Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Terjebak Dalam Kenangan Masa Silam

Sampah Sorgawi's picture

Beberapa waktu lalu , tanpa sengaja membaca suatu syair dengan gaya Melayu. Syair ini cukup romantis , sayangnya , penulis seperti tejebak di masa lalu. Adapun bunyinya sebagai berikut :

Umpama mimpi kukecap kenangan

Taman permainan masa dulu

Sisip senyummu

kemanisan tanpa gula

Kala gerimis menitis di hati

Kenangan lenyap tanpa sadar

Mungkinkah ada lagi saat-saat indah itu

Agar dapat kita bertemu lagi

Dalam kelam engkau datang membujuk hati yang sepi

Dalam terang kau hilang entah kemana

Andai kata hanya mimpi mengusik kenangan silam

Mengapa hangat tanganmu ku terasa

Namamu kuukir di pohon ditepi taman

Sebagai hiasan lambang cinta terlarang

Semoga kau melihat ketika melintasi taman

Sebagai tanda percintaan abadi

Ataupun pada malam diterangi cahaya purnama

Menyuluh ukiran sejuta misteri

Yang menghiasi taman ini penuh cahaya misteri

Kekosongan hingga ia kesepian

 

Memang haru diakui kalau banyak orang sukar untuk meleaskan masa lalunya. Masa lalunya seperti rantai besi yang mengikatnya kuat. Hati dan pikiranya belum mau menerima kenyataan kalau semuanya telah berakhir. Mereka ingin hidup di masa lalu dengan segala kebahagiannya. Mereka gagal move on dan membuka hati untuk orang lain.

Tetapi ada pula mereka yang memendam kekecewaan masa lalu. Hati mereka menjadi pahit sehingga takut membuka lembaran baru.

Mungkin kita adalah salah satu dari mereka. Kita kadang tanpa sadar terjebak dengan masa lalu. Kita beranggapan tidak ada yang lebih baik dari mantan kekasih kita. Atau sebaliknya , semua orang sama buruknya dengan mantan kekasih kita.

Hal ini tidak baik. Segera keluar dari zona masa lalu , sebab terjebak pada masa lalu hanya akan menyakitkan diri kita sendiri. Kita harus berani melangkah untuk menatap masa depan. Sebab Tuhan telah menyediakan masa depan yang cerah buat kita.

 

Karena masa depan sungguh ada , dan harapanmu tidak akan hilang ( Amsal 23:18 )

 

Disadur dari Manna Sorgawi