Dan dokter menjelaskan lain-lainnya, dokter mengatakan:

1.      Lukanya terlalu lebar dan kotoran selokan sudah masuk kejaringan hingga sulit untuk steril.

2.      Kalaupun sukses operasi, kuatir infeksi karena tidak steril.

3.      Tulang yang keluar itu 2/3 bagian menohok ke luar, butuh waktu cukup lama untuk operasi di bagian itu.

4.      Dan kucing betina ini sekarang mengalami kesakitan dan terus meeeeeeeoooooong.

5.      Kalau kulitnya langsung dijahit, jahitannyapun akan putus lagi karena tulangnya menohok ke luar.

Kami kemudian menanyakan kemungkinan lain untuk meringankan penderitaan kucing betina itu.

“Pilihannya operasi atau euthanasia,”  kata dokter.

Euthanasi adalah ditidurkan, kata dokter.

“Dosa ndak dok?”

Dokter ini, sudah tengah malam dengan sabar melayani pertanyaan kami. Dia bukan hanya ingin meringankan beban kucing betina itu tetapi juga meringankan beban mental kami.

Dokter menjelaskan, sebagai seorang beragama awalnya saya juga bertanya hal yang sama. Jawaban yang dokter dapatkan dalam pergumulannya:

1.      Allah memberi kita kuasa atas ciptaan-Nya.

(Aku menerka ayat ini yang dokter maksud: Ge 1:28  Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." )

2.      Secara kedokteran hewan, hal itu boleh dilakukan bukan dengan dasar kesenangan pribadi. (Aku menafsir membunuh binatang hanya untuk diawetkan penghias rumah dan kebanggaan)

 

Jawaban itu ‘agak’ menenangkan kami.

Kami pilih euthanasi dengan biaya seperdepalan operasi+biaya penguburan.

Dokter melakukan anestesi, tak ada semenit kucing betina itu tertidur dan baru kemudian dilakukan proses euthanasi.

Kami berdua dalam perjalanan pulang, mengenang kematian seekor kucing betina liar dan hamil.

1.      Kucing betina itu ditabrak lari dan masuk selokan di depan rumah kami.

Apakah Tuhan ikut atur itu? Kami sepakat dengan jawaban ‘Ya’.

Kalau di selokan orang lain barangkali dia Toooooloooong…..Meeeeeeeoooooong  terus sampai mati sendiri.

2.      Perbuatan yang kami lakukan apakah dalam kategori ‘dosa’? Kalau bicara membunuh untuk dimakan seperti ayam, sapi, babi itu biasa. Karena kucing tidak umum dibunuh, maka kami merasa itu perbuatan dosa. Kami sepakat apa yang kami lakukan yang terbaik dan jauh dari ‘dosa’.

Tanpa sadar kepala ini bergelang sendiri, kembali menolak kejadian yang sedang kami alami.

 

Kami bayangkan kalau hal itu terjadi atas keluarga kita sendiri. Celaka, luka dan masuk keselokan. Pasti mati-matian kita akan berjuang agar sembuh.

Jangan pernah terbayang untuk melakukan euthanasi!

Jangan pernah ambil jalan pintas ini sekalipun orang tua kita lanjut usia dan renta, menghabiskan biaya, berlama-lama hidup tidak, mati juga tidak.

 

Keluaran 20:13  Jangan membunuh.

Ulangan 5:17  Jangan membunuh.

Mazmur 37:24  apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya.

1Korintus 10:13  Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

 

Siap-siap saja, hal serupa mungkin akan kita alami (lagi) atas seekor binatang  / gelandangan.

Menyiapkan diri agar aku dan kau tidak tergoda melakukan jalan pintas atas sesama manusia, orang tua kita yang renta sekalipun sambil tetap mengingat janji2-Nya, mengingat perintah2-Nya.

Salam.

 

·         Istilah2 kedokteran asing buat aku, barangkali kalau ada salah tulis / maksud.

ebed_adonai's picture

@simon: dilematis...

Salam kenal sebelumnya, simon kekasihku..Cool

Dulu waktu masih kecil saya juga suka bawa pulang anak-anak anjing, yang biasanya suka ditaruh di kardus dan dibuang di jalan begitu saja. Nggak sampe hati, kalau dibiarkan di jalan. Apalagi anak-anak anjing yang belum lepas menyusui kan biasanya suka seperti menangis-nangis gitu, kalau malem atau kelaparan. Di bawa pulang, bingung menjelaskan ke mami saya. Soale di rumah sudah banyak anjing... Repot juga ngurusinnya... Serba salah...Frown

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)

simon nugroho hadikusuma's picture

Dilematis yang membawa teman baru.

Terimakasih. Salam kenal juga.

ebed_adonai's picture

@simon: Sejarah terulang...

Betul kawan. Teman (-teman) baru. Biasanya kalau sudah begitu saya dan siblings yang lain berebutan untuk kasih nama ke anak-anak anjing itu. Yang dikasih nama jadi milik yang kasih nama.

Bertahun-tahun hun kemudian, lama setelah saya pindah ke pulau yang rawan gempa dan gunung meletus ini, cewek-cewek (baca: putri-putri) saya bawa seekor anjing sepulang sekolah. Hibah dari teman mereka katanya. Awalnya saya, ibarat ujian PSPB jaman dahoeloe, STS, alias Sangat Tidak Setuju. Bukan kenapa-kenapa. Lingkungan tempat tinggal kami kurang kondusif untuk memelihara anjing. Tapi karena mereka sudah kadung tresno (& saya juga Tongue out), ya udah, Boney kami adopsi aja..

Sekarang do'i hepi-hepi aja. Cuma kasihan, udah 9 tahunan, tapi belum punya pasangan. Pernah kami jodoh-jodohin gitu, tapi Boneynya rada o'on. Masak dideketin ama anjing betina bulunya ampe berdiri semua, gemeteran (iya, persis kayak kesetrum), lalu duduk mematung di pojokan teras. Tapi kalau anjing betinanya menjauh, do'i seperti melenguh sedih gitu (yang punya anjing mesti ngerti bagaimana bunyinya).. Aneh ya?

__________________

(...shema'an qoli, adonai...)