Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sayangku Engkau Begitu Sempurna . . .

clara_anita's picture

Sabtu lalu beberapa teman berhasil membuat saya menonton pertunjukkan musik langsung di kota kami. Hal ini di luar kebiasaan saya yang tidak suka berada di tengah kerumunan orang banyak dan hingar bingarnya sistem bunyi yang cukup keras untuk menyakiti indra pendengar saya yang terbilang sensitif. Namun demi berkumpul bersama teman-teman dan mengikuti anjuran beberapa orang untuk sesekali mencoba bersenang-senang akhirnya saya berangkat juga ke pertunjukkan dua band papan atas Indonesia itu. Kebetulan kedua band itu cukup saya gemari; dan akhirnya saya harus mengakui betapa saya menikmati pertunjukan itu.

Mbak Maria, salah seorang temanku yang amat "tergila-gila" pada salah satu personil band yang tampil, adalah yang paling bersemangat menyaksikan pertunjukkan itu. Berulang kali dia mengajak kami untuk nekat menyerbu ke backstage seusai pertunjukkan demi sebuah kesempatan berfoto dengan pujaannya. Suatu keinginan yang kelihatannya mustahil. Pasalnya, penjagaan begitu ketat. Rasanya tak mungkin kami (sekumpulan gadis-gadis berukuran tubuh lumayan kecil) menerobos barikade pengamanan.

Ketika band pertama baru mulai tampil, Mbak Maria menerima panggilan di telepon genggamnya, dan tiba-tiba meminta kepada kami untuk menjaga tempatnya, karena ia harus keluar sebentar. "I'll be back in twenty minutes," katanya sambil bergegas meninggalkan arena pertunjukkan di lapangan basket kampus kami. Namun, hampir satu jam kami menunggu ia tak jua kembali. Khawatir terjadi apa-apa, saya mencoba menghubungi; tapi gayung tak bersambut, panggilan saya ditolak. Duh, kemana sih kakak satu ini? Kami semakin kesulitan saja menjaga space. Pasalnya dalam acara tersebut penonton dirancang untuk duduk lesehan, dan kerumunan penonton di belakang kami makin mendesak saja ke depan.

Akhirnya, setelah band pertama selesai tampil dan intermisi hampir selesai, datanglah temanku yang hitam manis ini menggandeng seorang pria yang telah kukenal. Pria itu tidak lain adalah ayahnya yang kebetulan bekerja di yayasan perguruan tinggi tempatku dulu kuliah dan sekarang bekerja. Dengan sumringahnya ia menunjukkan foto-foto yang berhasil diambilnya bersama pujaannya. Ternyata kepergiannya selama "20 menit" itu dalam rangka misi menyelundup ke ruang transit di Gedung Administrasi Pusat. "Untung ada papa," katanya dengan senyum terkembang.

"Kamu beruntung," itu reaksi pertamaku.
"Iya, aku beruntung bisa dapat foto ini," jawabnya bangga.
"Bukan. Bukan itu," timpalku lagi.
"Kamu beruntung punya ayah sebaik papamu," kataku lagi sambil tersenyum ke arah ayahnya.
"Iyalah Nit, apa sih yang nggak buat anak," ujar papanya penuh kebanggaan karena telah berhasil membahagiakan anaknya.

Seketika sebuah gelombang emosi yang mengharu biru menghempasku. Aku rindu pada Bapak, dan gemerlap lampu warna-warni yang terang benderang tiba-tiba mengabur. Sekuat tenaga aku mengendalikan air mata itu dan tetap tampil cerah ceria.

Sembilan tahun sudah aku tinggal terpisah dari ayah. Ayah bekerja di kota lain, sementara aku bersama ibu dan kedua adikku tinggal di kota kecil ini. Ibu dan ayah selalu berpesan karena aku anak tertua maka aku harus dapat mengganti peran ayah ketika ia jauh. Bahkan saat ibu memutuskan kembali bekerja beberapa tahun lalu, aku dikondisikan untuk menggantikan posisi keduanya. Teman-teman kala itu bahkan menjulukiku "nona rumah tangga."

Selama sembilan tahun itu, aku sangat menikmati menjadi pribadi yang independen; aku telah terbiasa mengabaikan keinginan-keinginan "kecil" macam  berfoto dengan idola (aku bahkan tak punya artis idola), dan berusaha menyelesaikan masalah-masalah kecil sendiri karena tak mau membuat orang tuaku khawatir. Tapi ketika melihat betapa besarnya kasih ayah temanku itu, seketika aku tak ingin menjadi dewasa dan mandiri. Aku ingin kembali ketika aku masih seorang gadis kecil dengan tubuh gempal bak telur menggelinding dan rambut kepang dua yang berani menangis tersedu-sedu mencari dekapan bapak ketika dulu aku diganggu teman-temanku. Kemudian, Bapak akan mengelus rambutku dan memperingatkan teman-teman yang menggangguku itu. Aku tak ingin jadi kuat. Aku tak ingin jadi tangguh. Aku hanya ingin jadi gadis kecil yang berani punya mimpi; berani menangis, lemah dan rapuh.

Adakah bapak masih sayang padaku?

Beruntung sebelum air mataku tumpah, band mulai mengajak penonton melantunkan lagu favoritku,

... kau adalah darahku
kau adalah jantungku
kau adalah hidupku
lengkapi diriku
oh sayangku engkau begitu
sempurna....

... dan aku tahu meski Bapakku di dunia kadang terasa jauh, tapi Bapaku yang di Sorga tak pernah; IA bahkan selalu bersedia menyambutku sebagai gadis kecil yang datang sambil menangis sesenggukan ketika lututku berdarah dan bajuku belepotan terkena lumpur dalam dekapan-NYA tanpa takut aku akan mengotori bajunya yang putih bersih

BAPA yang tak peduli betapa dekil dan kotornya aku; dan betapa  dunia (dan bahkan diriku sendiri) memandang alangkah tak karuannya aku...

IA tetap melantunkan

Nita sayangku
kau begitu sempurna
dimataKU kau begitu indah . . .

joli's picture

ayah ... my hero..

Dear Clara..

Aku tak ingin jadi kuat. Aku tak ingin jadi tangguh. Aku hanya ingin jadi gadis kecil yang berani punya mimpi; berani menangis, lemah dan rapuh.

Terkadang aku juga mengalami yang Clara alami.. sosok ayah sebagai my hero ternyata bukanlah hero, setiap kali mengingatnya.. terkadang bisa membuat seluruh emosi tak terkendali... setiap kali mengingatnya terkadang juga membuat seluruh emosi tersimpul rapat..

Ku selalu teringat lagu "ayah" setiap kali merindukannya.. klik Ayah Tercinta

Karena ayahlah.. aku menjadi kuat sekaligus lemah..

Karena ayahlah.. aku tak berani menangis.. klik kuasa air mata

Juga karena ayahlah dan karena Bapa-lah.. aku menjadi aku.. aku yang bahagia.. aku yang kuat sekaligus lemah..

Terima kasih Tuhan karena menjadi Bapa yang sempurna dan terima kasih untuk karunia memberi ayah yang tidak sempurna namun tetap penuh cinta.. (meski tidak tahu bagaimana mengungkapkannya)

Apapun keadaannya.. aku tetap mengasihi papa-ku.. sangat amat mengasihinya..

 

clara_anita's picture

@bu Joli: and then....

Betul Bu Joli,
setuju...

Kadang kita tidak pernah tahu seberapa kuatnya kita sampai kita dikondisikan untuk kuat....

Seperti lagunya Mariah Carey yang judulnya Hero

and then a hero comes along
with the strength to carry on
and you cast your fear aside
and you know you can survive

So when you feel your hope is gone
Look inside you and be strong
and you finally see the truth there's a hero lies in you...


GBU

esti's picture

@Mbak Clara and mbak Joli

Halo mbak Clara dan mbak Joli,

 Apa kabar nih, pagi2 baca tulisan dan komentar nya aku jadi ikutan nostalgia.

Bagaimanapun kalian berdua masih lebih beruntung punya ayah, sedangkan aku ditinggal ayahku menghadap Bapa di surga, ketika umurku masih 2 ½ th.

Dan ibuku tiap hari pergi kerja untuk menolong orang melahirkan jadi dukun beranak alias bidan beneran, karena Cuma ibuku satu2nya bidan yang ada didesaku, dan dulu belum ada kb, jadi bisa dibayangkan betapa aku sering ditinggal dan hidup bersama kakak, paman dan nenekku, bahkan kadang malam hari, karena bayi yang mau lahir itu memang belum tahu etika dan menghargai waktu.

Untung mereka semua itu baik mesti juga tidak sempurna, namun dalam ketidak sempurnaan mereka itulah Kasih Bapa sungguh nyata dalam hidupku.

Maka jadilah aku yang sekarang ini, kata mbak Joli ike ini suka ngocol, padahal aku ini kalau didepan kelas kata muridku guru yang paling baik daln manis lho, kapan2 boleh kok disidak di sekolahku.

Disini saja ketularan orang pasar jadi ya beginilah jadinya rada2.kayak bu Joli and mbak Clara he..he..he.. Ok, enjoy ur day” GBU

 

Salam”

clara_anita's picture

@Oma Esti: Kadang saya bersyukur jauh dari ortu . . .

Dear Oma Esti,

Terima kasih untuk komentarnya,

Oma, kadang (malah seringnya) saya bersyukur diberi kesempatan untuk bisa lebih mandiri karena ayah jauh ^^

Tidak semua anak seberuntung saya lho ...

Saya bisa membayangkan kalau bapak ada di sini; pasti begini kata-katanya

Tidak boleh pulang malam

Ayo, anak perempuan harus banyak di rumah..

Cepetan cari pacar; Bapak sudah pingin punya cucu...

 

Waduh...

bisa jadi sumber mimpi buruk lain nih ^^

Untung juga ya Bapak mengawasi saya dari jauh saja

he.. he...

Semoga saya terus bisa menjaga kepercayaannya

 

GBU

 

 

Rusdy's picture

Cari Suami

Iya tuh neng Clara, cepetan cari suami (eh, mestinya dicari yah) Tongue out
clara_anita's picture

@Rusdy: bisa aja ^_^

Kak Rusdy bisa saja

Wah... belum kepikiran nyari nih...

Biar saja deh Bapak ngomel-ngomel...

paling saya kasih senyum manis :)

 

GBU 

 

xaris's picture

Tante Esti: Kawah Ratu

Tante Esti,

Aku belum jadi camping ke gunung Salak karena jadinya ke Kawah Ratu, minggu depan ini. Jadinya kita belum sempet ketemu deh... Tapi nanti kalo aku ke gunung Salak bulan depan, aku mampirin.

Buat temen2 lain, pada tertarik ngga ikut camping ke gunung Salak nanti? Ko Hai Hai punya beberapa tenda tuh, jadi kita bisa rame2 =) --> judulnya "Ngarep KopDar di Sukamantri" 

Liesiana's picture

Ma Rusdy aja

Rusdy masih single tidak, sama Clara saja.
xaris's picture

Ingat Papa

Clara, hiksss...

Saat ini aku lagi di kantor, harus nginap lagi karena deadline. Cukup penat karena berhari-hari sudah berurusan dengan angka. Tapi... baca tulisan ini bikin jadi haru-biru. Teringat papaku sendiri. Fotoku yang dulu selalu dipajang di meja kerjanya. Namaku dikenal dimana-mana sebagai anak yang sering diceritakannya pada orang lain. Sampai satu peristiwa memisahkan kami berdua belasan tahun lamanya...

Teringat masa itu dimana Bapa di Surga tiba dengan luar biasa dalam hidupku dan mengisi hidupku yang kehilangan figur papa. Teringat masa kini saat Tuhan sudah memulihkan kembali relasi aku dan papa yang sudah terbuyar sedemikian rupa. Teringat betapa rindunya aku untuk pulang ke rumah Bapa di Surga dan bertemu dengan papaku yang sudah dipulihkan fisiknya.

Ah Clara... jutaan kisah cinta tentang ayah kita... Pasti itulah sebabnya Tuhan memberikan DiriNya kita panggil Bapa, karena tentangNya tak pernah terluputkan tentang cinta. Selamat mencintai seperti Kristus mencintai kita, Clara =)

clara_anita's picture

@kak Xaris: ya Abba Bapa . . .

Kak Xaris, Wah pasti papa kak Xaris bangga sekali ya memiliki putri seperti kakak :) Setuju, Saya selalu merasa tidak layak menyebut TUHAN sebagai Bapa, .. dan pada kenyataannya memang tidak pernah layak... Tapi akhirnya saya bersyukur setelah mengetahui bahwa itu adalah pemberianNYA wow... Saya jadi penasaran, peristiwa apakah gerangan yang menjauhkan kakak dari papa? Kalau tidak keberatan, apa bisa dibagi untuk bahan belajar bersama? Hubungan saya dengan ayah juga tak bisa dibilang ideal... mungkin kami berbeda keyakinan ^ ^ Tapi saya sudah terlanjur jatuh cinta dan memutuskan untuk juga menjadi anak BAPA di Surga... Semoga Deadlinenya terkejar ya kak Kudoakan dari sini GBU