Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Potensi Diri dan Kepemimpinan (2)

Ulah's picture

Pada bagian terdahulu dijelaskan tentang potensi diri dan lingkungan yang selengkapnya dapat dibaca pada http://www.sabdaspace.org/potensi_diri_dan_kepemimpinan_1Pada bagian ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya dan merupakan bagian akhir.

Potensi Diri yang Unik
Pada tahap awal penggalian potensi diri, seseorang perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki potensi diri.  Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki potensi diri, terutama orang sehat.  Potensi diri yang dimiliki seseorang, pada dasarnya merupakan sesuatu yang unik.  Artinya, tidak ada keharusan semua orang memiliki potensi atau kemampuan yang sama persis.  Semuanya diberikan sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan seseorang dalam mengembangkan potensinya.  Ada yang mampu mengembangkan hingga dua kali lipat dari yang ada saat ini, mungkin juga ada yang lebih.  Bahkan tidak menutup kemungkinan seseorang gagal untuk mengembangkan potensi dirinya.
Potensi diri merupakan karunia atau anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada ciptaan-Nya.  Tidak ada seorangpun yang tidak memilikinya, hanya kadar dan spesifikasinya yang mungkin berbeda.  Ada yang memiliki potensi dibidang musik, ada pula yang memiliki potensi dibidang homiletik, atau ada yang dibidang hermeneutik, dan sebagainya.
Mungkin ada baiknya melihat adanya berbagai karunia yang diungkapkan dalam suratan Paulus.  Ada untuk mengajar, ada untuk menyembuhkan, ada untuk bernubuat dan sebagainya.  Semua karunia yang dimiliki seseorang merupakan potensi diri yang harus dikembangkan.  Dan ini merupakan suatu hal yang sangat spesifik dan unik.  Karena itu semua adalah karunia, maka tergantung pada yang memberi karunia.
Keunikan-keunikan dalam setiap potensi diri perlu dipadukan sehingga akan diperoleh sebuah aransemen yang baik untuk mengembangan suatu organisasi.  Keunikan ini pada dasarnya saling melengkapi dan bukan saling meniadakan.  Potensi yang satu menjadi bagian dari potansi yang lain.  Dengan demikian, tidak perlu adanya kecemburuan atau iri terhadap potensi diri orang lain.

Potensi Diri dihadapan Allah
Hal pertama yang harus disadari, sebelum menggali potensi diri adalah kehidupan orang percaya berharga di mata Allah.  Ayub 7:17-18 mengungkapkan bahwa manusia itu dianggap agung dan Allah peduli pada kehidupan manusia.  Hal yang sama juga diungkapkan dalam Yesaya 43:4.  Kehidupan orang yang percaya, bagi Allah sungguh berharga.  Hal kedua yang perlu dimantapkan adalah kenyataan bahwa Tuhan memiliki rencana atas hidup orang yang percaya (bnd. Yes 55:8; Yer 29:11).
Dalam setiap rencananya Tuhan tidak pernah setengah-setengah.  Untuk setiap rencana atas umatNya, Tuhan akan melengkapinya (Ibr. 13:21; I Pet 1:8).  Selain itu potensi jangan pernah dilalaikan (I Tim 4:14) bahkan sebagai karunia yang harus dikobarkan (2 Tim 1:6).
Berdasarkan perumpamaan tentang talenta (Mat 25:14-30) mengindikasikan bahwa Allah peduli dengan pengembangan potensi diri.  Setiap orang yang diberi kemampuan menurut kesanggupannya akan dituntut seberapa besar kemampuannya itu dikembangkan.  Bahkan dalam perumpamaan itu ditunjukkan adanya sanksi ketika talenta tersebut tidak dikembangkan.

Potensi Diri Seorang Pemimpin
Kepemimpinan pada dasarnya dimiliki oleh setiap orang.  Tidak ada seorangpun yang tidak memiliki potensi untuk menjadi pemimpin.  Kepemimpinan tidak harus berkaitan langsung dengan orang lain atau suatu organisasi.  Kepemimpinan dimulai dari diri sendiri.  Sementara itu tidak ada yang tidak mau untuk memimpin diri sendiri.  Sehingga setiap orang akan menjadi pemimpin, minimal untuk dirinya sendiri.
Bagi kalangan muda, kepemimpinan diperlukan.  Pemuda akan menjadi kepala rumah tangga.  Di sini ada tuntutan kepemimpinan.  Demikian pula, para pemudi yang nantinya akan memimpin anak-anaknya.  Sehingga pengembangan potensi diri sebagai seorang pemimpin sangat diperlukan.  Gaya kepemimpinan yang dikembangkan sebaiknya berasal dari potensi diri yang ada.  Tidak perlu mengubah diri dengan menjadi orang lain.
Penggalian potensi diri seorang pemimpin dapat tercermin dari visi dan misi yang dimilikinya. Selain itu juga beberapa faktor pengembangan diri seperti ambisi, percaya diri, kehati-hatian, daya tahan terhadap pencobaan atau masalah, dan toleransi sangat mempengaruhi penggalian potensi diri seseorang.

Menggali Potensi Diri
Untuk mengetahui potensi diri, terdapat beberapa pendekatan sebagaimana mengenali siapakah diri kita sesungguhnya.  Ada yang menilai potensi diri berdasarkan persepsi diri sendiri, ada yang berdasarkan persepsi orang lain, dan juga ada yang mencoba menggali berdasarkan pendekatan hakiki yaitu menurut pandangan Allah.
Pada saat melihat potensi diri berdasarkan persepsi diri atau aku menurut aku, sering tercipta sikap ego-sentris.  Kita sering menutup diri dari pandangan atau pendapat orang lain.  Bahkan sering membatasi potensi diri dengan yang diketahuinya saja.  Pada persepsi ini, cenderung lebih sering menciptakan ketakutan untuk mencoba menggali potensi diri dengan berbagai kemampuan yang ada.  Pembatasan ini sangat tidak menguntungkan bagi orang yang mau untuk berkembang.
Ketika potensi diri hanya didasarkan pada persepsi orang lain, maka cenderung tidak ada kepastian.  Pandangan orang akan menciptakan kelabilan dalam menentukan dan menggali potensi diri, jika dilakukan sebagai dasar.  Seringkali akan menciptakan seseorang yang kehilangan jati dirinya.  Pada kondisi ini sikap percaya diri cenderung tidak kuat.  Sikap suka dan tidak suka orang lain akan cukup berperan dalam pendekatan ini. 
Sementara itu, ada yang mencoba melakukan perpaduan pendekatan dengan menggunakan persepsi orang lain sebagai persepsi diri sendiri.  Pendekatan ini dapat dikatakan cukup obyektif, namun masih kurang akurat.  Tarik menarik antara persepsi diri sendiri dengan persepsi orang lain akan terjadi dalam pendekatan ini.  Tidak jarang seseorang akan menunjukkan bahwa persepsinya benar dengan dukungan orang lain.  Sering kali muncul kecenderungan untuk tidak mengakui persepsi dari pihak lain jika tidak sesuai dengan pemikirannya.
Pendekatan yang lebih tepat adalah menggali dengan memadukan persepsi sendiri, orang lain, dan merenungkan pandangan Allah terhadap potensi yang kita miliki.  Pendekatan ini menuntut adanya hubungan yang harmonis antara manusia dengan Allah.  Jika pendekatan ini dilakukan, maka akan dapat dipastikan bahwa pengembangan potensi diri akan dapat diperoleh secara tepat untuk melengkapi pelayanan.
Beberapa contoh dalam Alkitab menunjukkan manusia sering kali tidak mampu mengenali potensi yang ada dalam dirinya secara tepat.  Setelah dekat dengan Allah maka potensi diri itu nyata.  Misalnya Musa yang mengaku tidak memiliki kemampuan dalam meyakinkan Bangsa Israel untuk keluar dari tanah Mesir.  Tetapi Allah mengenal Musa dan IA menunjukkannya kepada Musa, tentang siapakah dia yang sesungguhnya.  Demikian juga ketika musa mengatakan tidak memiliki kemampuan untuk berbicara, maka Allah melengkapi dengan Harun sebagai juru bicara.
Contoh lainnya adalah Daud.  Isai sang Ayah maupun Samuel melihat kakak-kakak Daud lebih berpotensi sebagai raja Israel pengganti Saul.  Tetapi pandangan Samuel dan Isai salah, karena Allah melihat hal lain yang tersembunyi.  Sehingga Daud yang diurapi untuk menjadi raja Israel.

Penutup
Potensi yang ada pada setiap orang sangat perlu dikembangkan guna mendukung pelayanan yang dipercayakan.  Jangan pernah membatasi dan menghakimi diri sendiri dengan kata tidak bisa atau pun bersembunyi dibalik kata “aku tidak punya talenta”.

Daftar Referensi

Anonim. 2003. Kenali Tujuan Hidup Untuk Menuju Sukses. http://www.kapanlagi.com/a/0000000313.html.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Suprapti, W., Sri Ratna. 2001. Pengenalan dan Pengukuran Potensi Diri. Bahan Ajar Diklatpim Tingkat IV.  Jakarta: Lembaga Administrasi Negara – RI.