Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Orang yang Gembira Selalu Berpesta

Purnawan Kristanto's picture

Hidup ini susah. Tentu semua orang setuju dan merasakannya. Hidup ini tidak adil. Banyak orang yang setuju dengan pernyataan ini. Lalu bagaimana sikap kita? Apakah mengeluhkan kondisi ini sepanjang hari?

Sikap/perilaku adalah sebuah kata yang penting untuk dimengerti pada waktu kita memikirkan tentang kehidupan. Kita mendengar ada sikap yang benar dan ada sikap yang salah. Apakah yang membuatnya berbeda apabila kita mempunyai salah satunya? Sikap itu menentukan bagaimana kita menghadapi kesulitan-kesulitan, masalah-masalah, sakit penyakit, keberhasilan dan pekerjaan - segala sesuatu yang terjadi pada kita setiap hari. Adalah penting bagi kita untuk mengetahui pengaruh dari sikap-sikap itu sendiri. Orang yang sukses atau gagal tergantung pada bagaimana mereka bereaksi pada situasi kehidupan ini.

Sikap yang angkuh akan menjauhkan kita dari teman. Sikap yang mencurigakan akan merenggangkaon persahabatan. Yang lebih penting lagi, sikap-sikap tersebut berpengaruh pada kesehatan kita. Jadi, tingkah laku apakah yang merusak dari sikap itu sendiri?

Ketika anda diabaikan dan sementara orang lain mendapatkan promosi, bagaimana perasaanmu? Ketika anda diberitahu bahwa penyakit gula anda mempengaruhi bagian mata anda dan secara perlahan-lahan kehilangan penglihatan, apakah yang anda pikirkan di benak anda?

Banyak orang menjadi sangat tidak enak, marah, dan jengkel. Mereka berbicara tidak ramah pada orang yang mereka sayangi. Mereka menjadi tidak sabar pada pendeta, bahkan mereka menjadi marah pada Tuhan. Yang lain beralih ke obat-obat bius, alkohol, atau jenis makanan untuk melupakan semua itu.

Bahkan yang lainnya berpikir seperti tidak ada yang berubah-seperti burung unta dengan kepalanya di pasir, seolah-olah bahwa tidak ada masalah terdapat disana.

Otak kita sangat menentukan dalam memandang sesuatu. Otak dapat memerintahkan pada tubuh kita untuk bersikap positif atau negatif. Contohnya gambar ini. Gambarnya sama, tapi kita bisa melihat dua gambar yang berbeda. Bisa melihat gambar gadis muda atau nenek-nenek tua. Otak juga menentukan sikap kita terhadap sebuah peristiwa. Contohnya dalam ulang tahun. Kita bisa bersikap: Aduh aku sudah semakin tua; atau, Puji Tuhan, Eben Haezer, sampai di sini Tuhan sudah menyertai dan memelihara saya.
Tuhan memberikan kehendak bebas kepada setiap manusia. Manusia bebas menentukan sikap. Dalam hal menghadapi situasi, raja Salomo menulis tiga amsal yang menarik:
“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.” (Amsal 17:22)
“Hari orang berkesusahan buruk semuanya, tetapi orang yang gembira hatinya selalu berpesta.” (Amsal 15:15)
“Hati yang gembira membuat muka berseri-seri, tetapi kepedihan hati mematahkan semangat.” (Amsal 15:13)
Raja Salomo membuat dua perbandingan sikap hati yang sangat kontras. Pertama, “Hati yang gembira”; dan kedua, “semangat yang patah”.
Mari kita bahas satu-satu. Lebih dulu kita membahas “Semangat yang patah”, dalam versi New King James Version, berarti “roh/jiwa yang hancur.” Kata ini digunakan untuk melukiskan keadaan manusia yang telah kehilangan gairah hidup. Dia merasakan kesusahan, kekecewaan, kekuatiran, kepedihan hati, kepahitan dll. Terhadap situasi ini, raja Salomo menyebutkan akibatnya, yaitu dapat mengeringkan tulang atau mengganggu kesehatan.

Angka statistik menunjukkan bahwa ada 44 juta orang Amerika menderita karena tekanan darah dan 7 juta orang lainnya menderita penyakit-penyakit ringan, dimana kedua kondisi ini disebabkan karena stress yang begitu lama yang tak terselesaikan. Para peneliti mengatakan bahwa walaupun pola hidup berubah seperti, makan makanan yang bergizi, memulai latihan aerobik, tidur 6-8 jam setiap malam, berpantang pada alkohol, rokok dan obat-obat berbahaya lainnya, jika tingkat tekanan atau stress tetap tinggi, untuk jadi sehat sangatlah lambat.
Ketidakmampuan untuk menerima kenyataan bahwa kepedihan dan kesulitan-kesulitan itu merupakan hal yang biasa dalam hidup ini, dapat membawa kita pada rasa sakit pikiran, bahkan juga pada masalah kesehatan tubuh dan penyakit lain. Lebih dari seratus tahun yang lalu, E G White, seorang penulis terkenal menuliskan:

Penyakit pikiran terjadi dimana-mana. Sembilan dari sepuluh penyakit yang diderita manusia berasal dari pikiran.
Benarlah yang dikatakan oleh raja Salomo, “Orang muram harus terus berjuang dalam hidupnya.” (Amsal 15:15) “Hari orang berkesusahan buruk semuanya.” (Amsal 15:15 TB)
Sikap kedua yang ditulis raja Salomo adalah “Hati yang gembira.” Sikap hidup yang positif ini memberikan manfaat yang positif pula.

Norman Causins, seorang redaktur Saturday Review di Amerika, menderita suatu penyakit yang aneh dan langka. Ia akan merasakan sakit yang luar biasa meskipun cuma menggerakkan sedikit saja bagian tubuhnya.
Dokter yang merawatnya mengatakan bahwa peluang untuk sembuh dari penyakit jenis ini hanya 0,2% atau 1:500. Suatu nilai yang pasti akan melemahkan semangat hidup si penderita (apalagi berbagai obat telah dicoba, tapi kesehatannya tak kunjung membaik).

Dalam keadaan putus asa, Norman membaca Alkitabnya dan matanya tertuju pada Amsal 17:22, "Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tapi semangat yang patah mengeringkan tulang". Ia berpikir, mengapa tidak dari dulu aku melihat kebenaran ini ? Akhirnya atas persetujuan dari Dr.William Hitzig yang merawatnya, Norman mengganti semua obatnya dengan banyak tertawa dan bergembira serta mengkonsumsi vitamin C. Untuk membantunya supaya bisa sering tertawa terbahak-bahak, ia menonton berbagai film komedi.
Pada hari ke 8 setelah menjalani "terapi" ini, ia sudah bisa menggerakkan jempolnya tanpa rasa sakit. Juga tertawa selama 10 menit bisa membuatnya tidur nyenyak selama 2 jam (hal yang sebelumnya tidak bisa dilakukannya).
Akhirnya keadaannya semakin hari semakin membaik dan akhirnya ia mengalami kesembuhan total. Pengalamannya ini dibukukannya dalam "An Anatomy of Illness".

Dr. Lee Berk, seorang imunolog dari Loma Linda University mengatakan bahwa tertawa bisa mengurangi peredaran 2 hormon tubuh: efinefrin dan kortisol (hormon-hormon penghambat proses penyembuhan penyakit). Juga dalam salah satu risetnya, Dr. Rosemary Cogan dari Texas Tech University menemukan bukti bahwa rasa nyeri atau sakit akan berkurang setelah orang tertawa lepas. Tidak hanya itu saja, kekebalan tubuhpun bisa meningkat.
Sementara itu Dr. William Foy dari Stanford University berkata bahwa tertawa terbahak-bahak amat bermanfaat bagi orang sehat. Hasil penelitian menunjukkan, tertawa terbahak-bahak akan menggoyang otot perut, dada, bahu, serta pernafasan, sehingga membuat tubuh seolah-olah sedang jogging di tempat. Tertawa juga akan melatih diafragma torak, jantung, paru-paru, perut, dan membantu mengusir zat-zat asing dari saluran pernafasan.
Jika para dokter menemukan kebenaran ini baru pada abad-abad ini, tidakkah anda lihat bahwa Allah telah menyingkapkannya kepada Salomo lebih dari 2000 tahun yang lalu ?

Orang yang bergembira dan bahagia adalah karena mereka mengatasi masalah-masalah dan penderitaan hidup dengan penuh bijaksana, bukan karena mereka tidak mempunyai masalah dan penderitaan. Mereka menyadari bahwa masalah dan penderitaan adalah penting bagi pertumbuhan mental dan spiritual. Jauh dari keluhan-keluhan mengenai situasi atau penderitaan-penderitaan itu, kita harus berterima kasih karenanya. Ayub 5:11, "Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan yang Mahakuasa."
Bagaimana Cara Membuat Hati yang gembira
1. Buang Kekuatiranmu
Yesus memberi perintah kepada kita:
“"Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?” (Matius 6:25-26 TB)
kekuatiran tidak akan membuat kehidupan kita semakin ringan, justru sebaliknya akan semakin memperberat. Kekuatiran tidak banyak gunanya. “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?” (Matius 6:27 TB).
Apakah itu berarti kita pasrah saja dengan tidak berbuat apa-apa? Bukan begitu maksudnya. Burung-burung memang dipelihara oleh Tuhan, tapi Tuhan tidak melemparkan makanan ke sarangnya, bukan? Kita harus tetap bekerja maksimal, sambil dilandasi keyakinan bahwa Allah tetap memelihara kita.
Orang saleh pun memiliki banyak masalah. Namun, pada saat mereka menyadari keadaan mereka dan sangat membutuhkan pertolonganNya, mereka berdoa dan Tuhan menolong mereka. Ketergantungan pada Tuhan mendorong mereka bertumbuh, gembira dan bahagia. Selain itu, tiap kali anda mengatasi dengan benar-benar masalah-masalah yang anda hadapi, anda meningkatkan kesehatan dan kekuatan mental anda.
"Kecemasan adalah buta, dan tidak dapat melihat masa depan; tetapi Yesus dapat melihat dari awal hingga akhir. Dalam setiap kesusahan Dia mempunyai cara dalam memberikan kelegaan. Bapa kita di surga memiliki 1000 cara untuk menyediakannya bagi kita, yang kita tidak ketahui sama sekali. Mereka yang melayani dan menghormati Allah tidak akan merasa kebingungan dan akan memperoleh jalannya" Ellen G White.
Tidak ada satupun yang terjadi tanpa sepengetahuanNya dan itu semua adalah yang terbaik bagi kita. Menerima segala masalah-masalah dan penderitaan hidup dengan bersyukur berdasarkan Roma 8:28 "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah" Segala sesuatu bekerja sama demi kebaikan kita. Adalah keuntungan bagi kita apabila kita berharap padaNya saat kita mengatasi segala masalah dan penderitaan dengan penuh tanggung jawab.
Yesaya 26:4, "Percayalah kepada Tuhan selama-lamanya, sebab Tuhan Allah adalah gunung batu yang kekal". Jika kita benar-benar percaya padaNya, hasilnya akan dinyatakan seperti dalam Yesaya 26:3, "Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera, sebab kepadaMu-lah ia percaya"
Ya, jika kita percaya pada Tuhan, kita akan mengalami kedamaian yang sempurna. Sempurna artinya suatu sikap yang sehat !

2. Memakai Kacamata Kekekalan
Pada saat menjalani penderitaan hidup, kita memandangnya dalam sudut pandang Allah. Kita menjalani penderitaan itu dengan tabah dilandasi keyakinan bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.” (Rom.8:28). Allah memanggil kita untuk masuk ke dalam rencana-Nya. Untuk itu, Allah telah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk kita. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11 TB)
Penderitaan ini tidak ada apa-apanya dibandingkan kemuliaan yang kelak akan kita rasakan.

3. Kepasrahan
Kita tidak bisa mengatur semua hal di dunia ini supaya sesuai dengan kehendak kita. Ada hal-hal tertentu, terutama faktor yang ada di luar diri kita, yang tidak dapat kita ubah. Misalnya, kita tidak bisa mengubah watak orang lain. Kita tidak bisa mengubah kenyataan, misalnya kehilangan suami. Sekeras apapun kita berusaha, hasilnya sia-sia.
Terhadap kenyataan yang tidak dapat kita ubah, kita sebaiknya bersikap pasrah dan menerima kenyataan dengan perasaan damai.

4. Menggunakan Humor dan Senyum

Orang yang sehat jiwanya, adalah orang yang mampu menertawakan diri sendiri secara positif. Karena itu, ingatlah beberapa hal berikut ini sebelum Anda menciptakan humor di rumah Anda:
Senyum itu menular. Tebarkan senyum, maka Anda akan menuai senyum.
• Jangan menggunakan kekurangan fisik pasangan sebagai obyek humor Anda.
• Humor yang baik menertawakan peristiwa atau kejadian yang dianggap lucu, bukan menertawakan orang yang melakukan atau mengalaminya.
• Sebelum menceritakan humor, pikirkan sekali lagi apakah yang akan Anda katakan itu akan menyinggung perasaan orang lain..
• Jangan mengatakan humor yang bersifat rasialis atau diskriminatif. Humor tersebut, selain tidak sehat juga mendidik anak menganggap rendah orang-orang yang berasal dari kelompok yang dijadikan bahan tertawaan.

5. Menghitung Berkat/Bersyukur
Bersyukur berarti berterimakasih dan menghargai apa yang kita miliki saat ini. Rsa syukur memenuhi perasaan hati kita dengan rasa gembira karena merasa diberkati dengan banyak karunia.
Benjamin Franklin mengatakan kita tidak pernah menghargai air sampai suatu saat nanti ketika sumber air kering. Kita kadang kurang menghargai orang-orang, benda atau kemudahan yang kita miliki, sampai suatu ketika kita kehilangan semua itu.
Yang penting bukanlah berapa banyak yang kita miliki, tetapi berapa banyak yang kita nikmati Charles Spurgeon.
“Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.” (1 Tesalonika 5:18 TB)

Hidup ini tidak Adil
Hidup ini memang susah dan tidak adil, tapi karena setiap orang merasakan hal ini, maka hidup ini menjadi adil. Kalau saya menderita karena sakit, orang lain juga merasakannya. Toh, saya bukan satu-satunya orang yang sakit. Kalau saya kehilangan suami, saya bukan satu-satunya orang yang mengalaminya sendiri. Untuk apa saya harus mengeluh?
Ada dua pilihan dalam menghadapi kehidupan ini: dengan bersukacita atau bersungut-sungut. Mana yang Anda pilih? Kalau saya memilih menghadapinya dengan sukacita. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Filipi 4:4)

__________________

------------

Communicating good news in good ways