Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

kisah sang pendoa

Ulah's picture

Dikisahkan, seorang pendoa syafaat tengah berdoa disebuah menara doa.  Dalam suasana pujian dan penyembahan ia mendengar pintu masuk yang ada dibelakangnya berderit.  Ia berpikir bahwa seorang anggota timnya telah datang.  Sebuah tangan menepuk pundaknya sekali.  Dengan mata yang masih terpejam, ia tetap memuji dan menyembah, sementara tangan kanannya mempersilakan duduk orang yang menepuk pundaknya itu.
Tak lama berselang, kembali sebuah tangan menepuk pundaknya. Kali ini ia ditepuk dua kali.  Kemudian ia mendengar suara, “Ikutlah aku”. Ia tersentak. Ia membuka matanya dan kemudian menoleh ke suara tersebut.
Ia hanya bisa melihat seorang berjubah putih, dengan wajah yang bersinar tapi tidak menyilaukan mata, sehingga ia dapat melihat senyum yang diberikan sosok tersebut.  Sekali lagi ia mendengar suaranya, “Jangan takut, aku diutus untuk menunjukkan kepadamu suatu yang harus engkau mengerti.  Ikutlah aku”.  Tanpa dapat berpikir panjang lagi ia merasa sekujur tubuhnya bergerak mengikuti sosok tersebut.  Kemudian mereka menuju pintu masuk dan kemudian melangkah keluar.
Sesaat ketika sang pendoa tersebut menginjakkan kaki diluar pintu masuk, ia tertegun.  Seingatnya, di depan pintu masuk tersebut hanya ada lorong yang ke kanan dan ke kiri. Sementara itu, tepat di depan pintu tersebut terdapat perpustakaan.  Namun saat ini perpustakaan tersebut tidak tampak dan yang terlihat hanyalah sebuah lorong panjang yang sangat terang.
Sosok tersebut berjalan di depannya dan ia tetap mengikutinya di belakang.  Seperti disebuah planetarium, ia seolah berjalan diangkasa, ia lihat bintang, bulan, matahari, dan sebagainya.  Semakin lama semakin jauh dan kemudian ia sampai pada sebuah pintu gerbang yang dijaga oleh dua orang penjaga dengan membawa tombak api.  Gerbang tersebut tampak bercahaya dan terang.  Dua penjaga tersebut tampak memberi hormat kepada kami dan mempersilakan masuk.  Kami menelusuri lorong tersebut, kemudian sampailah di sebuah persimpangan.  Satu lorong tampak terang dan sebuah lagi tampak temaram.  Sosok tersebut mengajak sang pendoa ke lorong yang temaram. 
Tibalah ia pada sebuah gerbang yang dijaga oleh dua sosok dengan wajah yang sangat menyeramkan. Sang pendoa tertegun, kemudian berhenti berjalan. Tetapi sosok yang memperkenalkan diri sebagai utusan tersebut berkata, “Jangan takut.  Atas kehendak-Nya, mereka tidak akan melihat kita.”  Benar, dua penjaga tersebut tidak tahu kehadiran kami.  Kami melenggang masuk menelusuri lorong yang semakin lama semakin gelap.
Tibalah kami di sebuah ruangan yang sangat luas.  Tampaklah sebuah pertemuan yang dilakukan oleh berbagai makhluk.  Ada yang bertanduk satu atau dua, ada yang bermata satu bahkan tiga, dan ada pula yang tinggi besar den berekor.  Namun demikian, ada pula yang tampak cantik dan ganteng, seperti wajah-wajah cover boy dan cover girl majalah,  Semua ada dan berkumpul menjadi satu.
Apa yang mereka diskusikan, tidak terdengar dengan jelas.  Namun, sosok yang mengajak sang pendoa tersebut memberikan penjelasan bahwa saat ini tengah diselenggarakan sebuah pertemuan pada iblis, setan, dan para pengikutnya.  Mereka tengah mencoba mengatur strategi untuk menyesatkan manusia.  Beberapa strategi telah gagal dilakukan.  Seperti mengingkari keberadaan Tuhan hingga membuat ketakutan dengan memunculkan aneka rupa yang menyeramkan.
Juru bicara kelompok penyangkalan keimanan telah mengemukakan berbagai kendala yang dihadapinya.  Ia mengatakan bahwa berbagai strategi yang menyatakan bahwa Tuhan tidak ada telah dipatahkan berpuluh-puluh tahun yang lalu.  Saat ini ia mencoba untuk menerapkan startegi dengan mengubah pandangan manusia bahwa Tuhan itu ada. Tetapi keselamatan itu tidak hanya diperoleh dengan percaya kepada Yesus saja, melainkan hanya dengan melakukan semua kebaikan-kebaikan.  Saat ini telah banyak orang yang mengikuti penalaran ini.  Kebaikan, kegiatan sosial, dan sebagainya dilakukan untuk mendapatkan keselamatan.  Mereka telah mengikuti paham ”tabur tuai” yang selama ini banyak diikuti oleh kalangan Kristen.  Menurut juru bicara kelompok penyangkalan iman  ini, strategi tersebut masih merupakan strategi efektif.
Juru bicara kelompok mistis yang terdiri dari para peramalan, dukun, dan sebagainya juga turun berbicara.  Menurut mereka, saat ini banyak di kalangan umat Kristen yang telah meninggal segala bentuk perdukunan, ramal-meramal, fengshui, dan sebagainya.  Sudah mulai sulit menganggu manusia melalui metode mistis.  Untuk itu, kelompok mistis tengah melakukan kerja sama dengan kelompok intimidasi dengan melakukan berbagai strategi yang telah dirancang bersama.
Strategi tersebut dengan mengirimkan berbagai selebaran, surat edaran baik melalui sepucuk surat ataupun sebuah e-mail.  Tugas dari kelompok intimidasi adalah memberikan beberapa penjelasan seolah-olah surat tersebut sangat berarti.  Dengan demikian, layak diteruskan kepada orang lain.  Bila perlu seolah-olah dari tokoh agama ataupun dari para suci.  Kelompok intimidasi akan melakukan sebuah ancaman dalam surat atau edaran tersebut dengan menyatakan bila tidak menyebarkan akan ada kesialan.  Sementara itu, kelompok mistis akan menanggapi dengan memenuhi kesialan pada manusia yang tidak meneruskannya dan memberikan keberuntungan kepada yang meneruskannya.  Dengan demikian, seolah-olah memang benar ada kuasa dalam edaran tersebut.
Sang juru bicara juga menambahkan, dengan strategi ini, maka intimidasi akan semakin lama semakin tersebar, sehingga kekuatan kelompok mistis maupun intimidasi semakin kuat menyengkeram.  Ketakutan manusia akan berubah dari takut akan Tuhan menjadi takut akan intimidasi tersebut.
Singkat cerita, tak terasa, Sang pendoa mulai mengucurkan keringat dingin setelah mendengar begitu banyak startegi yang diungkapkan dalam pertemuan tersebut.  Kemudian sang sosok utusan tersebut mengajak pendoa tersebut kembali meninggalkan tempat pertemuan tersebut.  Ia kembali menyusuri lorong menuju pada lorong telah ia lalui, dan kembali ketempat semula ia berada.
Masih dengan napas yang tersengal dan keringat dingin yang mengucur, si pendoa telah berada diantara teman-teman tim doanya.  Menurut pendoa yang lain, ia mendapati pendoa tersebut tergeletak di ruang doa ketika mereka datang satu persatu.  Kemudian, mereka bertanya apa yang terjadi, dan sang pendoapun mulai menuturkan kisah perjalanannya.
 

hai hai's picture

Tombak Api Itu Bentuknya Bagaimana?

Ia hanya bisa melihat seorang berjubah putih, dengan wajah yang bersinar tapi tidak menyilaukan mata, sehingga ia dapat melihat senyum yang diberikan sosok tersebut.

Semakin lama semakin jauh dan kemudian ia sampai pada sebuah pintu gerbang yang dijaga oleh dua orang penjaga dengan membawa tombak api.  Gerbang tersebut tampak bercahaya dan terang.  Dua penjaga tersebut tampak memberi hormat kepada kami dan mempersilakan masuk.  Kami menelusuri lorong tersebut, kemudian sampailah di sebuah persimpangan.  Satu lorong tampak terang dan sebuah lagi tampak temaram.  Sosok tersebut mengajak sang pendoa ke lorong yang temaram.


Ketika malaikat menampakkan diri kepada Abraham, dia tampil dengan pakian zaman Abraham. Begitu juga ketika menampakkan diri kepada Daniel. Nah, kenapa Malaikat tidak tampil dengan mode zaman Adam dan Hawa?

Saat ini orang-orang yang bersaksi ikut tour ke surga dan neraka selalu menggambarkan para malaikat tampil dengan gaya zaman Abraham, Yosua dan Daniel serta gaya Abad pertama. Berjubah panjang, menyandang pedang, naik kuda. Ketika seseorang bersaksi bertemu dengan malaikat yang menyandang pedang, cobalah bertanya kepadanya, "Pedangnya disandang di mana? Di pinggang seperti Zoro atau di punggung seperti Tio Bu Ki dalam To Liong To? Coba bertanya tentang pakaian yang dikenakannya. Umumnya orang tersebut akan gelagapan dan jawabannya sering sekali menjadi lucu.

Coba tanyakan kepada ulah, bagaimana bentuk tombak api yagn dibawa kedua penjaga itu? Ha ha ha ha ha ...

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak