Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Sebuah Kontemplasi akan kehidupan dan kematian...

oegi99304y's picture

“Here is the story of the grass - sown, grown, blown, mown, gone; and the history of man isn’t much more” (C.Spurgeon)

ahhh hidup… Pada suatu siang, beberapa tahun yang silam, dalam
sebuah retreat, seorang hamba TUHAN bertanya kepada jemaatnya,
“bayangkan, pada saat pemakaman kamu, lalu ada orang-orang disekeliling
kamu yang menghadiri pemakaman kamu…”, setelah hening sejenak dia
kembali bertanya , “apa yang kamu harapkan dari mereka ketika mereka
menghadiri pemakaman kamu..”.

Aku terhenyak, mencoba mencari jawaban di dalam pikiran yang
tertekan oleh sebuah kenyataan suatu saat nanti aku akan tiada, terbawa
oleh sebuah perasaan kematian yang kelam. “Aghh… sebuah kematian”
sambil membayangkan orang-orang yang aku kasihi berdiri di
sekelilingku, menghadiri pemakamanku, orang tuaku, kakak-ku, adik-ku,
anak-anak ktb ku, adri, gatot, albert, ega, baskara, david, samuel,
william, bobby, teman-teman sepelayananku, ria, jan, truly, niken.. ah
dan banyak lagi.

Lagi-lagi, perasaan melankolis itu muncul lagi, dada terasa perih,
dan mata terasa nanar menahan perasaan hati yang mendesak keluar
melalui kantung air di kedua bola mataku.

Hamba TUHAN itu mencoba mencari jawaban di antara jemaatnya,
kemudian tatapan matanya berhenti menatap kedua bola mataku. Dalam
hitungan tidak sampai sepersepuluh detik, hamba TUHAN itu
bertanya,”kamu, menurut kamu bagaimana?”

Segera aku tersadar dalam lamunanku, terdiam selama beberapa detik
untuk mengalihkan dorongan hati terhadap air yg mulai berkumpul di
kedua mataku kepada kata-kata yang mencerminkan suasana hati. “ehm,
saya … ” kataku terbata-bata, “yang saya bayangkan adalah mereka akan
menangis… ” <sela> “tetapi yang saya harapkan mereka bukan
menangis karena aku meninggalkan mereka, tetapi apa yang telah
kutinggalkan bagi mereka… ”

Agh, entah mengapa kata-kata itu yang terluncur begitu saja dari
mulutku. Dan meskipun tahun-tahun kejadian itu sudah berlalu lama entah
mengapa hal itulah yang tetap tinggal dalam kontemplasiku pada saat aku
membaca tulisan C.Spurgeon.

Satu hal yang aku bawa dalam doa, “TUHAN, ampunilah aku… kalo dalam
kehidupanku aku gagal melakukan ini. TUHAN, jangan biarkan tangisan
mereka nantinya akan sesuatu yang buruk yang kutinggalkan bagi mereka,
tetapi suatu nilai yang berharga yang tidak lekang oleh waktu dan yang
akan diam di dalam hati mereka selama jantung mereka berdenyut sampai
pertemuan berikutnya di dalam kekekalan…”