Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Aurelly, Jus Strawberry, dan Mister Koreanya

cindy wijaya's picture
 
"Jenk...."
 
Sapaan itu muncul dari sesosok foto tersenyum di chat box-ku. Tanpa membaca namanya aku sudah tahu siapa yang mengajakku ngobrol malam itu.
 
"Ya jenk", kuketikkan 2 kata sebagai balasan.
 
"Jenk... hati gw lagi sedih nih."
Kata-kata pembuka obrolan yang tidak biasanya, diluar pertanyaan "Lagi ngapain jenk?" yang biasa ia gunakan untuk membuka obrolan denganku. Ya... walaupun pertanyaan itu lebih sering kujawab dengan jawaban yang itu-itu saja, "Lagi digigitin nyamuk nih gara-gara internetan di teras." Malam ini ada yang berbeda nampaknya. Lagipula jarang ia mengeluh sedih padaku. Lebih sering berbagi perasaan kesal, bete, atau justru bahagia. Sedih? Itu agak diluar kebiasaan.
 
"Sedih kenapa?"
 
"Iya nih... banyak banget yang gw pikirin."
 
"Keluarga apa kerjaan?" Aku melupakan sejenak kebiasaanku membalas obrolan teman dengan bercanda. Beberapa teman memang menikmati banyolan konyolku yang spontan. Kalo denger lo ngomong bawaannya pengen jitak 'pala lo pake martil...lucu banget sih, adaaaaaa... aja! Kali ini aku harus tahu sitkon.
 
"Keluarga dan termasuk pekerjaan.... Jenk, gw kangen banget ma bokap gw..."
 
.....................
 
Kehilangan kata-kata. Aku tak tahu harus mengetikkan apa untuk membalasnya. Saran? Saran yang bagaimana? Lagipula... apa betul saran yang benar-benar ia butuhkan? Aurel telah berpisah dengan ayahnya sekian tahun lalu. Ayahnya telah bersama Sang Pencipta. Kubuka jendela browser baru. Aku ingat 1 cerpen dengan tema kehilangan ayah. Mungkin pas untuk temanku itu kalau aku kirim buat dia. Pas? Atau malah bikin tambah mewek? Ah... mendingan ngga usah deh!
 
Aurelly is offline
 
Aku menghela napas. What can I say?
 
Sedikit mengalihkan perhatian dengan menyeruput jus strawberry yang barusan kubuat. Dengan gaya seribu narsis berkali-kali kupuji kenikmatan jus asal-asalan itu, lengkap dengan toping buah strawberry yang kuselipkan di bibir gelas. Mungkin setelah ini pikiranku bisa sedikit terbuka untuk membalas curhatan temanku itu.
 
Tidak juga. Sama sekali buntuh. Keluarga dan pekerjaan. 2 kombinasi masalah yang tidak ringan. Beberapa hari lalu aku masih bisa memberikan sehalaman message untuk membalas curhatannya tentang pekerjaan barunya, tentang bos Mister Koreanya yang super sadis. Bahkan sempat kuselipkan sedikit becandaan: titip salam ya buat Mister.... Mister, ajakin aku main film Korea dongggg, minimal gantiin Han Ji Eun...
 
Kupingku sudah cukup familiar mendengar Aurelly menyinggung-nyingung soal bos barunya itu yang katanya super galak di luar ambang batas.
 
Karyawan di tempat gw pada mo keluar semua saking ngga tahan sama si Mister.
 
Gw takut banget pas ngelihat temen gw dimarahin.
 
Gw ngga nyaman nih jenk, takut terjadi apa-apa kalo gw tetep kerja di sini.
 
..... dan serentetan keluhan lain yang intinya menyiratkan bahwa pekerjaan barunya itu membuat Aurel seperti onta yang dikasih beban muatan 10 kilo di punggungnya. Terancam. Itulah kesan yang kudapat setelah pembicaraan terakhir kami mengenai Mister Koreanya.
 
Semacam ketakutan berlebihan, menurutku. Aurel memang berbanding terbalik denganku. Saat dia berkata: "Gw selalu berdoa supaya di setiap pekerjaan jangan sampe gw dipecat, biarlah gw keluar dengan cara mengundurkan diri."
Sementara aku, yang sudah kenyang merasakan 2 kali pemecatan tanpa melakukan kesalahan, selalu berkata: "Gw ngga pernah doa supaya gw jangan sampe dipecat, toh kalo itu memang harus terjadi... ya udah! Pasti untuk kebaikan gw."
 
Beberapa hari yang lalu jemariku masih lincah menari-nari di atas keyboard, menyusun kata demi kata nasihat untuk sang Aurel.
Sabar ya jenk. Bisa jadi lo ngga salah melangkah, emang Tuhan pengen lo ada di situ untuk 1 tujuan. Seringkali justru kita kehilangan moment-moment dimana sebenernya Tuhan pengen pake tempat yang jelek itu (kantor yang ngga nyaman) untuk membentuk kita. Ya karena itu tadi, keburu keluar karena ngga betah.
 
Tak lupa kubagikan pula sedikit ceritaku padanya. Saat kemarin (kemarinnya orang Jawa alias beberapa waktu yang udah lewat) aku memenuhi jadwal interview di tempat yang tidak sesuai dengan bayanganku. Kantornya kecil (aku menyesal sering menyebut kantorku yang dulu sebagai kandang ayam, ternyata jauh lebih besar dan 4 lantai pula), orang-orangnya sedikit dan full kaum hawa (masih lebih baik kantor lamaku... jauh lebih rame dan... paling tidak bosnya ganteng), ruang kerjanya plong (padahal di kantor lama aku punya ruangan yang privat), harus naik angkot ke kantor (aku kurang suka berlama-lama di angkot. Bus is the best deh!)... Membayangkan apa jadinya kalau sampe diterima di situ. Tapi kalau kata Tuhan aku harus di situ, ya apa boleh buat!
 
Malam ini untuk sang Aurel, aku tak dapat memberikan apa-apa. Jemariku beku. Tak satu hurufpun kutekan. Kalau untuk masalah pekerjaan, aku sudah kenyang dengan pengalaman pahit dan manis yang bisa kubagikan menjadi berkat bagi teman-temanku. Tapi kalau untuk membalas kalimat: Jenk... gw kangen banget ma bokap gw... Sungguh aku tak tahu bagaimana perihnya itu. Puji Tuhan, papaku masih ada... tugasku ialah berbuat sebaik mungkin selama kesempatan itu masih ada.
 
Aurelly is online
 
"Jenk", kuketikkan 4 huruf itu saat Aurel kembali ke dunia maya.
 
"Ya jenk..."
 
.................
 
"Mungkin jenk lebih butuh didengarkan dibandingan saran. Gw siap koq jenk mendengarkan jenk secara online..." kutambahkan karakter senyum berwarna kuning di belakangnya.
 
Kupikir itulah jawaban terbaik yang bisa aku berikan untuk Aurel.
 
Aku merasakanNya. Aku merasakan dalam roh... Dia tersenyum, kemudian mengajakku "AnakKu, ngobrol yuk!" Ya, aku tahu, ini sudah waktunya doa. Takkan kutolak ajakanNya untuk mengobrol. Banyak yang ingin kuutarakan, banyak yang ingin kudengar dari Tuhanku itu. Kututup layar di depanku.
 
Dari merekahnya fajar, sampai terbitnya bintang... Dia selalu mengawasiku dengan penuh cinta. Dia selalu bersamaku.
... pun bersama Aurel.
 
Kuharap besok bisa chat with Aurel dengan becandaan konyol lagi, tidak seserius ini.
 
-Ceen-
untuk seorang teman
terima kasih untuk secuil percakapan yang mendatangkan sejuta inspirasi


 
marchi kuncoro's picture

Nice Story

Nice Story...penuh inspirasi..di berkati deh pokoknya..

Salam kenal.. Salam jg buat Aurelly..

Gbu..

__________________

marchi@gsjacc.org