Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

KFC di Lagos, Nigeria

Andy Ryanto's picture

Entah sudah beberapa bulan tidak mampir di pasar SS ini. Kesibukan mengejar sales target di akhir 2009 dan segudang problem termasuk problem pribadi adalah beberapa penyebabnya. Weekend kemarin entah mengapa tiba-tiba teringat dan akhirnya mampir ke pasar SS, dan seperti biasa iseng-iseng mampir ke beberapa kios yang ramai pengunjungnya, dan isinya tidak banyak berubah khas pasar SS selalu penuh dengan caci maki sahut menyahut dan sambung menyambung menjadi satu…itulah Indonesia..eh maksudnya itulah demokrasi (setidaknya versi SS). Jujur asyik juga menyaksikan pertarungan di pasar ini, beberapa pendekar dari perguruan sealiran bahu membahu saling membantu menegakkan kebenaran versinya sementara beberapa pendekar tampak mengambil peran antagonis menyerang dan bertahan dengan berbagai jurus pamungkas. Dan beberapa lagi mencoba mengambil peran ratu adil ataupun jurudamai. Pertarungan biasanya tanpa akhir, tetapi hanya berganti dari satu arena ke arena lain.   Tapi justru inilah salah satu sisi menarik SS untuk dinikmati.

Alinea diatas diketik pada pertengahan Desember yang lalu, hanya satu alinea kemudian terhenti. Hari ini gara-gara komentar di  “suster keramas”-nya Tante Paku, kembali aku diingatkan untuk keramas….eh..maksudnya menyelesaikan setoran ke SS.  Yuk mulai yuk…
Siapa yang tidak kenal KFC, kita di Indonesia mengenalnya lebih kurang 20 tahun yang lalu. Walaupun bukan fans berat KFC, tetapi setidaknya KFC menjadi salah satu solusi utama kala mengalami kebingungan soal makanan di negeri asing. Pertama kali menginjak Lagos sekitar dua tahun yang lalu tak disangka bahwa kota metropolitan dengan penduduk lebih dari lima belas juta jiwa ini bebas dari KFC, Mc Donald, dan kawan-kawannya. Hanya ada beberapa jaringan restoran cepat saji lokal maupun regional. Memang  fried ataupun roasted chickennya punya ras khas tersendiri yang cukup enak setidaknya menurut seleraku. Tetapi semua itu tidak dapat menutupi rasa rindu baik fisik maupun psikologis atas KFC.
Pertengahan Desember 2009, dua hari menjelang keberangkatan kembalinya ke Indonesia pasangan suami isteri misionaris utusan dari Indonesia yang sempat tinggal bersama kami selama beberapa bulan, aku menyiapkan makan malam hanya berupa kentang goreng atau istilah kerennya french fries, yang dibagi dalam dua piring dengan bumbu berbeda. Satu piring dengan hanya taburan garam, dan satu piring lagi dengan bumbu keju. Terserah apakah ini termasuk narsisme atau apapun, aku menyadari ternyata french fries hasil karyaku tidak kalah dengan yang restoran franchise baik dari kualitas gorengan maupun ketepatan kuantitas bumbu yang ditaburkan. Kenesnya itu loh…eh maksudnya krenyesnya itu loh muantaapp.
Kami bertiga menikmati french fries hasil karyaku itu dengan ditemani saus tomat dan saus sambel yang dibawa dari Indonesia, sambil ngobrol seputar makanan:
“Enak ya pak..bu.., jadi inget KFC nih. Ngomong-ngomong apa yang akan bapak ibu makan pertama kali kalau sampai di Indonesia?”  tanyaku mengawali obrolan.
Kalau aku, sudah pasti yang kucari itu mie makasar yang ada di Mangga Besar itu loh” sahut sang suami.
Oh yang kayak ifumie itu ya…pak? Kalau ibu apa?”  tanyaku pada isterinya
Aku sih nggak terlalu ngotot harus cari makanan khusus, apa saja sih” jawab isterinya.  
Ini bisa dipahami karena selama ini kebanyakan yang menyiapkan makanan adalah sang suami.
Kalau aku jelas suka pempek, tetapi untuk KFC pasti minimal makan sekali selama di Indonesia…nah sekarang itung-itung nyicil makan dulu french fries-nya…hehehe” jawabku tanpa ditanya.
Kami melanjutkan ngobrol mengenai makanan di Nigeria khususnya di Lagos, termasuk mengenai belum adanya restoran global brand di tempat ini.
Keesokan pagi, aku menuju daerah Victoria Island (daerah elite bisnis dan tempat tinggal highclass) untuk keperluan perpanjangan visa Nigeria dan menemui pejabat ITPC Lagos (Indonesia Trade & Promotion Center) di gedung Kedubes Indonesia. Sepanjang perjalanan selama lebih kurang satu jam, karena tidak terlalu macet, kunikmati lembar demi lembar harian Vanguard. Tiba-tiba mataku terbelalak pada sebuah iklan satu halaman full colour, tetapi design iklan ini sangat sederhana dan informasi di dalamnya juga tidak terlalu detil.   Aku membacanya berulang-ulang untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas. Iklan itu adalah iklan ucapan selamat atas dibukanya KFC tahun 2010 dari sebuah perusahaan yang sepertinya kontraktor atau supplier. Disebutkan gerai pertamanya di City Mall.   Sekarang pertengahan Desember 2009, berarti harus harus menunggu paling tidak dua tiga minggu lagi. Pengalaman membuktikan dua-tiga minggu di Nigeria bisa berarti dua-tiga bulan atau lebih parah lagi bisa berarti dua-tiga tahun. Aku mencoba tidak terlalu menanggapi iklan tersebut, walau dalam hati ada rasa “excited” menyadari sebentar lagi ada KFC di Lagos.
Setelah menyelesaikan beberapa urusan, sebelum pulang aku iseng meminta sopir untuk mampir ke City Mall, jangan bayangkan ini seperti Mal Taman Anggrek, Mal Kelapa Gading, atau Supermal Karawaci. Kalau di Indonesia ini seperti apa ya…susah dijelaskan, seperti bangunan agak tua dimana masing-masing lantai tidak memuat lebih dari 15 gerai, dan dilantai 3 ada bioskop yang kelihatannya mati segan hidup tak mau. Lebih dari separuh gerainya juga kosong dan remang-remang. Satu-satunya eskalator naik turun yang ada juga tidak berfungsi. Terakhir aku mengunjungi tempat ini kira-kira setahun yang lalu, itu pun hanya karena ingin menikmati syawarma (seperti kebab kalau di Indonesia) di salah satu restoran Lebanon yang ada di halaman parkirnya.
Begitu mobil mendekati City Mall, mataku kembali terbelalak dan jantung berdegup keras...hah tampak jelas sekali desain khas dengan dominasi putih dan merah menyala serta gambar Kolonel Sanders serta logo KFC terpampang jelas di sudut kanan City Mall.   Ya tidak salah lagi ini gerai KFC seperti yang sering dilihat di Indonesia. Tanpa babibu aku langsung minta diturunkan tepat di depan KFC, dan dengan langkah sedikit gugup melangkah masuk. Desain interior sangat cozy khas seperti gerai-gerai KFC di Indonesia. Aku sempat ditawari potongan kue dari kue ulang tahun raksasa, tapi kutolak dengan halus karena tak sabar untuk langsung menuju counter pemesanan.   Ternyata hari ini adalah hari peresmian gerai KFC pertama di Lagos…..pertama di Nigeria….man!  Dan aku menjadi salah satu saksi sejarah KFC disini!
Setelah mengamati menu-menu yang ditawarkan, aku putuskan hanya membeli paket 8 potong ayam dengan komposisi 4 original dan 4 crispy, dan take away , pertimbangannya adalah yang kubutuhkan hanya ayamnya, soal rice dan french fries tidak perlu kujelaskan lagi. Paket 8 potong ayam seharga N 2100 (+/- Rp 130,000) langsung kusambar dan setelah kesadaran sedikit pulih, aku tidak mau melewati kesempatan untuk mengambil sepotong kue yang tadi sempat kutolak, walaupun akhirnya kuberikan kepada sopir.
Ada perasaan lega, haru dan tak sabar selama perjalanan pulang ke apartemen. Rasanya lega akhirnya 8 potong ayam KFC ada dalam gengamanku. Haru karena baru saja semalam bercerita tentang ayam KFC sambil nyicil makan french fries tetapi hari ini sudah ada dalam gengamanku. Tak sabar rasanya untuk segera berbagi cerita (dan tentu ayamnya juga) dengan pasangan suami-isteri misionaris itu mengenai pengalamanku hari ini.
Sesampai di apartemen, aku menikmati 4 potong ayam, 2 potong aku berikan sopirku sambil menjelaskan sekilas profil KFC, dan sisa 2 potong aku berikan kepada suami-isteri misionaris tersebut. Kenapa hanya dua potong untuk mereka? Bukan karena aku tidak mengasihi hamba Tuhan, tetapi karena besok mereka akan terbang kembali ke Indonesia, dan disana kan banyak KFC.
Setelah aku renungkan, pengalaman KFC-ku ini lebih bersifat psikologis. Keberadaan KFC sejenak membuat aku merasa seperti di rumahku sendiri. Keberadaan KFC sejenak membuatku lupa bahwa aku berada di negeri asing. Keberadaan KFC bisa mengobati rasa rinduku pada kota tempat tinggalku. Apakah keberadaan KFC bisa menjadi berhala baru bagiku, dan menggantikan Dia yang dimana kita harus berharap dan merasa nyaman walaupun di negeri asing? Jawabnya tidak tahu.
choenk's picture

hoho

alo bung andy...orang tangerang ya??

hehehe...

"Penyesatan memang harus ada, tetapi celakalah mereka yang mengadakannya..."

__________________

" If money makes you SOMEBODY, you are NOBODY then "

Andy Ryanto's picture

Tangerang Citizen

Iya bro....tinggal di tangerang...kangen nih sama supermal....hahaha....Karena 6 bulan sekali baru bisa lihat mal dan plaza di Indonesia.  Disini jangan ditanya deh soal mal atau plaza...

choenk's picture

@andy

wah...gitu ya sengsaranya tinggal di daerah asing, terpencil pula...btw waktu posting ini masih di sana?

gpplah bro, setidaknya melalui SS ini bisa share ama temen2 di Indo ini..hehe...kita juga bisa jadi belajar bersyukur melalui pengalaman bung Andy di sana...

"Penyesatan memang harus ada, tetapi celakalah mereka yang mengadakannya..."

__________________

" If money makes you SOMEBODY, you are NOBODY then "

Andy Ryanto's picture

@choenk

Sengsara? menderita?  Ini sangat relatif, dengan mencoba memahami keberadaan kita dimanapun sebagai bagian dari visi yang Dia berikan, banyak hal-hal menarik dan penghiburan yang bisa dinikmati, mungkin itu sudah satu paket dariNya.

Terpencil? Walaupun infrastruktur disini lebih buruk dibanding kondisi Indonesia 20 tahun yang lalu, tetapi selalu ada cara untuk survive khususnya dalam bisnis karena ini berarti peluang.  Kalau lagi nasib baik, listrik PLN bisa menyala sekitar 6-12 jam sehari meskipun di tinggal di daerah "elite" itu pun tidak terus menerus alias nyala-padam-nyala-padam lagi,dst, selebihnya menggunakan generator sendiri.  Koneksi internet menggunakan radio, dan kebetulan provider yang dipakai cukup baik sehingga kualitas koneksi bisa dipakai untuk mendengarkan radio El-shinta, Heartline, Rhema, Nafiri, begitu juga untuk pembicaraan lewat skype dengan kualitas seperti telepon.  Fasilitas internet benar-benar penghiburan terbesar buat kita disini.

choenk's picture

hehe

betul sekali kata bung Andy itu, sengsara itu relatif...

bukankah kita harus belajar mencukupkan diri kita dengan apa yang ada dan tetap bersyukur..

thanks buat sharingnya...

"Penyesatan memang harus ada, tetapi celakalah mereka yang mengadakannya..."

__________________

" If money makes you SOMEBODY, you are NOBODY then "

Rusdy's picture

KFC Tanah Air

Orang mah, makan tempe ato tahu baru ngingetin sama tanah air, situ malah KFC... :D

Viesnu's picture

kalo

Emang elu Rus, masuk KFC mesennya, kering tempe,sayur sop,krupuk...minumnya es teh manis anget...wkwkwkwk...

Lovepeace..uenak..

__________________

Lovepeace..uenak..

Andy Ryanto's picture

Iya memang aneh....

Thank God,  kebetulan disini ada Chinese restoran yang jual tahu mentah, dan sejauh ini baru satu yang kita ketahui ada jual tahu mentah.  Rasanya enak juga kalau digoreng atau dimasak langsung tidak jauh beda dengan tahu Indonesia (itu loh yang jenisnya berbentuk kotak dan masih ada airnya).

Dengan globalisasi sekarang ini suka tidak suka membawa efek psikologis.  Walau kita berada di tempat asing, asal bisa menemukan produk-produk global yang juga kita kenal di daerah asal kita, seperti KFC, Mc D, Coca Cola, Sprite/Fanta, Pringles Crackers, Milo, ada rasa aman paling kita bisa menikmati sesuatu sama seperti yang ada di daerah asal kita, dan kita tidak menjadi terlalu asing lagi.  Mungkin ini lebih bersifat psikologis....entahlah...tapi itu yang kurasakan.

king heart's picture

@andy ryanto

Memang KFC sudah identik dengan Indonesia ya ? Bisa ngamuk tuh si Paman Sam

Coba kalau di Nigeria sana ada warteg, nah ini baru bersejarah banget he he he he

 

 

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

__________________

Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi musuhmu?

Andy Ryanto's picture

Memang miris ya...

Bro...memang begitulah miris ya....ada KFC saja sudah senang banget kita disini.  Disini terlalu muluk kalau mengharapkan warteg, kuring, dsb.  Makanan Indonesia bisa dinikmati hanya kalau ada acara pertemuan warga Indonesia, biasanya disiapkan ibu-ibu dengan bumbu-bumbu yang dibawa dari Indonesia.  Di luar itu harus dapat menikmati apa saja yang bisa dimasak.

Memang sulit membayangkannya....kalau tidak merasakan sendiri.  Kondisi disini seperti kondisi Indonesia 20 tahun yang lalu....memang sudah ada perbaikan sana-sini, mungkin itu yang menyebabkan KFC mau mulai investasi disini.  Kapan-kapan akan saya sharing cerita horor kehidupan disini.

KFC rasanya sudah bukan milik paman Sam, keponakan2 saya lebih mengenal KFC daripada sayur asem ataupun makanan warteg, tiap minggu harus ke KFC.  Bahkan kalau kita berada di negara asing langkah aman dan pasti untuk dapat menikmati makanan adalah pergi ke KFC, Mc D, dsb.  Ini yang di alami teman saya waktu di China, bingung kalau pergi ke restoran karena tidak bisa berkomunikasi Mandarin, maka waktu ketemu KFC senang banget, paling tidak bisa makan dengan cukup tunjuk sana sini.

Melalui blog ini saya hanya ingin sharing, mengenang nikmatnya tinggal di Indonesia.  Makanan melimpah ruah dan bervariasi.  Sering kita tidak peduli dan bersyukur pada apa yang bisa kita nikmati dan miliki.  Tetapi setelah kita berada di luar zona nyaman kita, ketemu KFC saja aduh  mak senangnya.....