Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pengantar Memahami Pertentangan Dalam Alkitab

Ulah's picture

Pengantar
Apa yang ditanyakan oleh Scor merupakan pertanyaan yang banyak diutarakan oleh orang-orang yang meragukan kesucian Alkitab.  Ketika saya SMA (di tahun 1988an) seorang guru agama di sekolah juga membicarakan perbedaan-perbedaan yang ada antara kitab-kitab dalam Alkitab.  Argumen yang diutarakan oleh guru tersebut tidak jauh berbeda dengan apa yang disampaikan oleh banyak orang.  Pada umumnya, apakah dengan adanya pertentangan tersebut, masih bisakan Alkitab dikatakan sebagai Firman Tuhan yang suci? Bertolak dari pertanyaan tersebut perlu untuk dicermati kembali apa yang menjadi esensi dari anggapan bahwa Alkitab adalah Firman Tuhan.

Pendahuluan
Sebelum membahas lebih jauh tentang Alkitab, sebaiknya kita mencoba untuk bertanya apa alkitab itu.  Kata Alkitab berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu “kitab” dengan kata sandang “al”. Kitab itu sendiri dapat diartikan sebagai buku.  Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata kitab diartikan sebagai ….  Dalam bahasa Yunani, buku-buku atau kitab-kitab berasal dari kata biblia, yang merupakan bentuk jamak dari biblion.  Berasal dari bahasa Yunani inilah kita mendapatkan istilah Biblia (dalam bahasa Latin, Protugis, dan Spanyol), Bible (dalam bahasa Inggris dan Perancis), Bibel (dalam bahasa Jerman), dan Bijbel (dalam bahasa Belanda).  Kata “Alkitab” itu sendiri merujuk pada kumpulan tulisan-tulisan suci tentang hubungan Allah dengan manusia dan pernyataan-pernyataan kehendak Allah .
Kata “suci” dan frase “pernyataan kehendak Allah” merupakan satu hal yang terkait.  Dalam tulisan-tulisan yang merupakan pernyataan kehendak Allah itulah maka Alkitab dikatakan suci.  Dalam II Tim 3:16 dikatakan bahwa semua ayat-ayat Alkitab diberikan melalui wahyu Allah.  Bagi kalangan yang menolak Alkitab sebagai wahyu atau Firman Allah, pernyataan dalam II Tim 3:16 tersebut juga masih menyisakan sejumlah pertanyaan baru.  Fakta Alkitab yang menegaskan dirinya sebagai Firman Allah bukanlah merupakan bukti yang kuat, sebab banyak buku yang menyatakan hal yang serupa . Jika kita bertanya dengan berbagai pemikiran dan logika kita, maka kita akan terjebak dalam sebuah lingkaran yang tidak akan pernah putus.  Jawaban yang pasti adalah “dengan iman aku percaya bahwa Alkitab adalah Firman Allah”.
Masalah kedua yang hendak kita diskusikan adalah kata “suci”.  Berkaitan dengan kata itu, ada dua hal yang perlu kita cermati.  Pertama, kata tersebut mengandung makna bebas dari kekeliruan (inerrant) dan tidak pernah salah (infallible).  Konotasi kedua makna tersebut sering kali diartikan secara matematis, satu ditambah satu sama dengan dua.  Apa yang diungkapkan dalam II Tawarikh tersebut baru merupakan salah satu perbedaan yang terjadi.  Sesungguhnya, cukup banyak perbedaan-perbedaan, khususnya yang berupa perbedaan numerik, dalam Alkitab. 
Hal kedua yang berkaitan dengan kata suci adalah keikutsertaan manusia dalam penulisan Alkitab.  Banyak orang berpikir bahwa dengan ada sejumlah perbedaan tersebut menunjukkan bahwa adanya keikutsertaan atau campur tangan manusia dalam penulisan Alkitab.  Campur tangan manusia harus dipahami dalam dua konteks yang berbeda.  Campur tangan yang sering dikemukakan adalah manusia melakukan perubahan-perubahan pesan Alkitab untuk kepentingan diri.  Kata sederhananya adalah “manipulasi”.  Berkaitan dengan manipulasi, sejumlah ahli dan teolog menolak dengan berbagai argumentasi.  Salah satu alat bukti adalah catatan arkeologi, catatan-catatan tua, perkamen, dan sebagainya.  Akan tetapi, hingga saat ini, isu yang paling banyak digunakan untuk menolak kebenaran Alkitab adalah manipulasi tersebut.  Adapun sebagai terdakwa dalam manipulasi ini adalah orang Yahudi dan tokoh-tokoh gereja mula-mula.
Konteks kedua yang berkaitan dengan campur tangan manusia adalah dalam hal penulisan.  Seharusnya kita menyadari dan dapat berpikir dengan lebih bijak bahwa tanpa campur tangan manusia, maka tidak akan pernah ada translasi maupun penyebarluasan Alkitab.  Dengan demikian, kita tidak dapat memungkiri bahwa seluruh kitab suci yang ada di dunia ini selalu ada campur tangan manusia.
Dari dua isu masalah kesucian Alkitab menimbulkan sebuah pertanyaan, bagaimana kita dapat menganggap Alkitab itu suci.  Jawaban yang tepat adalah iman.  Suci dan tidaknya Alkitab merupakan anggapan yang diberikan manusia.  Dalam makna yang lebih dalam lagi, merupakan iman seseorang.  Sebuah coretan dalam secarik kertas, dapat dianggap agung oleh seseorang tetapi dapat dianggap hina oleh orang lain.  Jika nilai agung dan tidaknya sebuah tulisan disetarakan dengan nilai kesucian, maka suci atau tidaknya sebuah coretan atau tulisan tergantung pada siapa yang mengakuinya.  Kita perlu mempelajari sejarah penulisan Alkitab.  Hal ini diperlukan agar kita dapat memahami perbedaan yang ada dalam Alkitab.

Penulisan Alkitab
Bila kita mempelajari dengan baik sejarah penulisan Alkitab, maka kita akan dapat menemukan keluarbiasaan Alkitab.  Setidaknya terdapat tiga aspek yang dapat kita cermati.  Aspek waktu, tempat, penulis, dan aspek kesatuan pesan.  Perlu dipahami dan dimengerti bahwa Alkitab bukanlah buku tunggal yang ditulis oleh penulis tunggal.   
Bukan buku tunggal dalam hal ini berarti bahwa Alkitab merupakan serangkaian atau kumpulan dari beberapa buku yang dijadikan satu. Waktu penulisan Alkitab diperkirakan sekitar 1.500 tahun.  Ini merupakan waktu yang sangat lama untuk terjadinya proses penulisan.  Sulit ditemukan Kitab-kitab yang ada di dunia yang memiliki waktu penulisan begitu lama.  Sesungguhnya bukan sekedar waktu penulisannya saja tetapi yang sangat penting adalah kesatuan tulisan tersebut.  Jika kita mampu mencermati kesatuan pesan yang terdapat dalam Alkitab, maka sangat dimungkinkan untuk memahami perbedaan numerik yang ada dalam Alkitab.
Bila melihat tempat penulisan maka kita akan menemukan banyak tempat yang berbeda.  Musa menulis di padang gurun, Paulus menulis di penjara, Yohanes menulis di Pulau Patmos (pembuangan).  Bila kita lebih mencermati lagi, maka penulisan Alkitab dilakukan di tiga benua yaitu Afrika, Asia, dan Eropa.  Selain itu penulisan juga dilakukan dalam tiga bahasa yang berbeda yaitu Ibrani, Aram, dan Yunani.
Sementara itu bukan ditulis oleh penulis tunggal berarti ditulis oleh banyak penulis.  Diperkirakan sekitar 40 orang penulis.  Keunikan dalam aspek penulis ini adalah latar belakang penulis yang berbeda-beda.  Yosua dikenal sebagai seorang panglima perang, Daniel (seorang perdana menteri), Nehemia (seorang juru minum), Petrus (seorang nelayan), Lukas (seorang Tabib), dan sebagainya.
Dari aspek kesatuan pesan, menunjukkan bahwa Alkitab merupakan suatu yang unik.  Dari seluruh kitab-kitab dalam Alkitab memberikan pesan yang sama, yaitu kehendak Allah kepada manusia.  Dari bagian awal hingga akhir Alkitab berkisah tentang rencana Allah untuk memberikan keselamatan bagi manusia.  Perbedaan numerik yang terdapat dalam Alkitab, tidak pernah menghapuskan pesan yang ada.  Kesatuan pesan tersebut sangat nyata dan menonjol dalam Alkitab.  Bahkan sifat kesatuan inilah yang makin mengukuhkan Alkitab merupakan pengilhaman yang ilahi.

Penutup
Satu hal yang sering dilupakan oleh banyak orang dalam ”menggugat” kesucian Alkitab dengan menunjukkan perbedaan-perbedaan tersebut adalah adanya anggapan bahwa para teolog tidak mengetahui perbedaan tersebut.  Sesungguhnya pembahasan perbedaan tersebut sudah ada sejak lama.  W.F. Arndt telah membuat sebuah tulisan yang berjudul ”Does the Bible Contradict Itself? yang pada tahun 1955 merupakan edisi kelima.
Mungkinkah para tokoh gereja mula-mula tidak tahu pertentangan ntersebut? Secara pribadi saya menyakini bahwa mereka mengetahui pertentangan-pertentangan itu.  Akan tetapi, untuk menjaga keaslian tulisan saya meyakini bahwa mereka sengaja meninggalkan tulisan tersebut apa adanya. 

Referensi
Dr. Daud H. Soesilo, Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Edisi keempat. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta.
Josh Mc Dowell. Don Stewart. 1993. Jawaban bagi Pertanyaan Orang yang Belum Percaya. Gandum Mas, Malang-Jawa Timur.