Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Setelah semalam bergumul

Purnomo's picture
Saya baru pindah ke Purwokerto ketika musibah ini terjadi. Anak perempuan saya kecelakakan di jalan. Operasi untuk membetulkan sambungan tulang belakang dengan kepalanya menghabiskan tabungan saya. Karena itu resep obat jalan tidak bisa saya beli. Padahal tanpa obat ini pemulihan syaraf dalam tulang yang dioperasi akan terhambat dan bisa fatal akibatnya.

 

Saya ingat malam itu saya berdoa kepada Tuhan dengan sungguh. Saya minta Tuhan membuka jalan bagi kesulitan ini karena saya sudah tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Esoknya adalah hari Minggu dan pagi-pagi saya dengan istri naik becak ke gereja. Di tengah jalan tiba-tiba saya melihat ada sinar kemilau sekejap di atas. Saya minta becak dihentikan. Saya turun dari becak dan melihat ke belakang. Ada benda berkilauan di atas aspal jalan. Saya mendekati. Ternyata seuntai kalung kaki. Saya memungutnya dan memasukkan ke saku celana saya. Puji Tuhan, Ia telah menjawab doa saya.

 

Hari Senin pagi dengan sepeda motor saya ke kota Sokaraja. Saya masuk ke sebuah toko emas kecil yang tidak ada pengunjungnya. Kepada pemiliknya saya bercerita,

“Bu, saya mau minta tolong. Ada teman yang pinjam uang saya. Ia membayar dengan kalung ini. Bisa menolong saya untuk menguji apa ini emas asli atau bukan? Kalau asli, sekalian tolong ditimbang berapa gram beratnya agar saya tahu apa cukup untuk melunasi hutangnya.”

Ibu itu baik hati. Setelah memeriksa dan menimbang dia mengatakan kalung itu dari emas tulen, beratnya sekian gram dan jumlah nilai jualnya. Lalu dia bertanya apakah saya akan menjual kepadanya. Saya mengatakan belum berniat menjualnya karena berharap satu dua hari lagi teman saya bisa menukarnya dengan uang tunai.

 

Saya tidak berani menjualnya di sini karena kuatir ketahuan pemilik kalung itu. Sokaraja tidak jauh dari Purwokerto. Hanya 8 kilometer jaraknya. Saya kembali menaiki sepeda motor. Tidak kembali ke Purwokerto, tetapi ke Purbalingga yang jauhnya 13 kilometer dari Sokaraja. Di kota inilah kalung itu saya jual.

 

Uang hasil penjualannya ternyata cukup untuk membeli obat bagi anak perempuan saya. Bahkan masih sisa beberapa ribu rupiah. Saat itu uang sekian ribu rupiah nilainya jauh lebih tinggi daripada sekarang. Tuhan mau menjawab doa kita bila kita mau bergumul. Sekian kesaksian saya.

– o –

Ada 9 orang yang duduk mendengar kesaksian ini dalam persekutuan doa di rumah saya. Karena tidak ada yang berkomentar, istri saya yang bertugas sebagai emsi mengajak yang hadir untuk menyanyikan sebuah lagu. Saya yang memegang gitar tidak segera membunyikannya, tetapi memandang kepada bapak ini dan bertanya,

“Sebentar, saya mau bertanya. Jika Bapak yakin bahwa menemukan kalung emas di jalan adalah berkat Tuhan, mengapa Bapak merasa takut?”

Tanpa menunggu ia menjawab, saya menoleh kepada sarjana teologi yang akan membawakan Firman dalam persekutuan ini dan bertanya, “Apakah betul berkat Tuhan bisa membuat kita ketakutan?”

“Sering berkat Tuhan datang melalui cara yang mengejutkan dan membuat kita takut,” jawabnya. “Contohnya seperti yang dialami oleh bapak ini. Tetapi dengan berlalunya waktu, beliau bisa menerima kenyataan dan menghilangkan ketakutannya.”

 

“Jika demikian, saya akan memberi contoh lain yang senada dengan kesaksian beliau,” kata saya. “Ada seorang ibu yang kebingungan karena uang yang dimilikinya tinggal 10 ribu rupiah. Ia bingung karena uang sejumlah itu tidak cukup untuk membeli kebutuhannya esok hari. Jika untuk membeli beras dan sayur, tidak masalah. Tetapi dia juga harus membeli susu untuk bayinya. Karena itu malam harinya ia bergumul. Apa atau siapa yang digumuli dan bagaimana dia bergumul tak perlu saya jelaskan karena tidak pernah orang bertanya bila mendengar jargon “setelah semalam bergumul.” Keesokan harinya ia ke pasar. Ia membeli 2 kilo singkong yang harga sekilonya 2 ribu rupiah. Pembeli di kios itu berjubel karena selain singkong kios itu juga menjual berbagai sayuran dan bumbu dapur. Dia memberikan selembar uang 10 ribuan, lembar terakhir yang dimilikinya. Beberapa saat kemudian – karena sangat sibuk – barulah pemilik kios itu memberikan uang kembaliannya. Bukan 6 ribu rupiah, tetapi 96 ribu rupiah. Haleluya, puji Tuhan. Tetapi, ketakutan yang Bapak alami juga dialaminya. Ia bergegas keluar dari pasar itu. Untuk kebutuhan lainnya, termasuk membeli susu bagi bayinya yang uangnya baru saja Tuhan beri, ia pergi ke pasar lain yang lebih jauh jaraknya. Tetapi tidak sampai Purbalingga kok. Pertanyaan saya adalah, mengapa dia merasa takut?”

 

Tidak ada yang menjawab. Saya hanya melihat wajah-wajah tegang. “Jika Bapak-Ibu tidak bisa menjawabnya,” saya melanjutkan, “saya mengajukan pertanyaan yang kedua. Siapakah nama ibu ini?”

 

Tidak ada yang menjawab. Beberapa orang senyum-senyum. Mungkin sambil berpikir, “Purnomo edannya mulai kumat.”

“Pasti Bapak-Ibu tidak tahu karena ini pertanyaan tolol,” kata saya. “Tetapi saya perlu memberitahu nama ibu ini. Namanya sama dengan nama Bapak-Ibu dan saya.”

 

“Maaf Pak,” saya menoleh kepada pemberi kesaksian. ”kalau perkataan saya menyakiti Bapak. Sekarang ini biar kita salah, selama kita memegang posisi kunci dalam kegiatan pelayanan di gereja atau orang kaya yang biasanya banyak jumlah uang persembahannya, pendeta pun risih untuk menegur kita.” Saya tidak memandang ke arah sarjana teologi karena tak mau tahu dia sedang meringis atau mendelik. “Mereka kuatir teguran itu membuat kita pindah gereja. Saya tidak menyesal bila karena pernyataan saya ini Bapak pindah gereja atau tidak mau aktif melayani lagi. Tetapi saya merasa menyesal bila tidak mengatakan pemikiran Bapak salah.”

 

“Bapak dan juga tokoh ibu dalam cerita saya merasa takut karena menyadari apa yang dilakukannya adalah salah. Siapa tahu kalung emas itu milik seseorang yang pada malam sebelumnya membawanya ke rumah temannya untuk menggadaikannya agar ia bisa membelikan obat untuk anaknya yang sedang sakit keras. Seharusnya Bapak bisa mencari pemiliknya melalui setasiun radio swasta. Ibu itu harus bergegas meninggalkan pasar karena kuatir pemilik kios mengejarnya karena menyadari telah salah mengira uang 10 ribu yang diberikannya adalah selembar 100 ribu rupiah. Tetapi Bapak tak perlu berkecil hati karena Bapak tidak sendirian. Pendeta yang ingin memiliki hape mungkin saja berdoa kepada Tuhan, ‘Tuhan, buatlah seorang jemaat ketinggalan hapenya dalam kebaktian hari Minggu dan tidak datang kembali mencarinya’.”

 

“Ngawur!” tiba-tiba seorang menyela saya. “Prasangkamu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kamu mendiskreditkan pendeta.”

“Kamu yang ngawur,” bantah saya sambil tertawa. “Masa kamu lupa itu anjuranmu sendiri kepada seorang pendeta yang tidak punya hape ketika kita diutus untuk melakukan kerjasama dengan gerejanya dalam memberdayakan masyarakat di sekitarnya? Cerita lengkapnya nanti saja setelah selesai persekutuan ini. Tetapi sekarang kita bayangkan ada seorang Kristen yang butuh hape tetapi ia tidak punya uang untuk membelinya. Sabtu malam ia bergumul dalam doa dan pada esok pagi setelah selesai ibadah ia melihat ada hape tertinggal di kursi. Ruang gereja sudah kosong. Ia mengantonginya. Ia menunggu di halaman gereja sampai tengah hari dan tidak ada orang yang datang mencari hape itu. Apakah ini berarti ia sudah berhak memiliki hape itu? Apakah ini berarti Tuhan sudah menjawab pergumulannya semalam?”

 

“Penggunaan kata ‘bergumul’ untuk mengatakan berdoa dengan tekun dan sungguh adalah tidak tepat. Bergumul berarti ada 2 pihak yang aktif saling menyerang. Ketika kita berdoa, kita yang aktif. Tanpa sambil membaca dan merenungkan Firman, sesungguhnya kita mengikat Allah untuk menerima “serangan” kita tanpa boleh membalas dengan Firman-Nya. Karena itu ketika keesokan harinya kita mendapatkan sesuatu yang boleh dianggap sebagai jawaban doa kita, kita tidak lagi tahu apakah itu sesuai dengan Firman Tuhan.”

 

“Dalam lemari konsistori gereja kita banyak Alkitab dan kaca mata baca milik jemaat yang tertinggal dan tidak dicari pemiliknya. Mengapa tidak ada dompet atau hape dalam lemari itu? Apakah memang jemaat tidak pernah ketinggalan dompet atau hapenya? Atau, itu dikarenakan banyak jemaat kita yang membawa masalah keuangannya pada malam sebelumnya dalam sebuah ‘pergumulan’ yang salah? Silakan melanjutkan sendiri. Maaf, saya mau ke dapur membuat kopi. Kepala saya pusing.”

 

Sakit flu saya belum reda. Bahkan malam itu makin berat karena siangnya saya harus melakukan pekerjaan yang menguras tenaga, otak dan perasaan. Tetapi tidak elok bila saya berada dalam kamar tidur sementara di ruang tamu ada persekutuan doa. Sejak tamu berdatangan saya tidak banyak bicara. Saya juga tidak akan banyak bicara bila ada yang menceritakan norma kebenaran yang berbeda dengan yang saya yakini. Tetapi jangan mengatakannya di dalam rumah saya. Saya tidak suka dan saya pasti mengatakan ketidaksukaan ini walau dengan risiko kehilangan teman.

 

2 Timotius 4:2-4, “Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran. Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.”

(28.10.2009)

 

Rusdy's picture

Moral Dilema

Duh, pengalamannya bikin dilema yah. Ngomong sih gampang, "ya mesti dibalikkin tuh kalung sama duit, titik!", cuman kalo si rusdy sampe ditest beneran sama Tuhan di keadaan yang sama... ya kita liat aja deh...

Sekarang sih belom ditest sampe kayak gitu, kata Tuhan si rusdy belom kuat gitu...

Purnomo's picture

@Rusdi, Billy Chien

telah merespon komen Anda.

Sedikit tambahan dari saya. Bagi saya, test dari Tuhan adalah pembelajaran. Kalau gagal saya tidak kecil hati karena ada remidi.

Thx untuk atensi Anda.

Salam.

yun tonce's picture

@ Purnomo ; sharing pengalaman

Pengalaman saudara amat dilematis. Saya pun pernah mengalami pengalaman serupa hanya beda versi.

Pengalaman saya demikian :

Beberapa bulan yang lalu (mungkin sekitar bulan Juli 2009) saya membutuhkan dana untuk beberapa hal yang bersifat penting dan mendesak untuk diselesaikan, namun dana cash dan tabungan saya sudah habis sama sekali dan waktu itu saya bergumul terus menerus dihadapan Tuhan. Pada hari itu saya mengantar mama saya kepasar untuk berbelanja dan sepulang berbelanja  dari pasar, dijalan saya melihat ada dompet yang tergeletak. Lalu dompet itu saya amankan dan saya lihat isinya sekilas, berisi HP nokia ....dalam hati saya :”Puji Tuhan, inilah jawaban yang telah Tuhan berikan bagi pergumulan saya”. Lalu saya pun pulang kerumah dengan hati yang benar-benar girang dan penuh sukacita ”dunia”. Dirumah saya mulai buka dompet tersebut dan saya teliti isinya, dompet tersebut ternyata berisi uang cash sekitar 300 ribu, HP nokia yg tidak terlalu baru serta SIM dan STNK. Pada saya tahu isinya seperti itu, hati saya sangat girang, terbayang beberapa hal penting yang membutuhkan dana cukup banyak akan segera saya selesaikan...namun tiba-tiba HP yang saya temukan tersebut berbunyi hati saya mulai gamang dalam hati berkata : waduh celaka, sang pemilik sudah mulai telp Hpnya dan dg sigap HP tersebut saya matikan. Lalu untuk beberapa jam kemudian saya ada beberapa kegiatan yang harus saya selesaikan..anehnya pada saat saya melakukan kegiatan tersebut, pikiran dan hati saya mengatakan : jangan engkau ambil barang milik orang lain, engkau adalah pengurus persekutuan pemuda dan kakak KTB dari beberapa kelompok KTB rintisan diGKJW Darmo. Saya pun pada akhirnya melakukan beberapa kegiatan tersebut dengan banyak ganjalan hati nurani, yang sungguh sangat tidak mengenakkan bahkan menjadi beban. Saat itu pergumulan demi pergumulan yang muncul saya renungkan..akhirnya sampai pada satu titik : saya sepulang kegiatan ini harus on-kan HP itu, kontak pemiliknya dan kembalikan HP dan segala isinya, untuk masalah saya ; Tuhan yang memanggil saya, Tuhan pula yang menolong saya, kalau memang masalah saya tidak dapat saya selesaikan...biarlah karena Alkitab mengatakan ”segala perkara dapat kutanggung didalam Kristus yang memberi kekuatan kepadaku”, maslah saya selesai, Puji Tuhan tidak selesai pun tetap Puji Tuhan karena itu adalah Salib yang harus saya tanggung. Pada akhirnya sepulang saya melakukan beberapa kegiatan pada pagi itu, saya beranikan diri untuk nyakalan HP tersebut dan langsung saya telp no HP pemiliknya dengan HP saya sendiri dan pulsa saya sendiri, sepeser pun saya tidak pakai HP yang saya temukan, langsung saya janjian dengan pemiliknya dikomplek Temprina (bekas tempat kantor Jawa Pos yang berada dijalan karah Surabaya). Siang itu saya langsung meluncur ketempat yang dimaksud dan menunggu pemiliknya disana. Tidak lama kemudian pemiliknya pun tiba, pemiliknya adalah perempuan muslim yang berjilbab, lalu saya berikan dompetnya yang berisi hp, uang cash serta surat-surat berharga tanpa saya ambil sepeser pun. Dia pun bertanya, mas....tadi kenapa koq waktu saya telp tidak diangkat? ya saya jawab : karena tadi saya sedang ada kegiatan maka biar baterainya tidak habis ya saya matikan. Pada saat saya ditanya demikian, saya merasa Tuhan sedang meminta pertanggungjawaban saya atas pikiran saya yang tidak benar. Lalu setelah saya serahkan dompet dll, pemiliknya pun memberikan sejumlah uang kepada saya, namun saya tolak secara halus dan saya katakan kepadanya ; mbak, kasih dan anugerah Tuhan yang saya sembah sudah sangat berlimpah..lebih baik uang tersebut mbak simpan untuk keperluan mbak sendiri dan saya pesan kepada mbak supaya hati-hati kalau membawa dompet, jangan sampai kejadian seperti ini terulang kembali karena jika dompet mbak jatuh kalau ditemukan orang lain mungkin tidak akan kembali, saya bukannya berpraduga jelek, tapi itulah karakter orang Surabaya... Pada saat itu saudara, saya lihat mbak tersebut semacam tersentuh hatinya. Lalu setelah saya berpamitan, saya tinggal pulang. Kesesokan harinya pada saat saya pimpin KTB, saya merasa diri saya sekarang sudah menjadi semacam lebih maju kedepan daripada sebelumnya dan saya sharingkan pengalaman tsb kepada anak KTB saya, mereka mendapat berkat dan kekuatan dari hal tsb. Lalu beberapa hari kemudian pada saat ada PA pengurus pemuda GKJW Darmo, saya share kembali hal itu agar sesama pengurus boleh saling dikuatkan dan mendapatkan berkat rohani dari hal tersebut dimana dari hal tersebut saya boleh belajar integritas antara iman dan perbuatan.

 

Kesimpulan :

Tuhan sering menguji anak-anakNya sewaktu-waktu, Cuma terkadang kita sering tidak mengerti bahwa pada saat itu kita sedang diuji Tuhan. Pada saat kita berkemenangan dalam ujian tsb ; kita dikuatkan bahkan cenderung untuk terus maju dalam integritas antara Firman, kehidupan dan pelayanan serta memiliki hati yang haus dan rindu untuk menjadi garam dan terang bagi sesama. Akan tetapi bila kita terjatuh, maka dalam pelayanan dan kehidupan rohani menjadi ada ganjalan, dingin bahkan terkadang suam-suam kuku serta malas untuk belajar Alkitab baik-baik.

 

Biarlah sharing seperti ini boleh menjadi pelajaran bagi kita bersama.

GBU

Purnomo's picture

@yun tonce, seharusnya ini blog bukan komen

Kesaksian Anda luar biasa karena jujur mengisahkan kelemahan Anda sendiri sebelum berkemenangan.

Agar bisa menjadi berkat bagi lebih banyak orang, sebaiknya Anda copas komen ini untuk menjadi blog tersendiri.

Salam.

yun tonce's picture

@ Purnomo

Salam Damai

Biarlah apa apa yg sudah saya sharingkan boleh menjadi satu dengan blog anda untuk saling memperlengkapinya dan menjadi pembelajaran bagi kita bersama.

Segala Pujian Hormat dan Kemuliaan Hanya Bagi Kristus yang telah Mati dan Bangkit bagi Kita.

Salam

kardi's picture

@purnomo jalan pikiran manusia maunya instant, cepat beres.

@purnomo, kesaksian pertama memang sepertinya baik, begitulah cara Tuhan menolong, instant perlu duit, ketemu kalung....jual, dapat uang masalah selesai. Tapi apakah itu betul cara Tuhan kalau tidak ada damai sejahtera pasti itu bukan jalan Tuhan. Koq gitu ya?? Banyak cara Tuhan untuk menyelesaikan masalah , yang sama sekali tak terpikirkan..Saya setuju ,bapa memberikan penjelasan yang benar tentang hal pergumulan semalam yang menjadi kesaksian itu. Apapun yang menjadi milik orang lain dalam segala kondisi apapun adalah milik orang tersebut, jangan mengingininya, selain bila memang direlakan untuk menjadi milik kita yang diberikan dengan sukacita. GBU

Purnomo's picture

@Kardi, penjelasan yang benar berisiko.

Saya setuju ,bapa memberikan penjelasan yang benar tentang hal pergumulan semalam yang menjadi kesaksian itu

Memberi penjelasan yang benar, apalagi di sebuah forum, is high risk.

Untungnya si Bapak tetap hadir dalam ibadah Minggu dan masih menyapa saya. Sementara hamba Tuhan yang saya "tabrak", perlu saya ralat - bukan sarjana teologi tetapi calon sarjana teologi - bulan ini adalah bulan terakhir setelah setahun bertugas di gereja saya, hari Minggu kemarin memimpin kebaktian. Tema kotbahnya adalah Jadilah Terang Bagi Tuhan dalam rangka bulan misi. Ia memaparkan apa saja yang menjadi penghalang orang memberitakan Injil. Salah satunya adalah ketakutan. Dan ia bersaksi bahwa ia pernah juga mengalami ketakutan ketika pada malam hari berada dalam angkot di daerah Jakarta Utara sebagai satu-satunya perempuan di antara laki-laki sangar. Ketika ada yang bertanya ia sekolah di mana, ia berbohong tidak mengatakan bersekolah di teologi.

Kesaksiannya ini membuat saya ingat bahwa ia lahir dan dibesarkan di daerah konflik. Di daerah ini dulu sering ada sweeping KTP dan bila agama kita tidak sama dengan agama "petugas" sweeping itu, kita akan dipukuli. Karena itu saya bisa mengerti mengapa begitu responnya terhadap kesaksian Bapak itu. Mudah-mudahan setelah lulus ia berani take risk.

Salam.

billy chien's picture

@all

siapa setia dalam perkara kecil Tuhan akan mempercayakannya perkara besar

kalo baru nemu ini dan nemu itu kita sudah tidak jujur bagaimana Tuhan mau percaya hal lain yang tidak "nemu"...

ngomong sih mudah melakukannya yang sulit....

hmmmm, saya rasa tidk begitu... kalau anda berpikir spt itu yah itulah kualitas anda....

saya juga pernah dalam kondisi itu , yang extrim adalah di gian depstore sby , saya mau ambil atm, ketika saya masukkan kartu kog tidak bisa, setelah saya lihat monitor ada tulisan, cek saldo, tarik tunai dsb, berhubung saya penasaran saya klik cek saldo... alangkah kagetnya saya ketika melihat uang sekitar tujuh puluhan juta rupiah disitu,...

karena antrean atm panjang dan dibelakang saya ada yang melihat kejadian ini, mas ini berkata "dipake aja mas bagi dua" katanya....

mendengar hal itu saya sangat tidak tenang dan segera saya cancel dan atm saya berikan ke informasi, singkat cerita atm kembali ke tangan pemilik..

ujian Tuhan selalu kreatif, banyak macem nya...

kadang diuji dengan wanita cantik yang semlohey dihadapan anda, benda benda materi dsb... masalahnya jangan disama ratakan berkat Tuhan atau Ujian Tuhan... kalo tetep seperti itu ya elo nya aja yang ngarep hihihihihi (joke)

JBU&m

__________________

Kerjakanlah Keslamatanmu dengan takut dan gentar...

Purnomo's picture

BC, wanita cantik minta tumpangan

untuk tambahan kesaksian Anda.

kadang diuji dengan wanita cantik yang semlohey dihadapan anda,

Dalam konteks blog saya, contoh di atas bisa diartikan begini.

Setelah semalam bergumul dalam doa minta pacar, esok hari ketika bermobil ke kantor ada wanita cantik di pinggir jalan melambaikan tangan minta tumpangan. Puji Tuhan, doa saya telah dikabulkan.

Pernah mengalami?

Salam.