Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Rempah Rumah Karya Hadir Di JIEXPO Dalam IFFINA 2012 - We Save For The Next Generation

hai hai's picture

Rempah Rumah Karya hadir di JIEXPO dalam IFFINA 2012. JIEXPO adalah Jakarta International Expo di Arena Pekan Raya Jakarta, Kemayoran, Jakarta. IFFINA 2012 adalah International Furniture & Craft Fair Indonesia tahun 2012. Awalnya saya tertarik untuk hadir karena ingin bersilahturami dengan sang arsitek dan para stafnya. Namun ketika melihat fotonya di harian Kompas tanggal 12 Maret dan di wall Face Book Julia ekajati, saya yakin harus hadir untuk melihat gebrakannya. Besi dan gelas air mineral serta padi. Rempah Rumah Karya seperti apakah yang ditampilkan kali ini? Melepas kangen dan ngerumpi dengan para penikmat Rempah Rumah Karya yang hadir di JIEXPO pasti mengasykkan.

Dari jauh saya melihat sang arsitek sedang duduk di lantai emperan gedung JIEXPO, asyk ngobrol dengan seseorang yang saya kenal saat menghadiri acara pembukaan Rempah Rumah Karya di Solo bulan Junil 2011 yang lalu. Saya pun lalu duduk di lantai emperan gedung JIEXPO lalu mengamati Rempah Rumah Karya dari jauh. Benar-benar Jantan. Itulah kesan saya atas konstruksi Rempah Rumah Karya yang terbuat dari besi yang dicat hitam. Atapnya kusen besi dengan kasa harmonika. Di sela-sela kasa harmonika itulah diletakkan gelas-gelas air mineral dimana padi-padi tumbuh di dalamnya. Warna putih dan bentuk samar gelas air mineral dan warna hijau serta bentuk pohon padi menjadikan konstruksi besi yang jantan tidak garang. Juga membuat rangka besi yang menjulang tidak takabur. Walaupun nampak ramah namun bangunan Rempah Rumah Karya kelihatan sangat jantan. Walaupun nampak lembut namun otot-ototnya kelihatan kokoh tak tergoyahkan. Konstruksi besi itu pasti tahan gempa namun bagaimana cara dia mendapatkan kekuatannya menghadapi angin yang menerpa? Setelah mengamatinya berlama-lama, saya menduga, ada sesuatu yang sangat istimewa di lantainya sambil mengingat-ingat foto Rempah Rumah Karya itu yang ada di wall FB Julia Ekajati.

Setelah puas menikmati Rempah Rumah Karya dari jauh, saya pun bangkit berdiri lalu berjalan mendekat. Sama seperti Rempah  Rumah Karya di Solo, Konstruksi baja Rempah Rumah Karya di JIEXPO juga sangat kokoh. Batang-batang besinya ibarat tulang yang lalu diikat dengan otot dan saraf berupa kusen-kusen besi dan kasa kawat harmonika. Kerangka Rempah Rempah Rumah menempel pada lantainya. Tulang belulang lantai dibuat dari besi yang saling menjalin membentuk kusen-kusen berukuran 30Cm. Saya menyebut konstruksi demikian: Konstruksi burung bangau. Semua tekanan yang dialami oleh bangunan disalurkan ke seluruh bangunan untuk dihadapi bersama-sama. Semua bagian dari bangunan berfungsi sebagai kerangka atau struktur bangunan. Dengan cara demikianlah harmonisasi dibentuk dan sinergi di bangun. Harmonisasi mewujud dalam keindahan bentuk sedangkan sinergai membentuk kualitas bangunan.

Berikut ini adalah obrolan-obrolan saya dengan beberapa pengunjung Rempah Rumah Karya. Walaupun obrolan-obrolan tersebut terpisah-pisah dan waktunya berbeda-beda serta dengan orang-orang yang berbeda namun saya menyusunnya menjadi satu cerita agar anda bisa menikmati apa pandangan hai hai tentang Rempah Rumah Karya.

“Ini dari mana ya pak?” Tanya salah satu dari dua lelaki pertengahan tiga puluh tahun. Dari kartu nama yang menggelantung di dadanya saya tahu mereka bekerja di perusahaan besar. Dari pakaian, sepatu, cincin yang melingkar di jari dan jam yang melingkar di tangan mereka saya menduga mereka menduduki posisi yang cukup tinggi dalam perusahaan tersebut. “Ini dari Rempah Rumah Karya, pak.” Jawab saya sambil tersenyum. “Rempah Rumah Karya itu perusahaan apa?” tanya mereka. Setelah mereka menyatakan ingin mendengarnya walaupun saya beritahu ceritanya agak panjang, maka menatap mereka, saya pun bercerita, “Namanya Paulus Mintarga. Dia seorang Insinyur teknik sipil. Dia pemilik perusahaan Furniture Kontraktor, PT. Prima. Selama bertahun-tahun dia bersabda agar semua material sisa proyek dan bongkaran proyek harus dibawa pulang dan dikumpulkan. Suatu hari masa sewa gudangnya habis. Saat itulah muncul keinginan untuk mendirikan gudang sendiri dari material sisa yang dimilikinya. Semua barang sisa dan bongkaran proyek pun diinventarisasi. Berdasarkan hasil inventarisasi itulah mas Paulus mendesign Rempah Rumah Karya. Rempah Rumah Karya adalah nama bangunan yang didirikan dari barang-barang sisa dan bongkaran proyek. Saat ini ada 4 bangunan. Satu untuk gudang dan workshop. Satu untuk rumah tinggal dan dua bangunan untuk kantor, laboratorium, ruang design, ruang pamer dan ruang pertemuan. Anda harus berkunjung ke Rempah Rumah Karya agar bisa mengenalnya dengan benar.”

“Oooooo .... Jadi Rempah Rumah Karya itu komplek perusahaan pak Paulus?” Tanya seseorang yang rupanya ikut mendengarkan penjelasan saya. Saya tersenyum kepadanya lalu berkata, “Bukan! Rempah Rumah Karya adalah tempatnya Mas Kreo.” Orang-orang itu menatap saya bingung. Saya ngakak lalu berkata, “Mas Paulus mendedikasikan Rempah Rumah Karya bagi masyarakat Kreatif Solo dan sekitarnya. Di sana berkumpul para seniman dari berbagai seni, pedagang bahkan ibu-ibu PKK yang mengembangkan musik menabuh lesung dan bapak-bapak siskamling yang berlatih musik keroncong. Itu sebabnya disebut Rempah Rumah Karya. Rempah Rumah Karya bukan tempat nongkrong namun tempat masyarakat berkarya. Di sana masyarakat berkumpul, saling asah, saling asuh bahkan saling misuh untuk mengembangkan kreatifitasnya dan membentuk sinergi guna meningkatkan produktifitasnya.” Gelak tawa menggelegar. “Berkunjunglah ke Rempah Rumah Karya. Saya jamin. Di Rempah Rumah Karya anda-anda akan merasa betah seperti di rumah sendiri. Hal itu terjadi karena anda akan menemukan bagian dari Rempah Rumah Karya yang biasa anda temui sehari-hari di rumah. Bangunan Rempah Rumah Karya dan karya-karya yang dipamerkan di sana akan memicu kreatifitas anda. Berinteraksi dengan orang-orang di sana akan mamacu kreatifitas dan produktifitas anda. Setahu saya, di Rempah Rumah Karya ada komunitas yang menamakan dirinya KREO. Kalau mau tahu apa itu KREO silahkan bertanya kepada para mas-mas dan mbak-mbak yang berpakaian hitam-hitam itu.” Mereka menatap saya keheranan lalu salah seorangnya bertanya, “Lho anda bukan orang Rempah Rumah Karya?” Saya menggeleng. “Kok anda tahu banyak?” Saya ngakak. “Itu karena saya adalah FANS berat mereka. Saya tahu lumayan banyak cerita mereka karena sering mendengar mereka bercerita. Namun untuk KREO saya belum tahu banyak.” Saya ngakak dan semua ngakak ketika seseorang berkata, “SKSD, sok kenal sok dekat.” Ha ha ha ha ha ha .....

“Anda bisa jelaskan kepada saya tentang struktur bangunan ini dan konsep green anda?” Seseorang bertanya. Saya menatap kartu namanya. Dia dari sebuah group perusahaan yang bergerak dalam bidang  konstruksi dan bangunan yang besar. Menggeleng, saya menjawab, “Tidak bisa. Anda seorang arsitek sedangkan saya seorang akuntan. Bila saya jelaskan struktur bangunan ini maka anda akan menuduh saya sedang mendongeng. Ha ha ha ha .....” Menatap saya, orang itu berkata, “Lho anda?” Saya menggeleng, “Bukan! Itu arsiteknya. Betul. Yang pakai topi coklat.” Saya menunjuk Paulus Mintarga yang sedang asyk ngobrol dengan seseorang di emperan gedung JIEXPO. Orang-orang itu menatap mas Paulus. Tanpa mengucapkannya saya tahu bahwa mereka sama sekali tidak pernah menduga bahwa sang arsitek adalah seorang yang penampilannya sangat bersahaja. “Namun, bila anda mau, saya bisa menceritakan konsep Green yang dianut oleh mas Paulus karena sudah berkali-kali dia menceritakannya. Tentu saja menurut yang saya pahami ya?” Setelah menyatakan persetujuannya, saya pun bercerita.

“Bagi mas Paulus, Go Green  HARUS: Murah, mudah, mutu, memuaskan, masyarakat = material berbicara. Kalau nggak murah, penjual nggak mau kerja. Harga mahal susah dijual. Harga mahal keuntungannya sedikit. Kalau biaya operasi dan biaya pemeliharaannya tidak murah, pembeli nggak akan mau beli. Susah berarti nggak bisa bikin banyak. Bila tidak mudah, penjual tidak mau kerja. Bila tidak mudah dioperasikan dan dirawat, pembeli tidak akan mau beli. Untuk apa murah dan mudah kalau mutunya rendah? Untuk apa murah dan mudah serta mutunya tinggi bila tidak memuaskan pembeli? Go green juga harus membawa dampak yang positif kepada masyarakat. Go green hanya dapat dicapai dengan membiarkan MATERIAL BERBICARA sehingga sang arsitek bisa membantunya bersolek. Material bersolek artinya membangun hamoni dan membentuk sinergi. Harmoni mewujud dalam keindahan bentuk sedangkan sinergi membentuk kualitas.”

“Anda bisa berikan contoh go green yang anda maksudkan?” Eksekutif muda itu bertanya dengan antusias kepada saya. Saya menunjuk sebuah meja yang ada di Rempah Rumah Karya. Coba anda perhatikan meja tersebut. Apabila kaki meja tersebut dibuat dari sebatang kayu, maka harganya menjadi mahal karena harus menggunakan pohon besar yang garis tengahnya minimal satu setengah meter. Di samping itu, pengerjaannya menjadi susah dan lama karena banyak bagian kayu yang harus dipahat dan dibuang. Agar murah dan mudah maka kaki meja tersebut disambung. Kaki meja tersebut adalah kayu trembesi. Memang tidak sekuat jati namun kuat sekali untuk menjadi kaki meja. Siapa pun yang memiliki meja tersebut pasti akan merasa puas dan bangga. Meja tersebut membawa dampak positif bagi masyarakat karena hanya menggunakan kayu sisa potongan yang panjangnya sekitar 1 meter. Perawatan meja tersebut murah dan mudah. Meja tersebut memenuhi prinsip go green yaitu: Murah, mudah, mutu, memuaskan, masyarakat. Semua kualitas tersebut terpenuhi karena seniman meja tersebut membiarkan material berbicara lalu membantunya bersolek. Seniman itu menemukan sebatang kayu. Dia membiarkan kayu itu berbicara tentang dirinya lalu membantunya bersolek, jadilah sebuah meja yang cantik. Meja tersebut sangat cantik karena harmonis. Semua bagiannya membentuk sinergi. Sinergi artinya together we are better.”

“Bagaimana dengan bangunan ini pak? Di mana go greennya?” tanya seseorang. Saya menggebrak lantai kayu dengan kaki kiri lalu berkata, “Biasanya para arsitek mendesign sebuah bangunan lalu mencari material untuk mewujudkan designnya. Bangunan ini tidak dibangun dengan cara demikian. Sang arsitek dihadapkan pada batang-batang besi sisa proyek, papan-papan bongkaran proyek, kasa harmonika sisa proyek dan lembaran plastik sisa proyek seperti yang diatas itu serta gelas-gelas air mineral. Material-material yang ada dibiarkan berbicara tentang dirinya, tentang ukuran lebar, tebal, panjang, dan lain-lainnya. Berdasarkan cerita material tentang dirinya sang arsitek pun mencari cara agar mareka bisa bersolek. Jadilah bangunan ini. Go green. Murah, mudah, mutu, memuaskan, masyarakat = material berbicara.”

“Kalau begitu kita bisa membangun rumah bagus dengan harga murah dong?” seorang Bapak tua bertanya. “Material yang digunakan memang murah. Cara membangunnya pun mudah sehingga membuat lebih murah lagi. Namun, untuk melakukannya dibutuhkan pengetahuan dan kreativitas. Dibandingkan dengan rumah biasa, rumah go green sama sekali tidak kalah dalam hal kualitas bangunan maupun kualitas designnya. Dalam hal keunikan rumah go green jelas menang unik. Itu sebabnya rumah go green dijual dengan harga yang sama dengan rumah biasa. Itulah cara kita mendorong para arsitek untuk kreatif dan berkarya. Mereka layak dibayar lebih mahal dari arsitek biasa karena kreatifitasnya. Menggunakan material sisa yang lebih murah untuk hasil kualitas yang sama? Itulah cara mereka mendapatkan laba. Cara demikian perlu dihargai.”

“Kalau harganya sama, nggak ada yang kita hemat dong pak?” Seorang bapak, yang adalah seorang seniman lulusan Asri Solo bertanya. Yang lain mengangguk-angguk memuji pertanyaannya yang kritis. Berpikir sebentar, saya menjawab, “Menghemat uang. Dalam generasi ini, hampir semua orang melakukannya. Namun menghemat untuk generasi yang akan datang? Berapa banyak orang yang melakukannya? Kita harus berhemat untuk generasi yang akan datang. Setiap liter minyak yang kita hemat, akan diwariskan kepada generasi selanjutnya. Setiap liter minyak yang kita bakar, adalah kehilangan minyak dari generasi selanjutnya. Setiap pohon yang ditanam dan setiap pohon yang tidak ditebang generasi ini adalah warisan untuk generasi selanjutnya. Go green berarti berhemat untuk generasi selanjutnya. Anda tidak menghemat uang anda karena membayar dengan harga yang sama namun anda menghemat sumberdaya alam karena membayar para arsitek yang menggunakan material sisa proyek dan material bekas bongkaran proyek untuk bangunan anda. We save for the next generation. Itulah Go green.”

“Pak, bagaimana cara menyiram pohon-pohon padi yang di atas?” Tanya seorang gadis. Saya menatapnya lalu berkata, "Anda bisa menyiramnya dengan gayung. Siram sekuat tenaga ke atas. Itu namanya olahraga. Anda juga bisa pasang sprinkle. Ketika hendak menyiram, putar kran dan tekan tombol listrik maka air pun memancar, atau anda bisa pasang mesin waktu seperti jam sehingga sprinkle bekerja secara otomatis. Itu namanya teknologi. Kalau mau rekreasi, gunakan saja pestol air lalu tembak padinya satu demi satu. Ha ha ha ha ha ha ....”  Semua yang mendengar penjelasanku ngakak. Gadis itu kembali bertanya, “Memangnya padinya bisa berbuah, pak? Bagaimana cara memanennya?” Saya menatap berkeliling lalu berkata, “Umumnya padi ditanam di sawah yang digenangi air. Itu sebabnya kita menyangka padi adalah tanaman air. Sesungguhnya padi bukan tanaman air walaupun memerlukan banyak air. Apabila ditanya, maka para petani umumnya menjawab bahwa satu bulir padi akan tumbuh menjadi 20 sampai 30 batang padi. Sesungguhnya bila benihnya bagus dan ditanam dengan benar di tanah yang subur maka satu bulir padi akan tumbuh menjadi 70 sampai 100 batang padi. Gelas plastik sebesar itu tidak akan cukup untuk menanam padi.” Gadis yang bertanya itu tertawa lalu berkata, “Pak, bapak kok pinter sich soal padi? Ha ha ha ha ...” Saya menatapnya lalu mengaku, “Nona, hai hai adalah orang kampung. Orang desa nggak tahu padi dan cara menanam padi? Apa kata dunia? Ha ha ha ha ha .....”

“Pak, karena padi-padi ini nggak bisa ditanam dalam gelas aqua, itu berarti kita dibohongin dong?  Kita pikir bisa bikin bangunan seperti ini lalu menanam padi seperti ini padahal nggak bisa?” Saya menatap lelaki itu dan dia membalas tatapan saya menantang. Saya tersenyum lalu barkata, “Di dalam pameran ini, Rempah Rumah Karya sama sekali tidak menjual produk namun menyajikan sebuah ide kreatif. Setelah melihat ide kreatif ini, bila tertarik untuk membeli produknya, silahkan berhubungan dengan yang bersangkutan. Anda bisa menulis dibuku tamu itu agar nanti dihubungi. Anda juga bisa mampir ke Rempah Rumah Karya di Solo. Anda bisa menghubungi para staf Rempah Rumah Karya yang memakai pakaian hitam-hitam itu untuk membuat janji. Atau bila suatu saat nanti anda ingin membeli produk, silahkan cari Rempah Rumah Karya di Internet.”

“Pak, saya bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Apa yang bisa kami dapat dari Rempah Rumah Karya?”  tanya seseorang. Setelah berpikir sebentar, saya menjawab, “Perusahaan anda tidak akan mendapatkan apa pun dari Rempah Rumah Karya.” Dia menatap saya terkejut. Sebelum melontarkan komentarnya, saya berkata, “Walaupun tidak mendapat apa-apa dari Rempah Rumah Karya namun perusahaan anda bisa membeli banyak hal dari perusahaan Mas Paulus dan komunitas KREO di Rempah Rumah Karya. Mustahil menyembunyikan apa pun dari para pakar seperti anda. Anda sudah melihat konstruksi bangunan ini. Anda juga sudah melihat foto-foto Rempah Rumah Karya. Anda juga tahu bahwa semuanya dibangun dari material sisa proyek dan bongkaran proyek. PENGETAHUAN dan KERJA SAMA. Itulah bisa anda dapatkan dari perusahaan mas Paulus dan komunitas KREO. Tentu saja tidak gratis. Mereka punya TRIK dan TIPS. Jadi silahkan langsung berhubungan dengan mereka. Sebagai fans berat Rempah Rumah Karya dan mas Paulus, saya tidak mengurusi hal demikian.”

“Pak, kalau ke Solo, selain Rempah Rumah Karya, ada apa lagi di sana?” Seorang tua berumur 60 tahunan bertanya. “Bapak ikut pameran di sini? Untuk bidang apa?” Saya bertanya. Dia menatap saya lalu menjawab, “Interior.” Saya pun berkata, “Mas Paulus punya perusahaan Funiture. Mungkin itu berguna bagi anda. Rempah Rumah Karya juga tempat untuk memamerkan hasil produksi komunitas KREO. Saya tidak tahu ada apa saja di Rempah Rumah Karya saat ini. Untuk hal itu anda harus berhubungan dengan para stafnya yang berpakaian hitam-hitam itu. Namun bila anda ke Solo, jangan hanya lakukan itu untuk busines semata. Lakukan juga untuk rekreasi. Ajak keluarga anda. Menginaplah di Rumah Turi. Di rumah Turi, suasananya hangat seperti di rumah namun pelayanannya hotel berbintang. Meskipun pelayanan hotel berbintang namun suasananya akrab seperti di rumah. Itu sebabnya hotel itu disebut Rumah Turi. Ketika melihat design Interior Rumah Turi kreatifitas anda pasti terpicu dan terpacu. Jadi, bila ke Solo, menginaplah di Rumah Turi. Berkunjunglah ke Rempah Rumah Karya. Di sana bertanyalah kepada mereka. Saat ini saya hanya tahu, anda bisa ke padepokan tari mbah Prapto anda juga bisa mengunjungi musium Keris Mpu Basuki. Anda bisa makan bakso enak sekali di bakso Garasi. Anda bisa ke Tawangmanggu lalu mampir di Griya Tawang untuk makan siang. Menu spesial mereka adalah wedang sreh dan singkong serta ubi rambat goreng cocol sambel. Yang lainnya ada ayam goreng, ikan goreng dan lain lainnya.  Namun tiga hal itulah yang pernah saya nikmati dan benar-benar istimewa.” Bapak itu tertawa lalau barkata, “Mak Nyusss ya?” Saya ngakak dan bilang. “Bukan mak nyuss, namun mak njedink. Ha ha ha ha ..... Selain itu ada pasar Klewer dan Pasar Gede. Jangan lupa kuliner malamnya. Kalau ke Solo, idealnya 3 hari baru pas dan puas.”

Jam 17-an sang arsitek, mas Paulus pamit. Saya bertahan karena nggak mau bermacet-macet ria. Walaupun pameran tutup jam 17.00 namun masih banyak orang yang mengunjungi Rempah Rumah Karya. Para staf Rempah Rumah Karya sibuk bebenah sedangkan saya sibuk ngobrol dengan para penikmat Rempah Rumah Karya. Jam 19.30 aku pamit pulang karena jalanan Jakarta ke rumahku pasti tidak macet lagi. Iis (Ini istri saya) bertanya, apakah aku makan di rumah? Tentu saja aku makan di rumah. Nggak ada makan malam yang lebih nikmat dari makan di rumah, bukan?

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak