Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengapa Saya Tidak Ikutan dalam Perdebatan Terhebat di SS Ini?

Julius Tarigan's picture

 Dari apa yang bisa saya tangkap berdasarkan yang tersurat dan, terlebih lagi, yang tersirat, beberapa teman di SS ini menyayangkan mengenai tidak atau sangat kurangnya keterlibatan saya dalam usaha untuk “membungkam” atau “melawan” apa yang dianggap sebagai “penyesat” atau “ajaran-ajaran sesat” (khususnya mengenai atau yang berasal dari salah seorang warga “lama” di SS ini).

Sesungguhnyalah saya adalah seorang yang sangat berminat untuk berdiskusi (bahkan berdebat), apa lagi jika topiknya sudah berkaitan dengan Alkitab dan kekristenan (dan, itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa saya tertarik  untuk bergabung di “komunitas blogger kristen” yang bernama SABDA SPACE ini).

Nah, lantas mengapa saya terkesan seperti “berdiam diri” saja di dalam perdebatan yang “paling seru” (paling heboh) yang sekarang sedang terjadi di SS ini? Berikut ini saya akan memberikan dua alasan (dua lagi nich…hehehe!) mengapa saya lebih memilih untuk tidak “terjun bebas” ke dalam perdebatan tersebut.

1.      

Sekalipun mereka-mereka yang terlibat langsung di dalam “pertempuran” tersebut sudah (dan nampaknya akan terus) membela diri, dengan memberikan alasan-alasan “Alkitabiah”-nya untuk praktek-praktek tersebut, tetapi bagi “orang luar” (yaitu yang belum terlibat, sehingga bisa menilainya secara lebih obyektif) cara-cara berdebat yang mereka lakoni itu sungguh sudah keluar jauh dari koridor kekristenan atau etika Kristen. Sebab, jangankan diukur dengan standard etika Kristen, jika diukur dengan standard etika umum saja pun, cara-cara berdiskusi/berdebat yang mereka praktekkan itu (yang sangat didominasi dengan caci-maki dan sumpah-serapah) sudah tidak bisa digolongkan sebagai diskusi/perdebatan yang sehat lagi.

 

Terlalu naif dan hanya merupakan alasan yang dicari-cari saja, kalau mereka mengajukan Yesus dan tokoh-tokoh tertentu di dalam Alkitab, yang juga menggunakan kata-kata “bodoh”, “bebal”, “terkutuk”, dsb. Sebab, bisakah mereka (teman-teman kita itu) menjamin bahwa diri mereka sendiri memang memiliki niat, tujuan, dan spirit yang sama seperti yang dimiliki oleh Yesus atau tokoh-tokoh lainnya itu (yaitu ketika Yesus dan tokoh-tokoh di Alkitab yang lainnya itu menggunakan kata-kata yang keras), yang dicatat di dalam Alkitab tersebut? Dan, yang lebih khusus lagi, apakah mereka ini memiliki otoritas yang sama (atas sesama teman di SS ini, yang kepadanya  mereka mengalamatkan kata-kata makian dan sebagainya itu), seperti yang dimiliki oleh Yesus dan tokoh-tokoh di dalam Alkitab itu atas orang-orang yang mereka tegur pada masa itu? Jawabnya, pastilah tidak! Karena itu, seharusnya mereka tidak menjustifikasi perbuatan mereka yang menyimpang itu, dengan “mencomot” secara sembarangan saja ayat-ayat Alkitab tersebut.

 

2.      

Pokok/topik yang menjadi bahan perdebatan sudah bukan lagi masalah-masalah kekristenan yang biasa, dalam mana kita, sebagai orang-orang Kristen biasa/awam, patut dan wajar untuk mendiskusikannya. Tetapi, pokok pembicaraannya sudah merambah terlalu jauh kepada persoalan-persoalan teologis yang rumit dan, yang untuk bisa membahasnya secara memadai (dan bertanggung jawab), akan membutuhkan penguasaan ilmu-ilmu tertentu di bidang TEOLOGIA. Contohnya saja: penguasaan bahasa-bahasa asli Alkitab (Ibrani, Aramik, dan Yunani), Hermeneutika Alkitab, dan masih banyak lagi yang lainnya. Pokoknya, diperlukan seorang ahli di bidang TEOLOGIA untuk bisa membahas hal-hal tersebut secara pantas dan memadai. Sebagai gambaran saja, pokok-pokok yang mereka perdebatkan itu adalah sekitar mengenai: Allah Tritunggal, Hamartiologi (mengenai dosa dan asal-usul dosa), Angelologi (mengenai para Malaikat dan mahluk-mahluk roh lainnya, termasuk di dalamnya Demonologi, yaitu mengenai Iblis dan roh-roh jahat).

 

Bagi orang Kristen biasa/awam (seperti kita) yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai salah satu dari pokok-pokok teologis itu (mis: malaikat atau angelologi) caranya adalah dengan membaca atau menekuni bahan-bahan pelajaran praktis, yang diangkat atau di susun dari hasil penyelidikan terhadap Alkitab, yang dilakukan oleh para ahli mengenai topik yang tertentu itu. Dan, jika rasa ingin tahu kita cukup besar (dan juga memiliki kemampuan yang cukup), kita pun bisa membaca atau mempelajarinya langsung dari karya-karya para ahli tersebut, yaitu yang sudah dipublikasikan. (Atau, untuk lebih baiknya lagi, jadilah mahasiswa di seminari atau sekolah teologia tertentu yang kita pilih).

 

Dengan menulis seperti ini, saya sama sekali tidak bermaksud untuk menghalangi siapa pun yang berkeinginan untuk menulis mengenai hal-hal yang diyakininya sebagai sebuah “penemuan baru”,  yang merupakan hasil dari study atau pemahaman pribadinya mengenai  ayat-ayat tertentu di dalam Alkitab. Sebab, sesungguhnya saya sendiri pun (dari hasil study Alkitab secara pribadi yang saya lakukan selama ini) meyakini bahwa saya telah “menemukan” beberapa hal yang seperti itu juga. Tetapi, sebagai seorang yang awam di bidang TEOLOGI (yang antara lain nyata dari ketidak piawaian saya di dalam bahasa-bahasa asli Alkitab: Ibrani, Aramik, dan Yunani), maka saya tidak boleh bertindak “terlalu maju” atau bertindak seolah-olah saya ini adalah seorang AHLI (itulah yang dalam beberapa kesempatan saya sebut sebagai perbuatan yang “lancang”).

Saya tidak bermaksud untuk mendikte siapa pun di SS ini supaya melakukan dengan cara yang saya lakukan. Temukan dan praktekkanlah cara Anda sendiri. Tetapi, cara apa pun yang Anda gunakan, aturan dasarnya harus tetap dipatuhi, yaitu jangan bertindak sebagai AHLI (kalau Anda sendiri bukanlah ahli di bidang tersebut). Berikut ini adalah cara atau kebijakan yang saya sendiri tempuh/terapkan selama ini menyangkut “penemuan-penemuan” baru saya tersebut.

1.      

Saya sangat selektif kepada siapa (di antara orang Kristen) saya akan membukakannya. Tentunya tidak kepada setiap orang Kristen “penemuan baru” itu cocok/pantas dan berguna untuk saya kemukakan. Bagi saya mungkin hal itu adalah hal yang sangat membangun, tetapi bagi orang-orang Kristen yang lainnya, mungkin karena imannya masih terlalu lemah/polos, “pengetahuan” saya yang “baru” itu mungkin akan menjadi sandungan terhadap (kondisi) imannya itu (bandingkan dengan  1 Kor 8:7-13)

 

2.      

Saya lebih memilih cara dengan sharing langsung kepada orang-orang yang memiliki latar belakang pendidikan/pengetahuan teologi (yang juga memiliki pemilkiran yang terbuka untuk hal-hal yang “baru”).

 

3.      

Saya akan menulis buku atau artikel yang ditujukan langsung kepada orang-orang yang berkecimpung di dalam penafsiran Alkitab, penyususnan doktrin-doktrin Kristen, sebagai bahan masukan untuk mereka atau supaya mendapatkan masukan-masukan yang berarti dari mereka juga.

 

Itulah secara garis besarnya, kebijakan yang saya terapkan terhadap diri saya selama ini, khususnya yang menyangkut “penemuan-penemuan baru” saya dari Alkitab. Sekali lagi, saya tidak bermaksud untuk mendikte siapa pun supaya menggunakan cara yang saya gunakan itu juga. Saya cuma sekedar menyampaikan cara/kebijakan yang selama ini saya anut. Itu saja.

Nah, karena pendirian atas cara/kebijakan yang seperti yang di atas itulah, maka saya merasa tidak cocok untuk terjun ke dalam perdebatan yang lagi rame di SS ini. Dengan mengatakan begitu, bukanlah saya beranggapan bahwa saya ini adalah seorang yang lebih mulia dari teman-teman yang sedang “bertempur” itu. Mungkin, saya hanyalah sedang beruntung saja, karena tahu lebih dulu (atau tahu lebih baik?) mengenai cara-cara berdiskusi/berdebat yang sehat menurut Alkitab (bahwa justifikasi “caci-maki” dan “sumpah-serapah” itu adalah praktek “asal comot” ayat2 Alkitab secara tidak bertanggung jawab) dan juga cara-cara dalam me-“manage” hal-hal yang merupakan “penemuan” atau “pengetahuan” baru itu. (Sekali lagi, saya tidaklah sedang menganggap diri saya  lebih baik/lebih pintar dari teman-teman yang lain itu, tetapi hanyalah sedang beruntung saja sekarang ini atau dalam kasus ini).

Demikianlah, semoga teman-teman memahami mengapa saya tidak ikutan dalam perdebatan paling rame di SS pada akhir-akhir ini dan kiranya atmosfir di SS bisa menjadi lebih “sejuk” (= kondusif) lagi ke depan ini, demi kemanfaatan yang lebih besar lagi bagi kita bersama.

Salam damai untuk semua!

(“Salam reformasi”-nya, di “simpan” dulu, untuk kali ini aja! Hehehe…!)

 

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

GODARMY's picture

:D

Kalo saya sih memang gak mood ikutan debat SS, karena selain sibuk kerja, juga mungkin saya orang yang berpikiran sederhana :
 

1.Debat itu tanpa akhir, tetap akan ada minimal 2 pendapat di ss ini .
 

2.Bagaimana dengan perasaan keluarga yang dimaki-maki (istri, suami,anak,orang tua dll), bagaimana perasaan orang yang dimaki? jika mengatakan tidak dendam, sakit hati, tidak memusuhi, itu adalah nonsense :D. Bagaimana dengan pemaki? apakah akan berkata "ah semua itu karena aku mengasihimu sebagai saudara seiman" itu juga nonsense om, yang ada adalah kasih dijadikan alasan untuk memaki :D
 

3.Saya lebih senang mempelajari, melihat dan menanyakan daripada berdebat.
 

4.Amsal
16:32 Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.
Bagaimana jika saya dimaki? ya hanya berusaha tersenyum penuh pesona tanpa membalas om hahaha..:D
 

5.Mengalah bukan berarti takut, mengalah bukan berarti kalah, selama yang kita kemukakan  itu adalah kebenaran, apa yang dianggap kalah oleh manusia menjadi kemenangan di mata Allah :)

 

 

 

 

JESUS IS GOD

__________________

JESUS IS GOD

Julius Tarigan's picture

@GODARMY: Berdebat itu bakat!

GODARMY, gak ada salahnya kalo sesorang itu tidak suka berdebat.

Mengapa? Sebab, berdebat itu adalah masalah bakat (dan kemampuan), sama seperti bermain musik atau bernyanyi. Jadi, kalau ada yg gak suka atau tdk terlalu tertarik utk berdebat, ya dia gak perlu memaksakan dirinya untuk berdebat. Ntar kalo dipaksain juga dirinya utk ikutan dalam berdebat, nanti jadi bersalahan pula (persis kaya' orang2 tertentu di SS ini, yg berdebatnya cuma ngandalin kata2 makian dan sumpah-serapah atau jurus "ngotot" alias "ngeyel", udah gitu nuduh orang lain pula' yg "ngeyel"!).

Sepatutnyalah kita mengenali diri kita sendiri. Dan, kalo sdh tau bhw kita gak punya bakat (kemampuan) untuk berdebat, ya udah, mbok gak usah ikut2an berdebat. Kan masih banyak cara lain untuk mengekspresikan pemikiran2 dan gagasan2 kita?

Berdebat itu bukan soal bisa ngomomg...atau bisa banyak2 ngomong....atau bisa cepat2 ngomong....atau bukan karena lagi seneng untuk ngomong!

Berdebat itu hanyalah karena kita tahu dengan sangat baik dan mendalam mengenai apa yang sedang diomongin, memiliki data2 dan fakta2 yg cukup mengenai hal tsb, tahu kapan harus mulai ngomong dan kapan pula untuk berhenti, berusaha membuat kata2nya sendiri menjadi sedemikian jelas dan mudah untuk difahami (bukan memaksakan orang lain yg harus mengerti atau membiarkan mereka untuk mereka-reka sendiri apa yg dimaksudkannya), dan banyak hal lainnya yg pada umumnya bersangkut paut dgn kecerdasan/keterampilan dalam berkomunikasi.

Dan yg disebut sebagai perdebatan (yg sehat) itu adalah jika kedua belah pihak yg berdebat itu sama2 tidak memasukkan unsur emosional ke dalam perdebatan tersebut. Sebab, kalau unsur emosional sdh terbawa ke dalam suatu perdebatan, maka hal itu sudah tidak patut lagi untuk disebut sebagai perdebatan (itu sdh mendekati perkelahian!). Berdebat itu adalah aktivitas yg lebih ke arah intelektual (dgn kepala dingin), bukan emosional (dgn hati dan kepala yg panas).

Begitulah bro, kiranya mereka2 yg terlibat dalam perdebatan itu membaca komentar ini juga (supaya perdebatan2 yg dilakukan di SS ini bisa dilakukan dengan lebih elegan lagi ke depannya!). Thanks, GODARMY.

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

BenKaizara's picture

Eureka

Eureka ! demikian Archimedes bersorak tatkala menyadari bahwa air yang tumpah dari bak mandinya sebanding dengan volume tubuhnya.

Memang menggembirakan bila berhasil menemukan sesuatu yang belum diketahui banyak orang. Dan telah menjadi sifat alami manusia untuk menjadi yang pertama dan utama, sehingga setelah (merasa) berhasil menguak suatu rahasia besar, sering secara refleks dari mulut muncul teriakan Eureka. Lalu mengumumkan hal itu ke seluruh dunia.

Saya sudah lama tidak main ke SS, dan ketika melongok kesini beberapa minggu yang lalu saya cukup kaget dengan beberapa blog yang menurut saya memang terlalu berat untuk dikonsumsi orang kebanyakan, walaupun secara pribadi hal itu tidak memberi guncangan apa-apa terhadap prinsip yang saya percayai. Saya setuju bahwa materi blog yang  sangat kompleks kuranglah tepat diunggah sebagai sebuah topik diskusi umum dan lebih baik bila didiskusikan dalam forum tertutup dengan pribadi-pribadi yang kompeten. Tetapi memang hikmat setiap orang kan tidak sama, ya? Ada yang dikaruniai kecerdasan dan sifat pemberani, namun kebijaksanaannya entah jatuh dimana. Atau jangan-jangan tidak punya? 

Sebenarnya saya sangat terusik dengan blog-blog semacam itu dan jari-jari saya sudah gatal kepingin mengetik sanggahan melalui forum yang sama, tapi terus terang saya takut jadi menjadi kurang ajar sebab mulut saya memang telah dipasangi tali kekang namun jari-jari saya belum. 

 

 

Audi partem alteram. Hear the other side. Dengarkanlah kedua belah pihak.

__________________

Audi partem alteram. Hear the other side. Dengarkanlah kedua belah pihak.

Julius Tarigan's picture

@BenKaizara: Godaan besar bagi "para penemu"

Begitulah bro, apa yang merupakan "penemuan baru" secara pribadi itu memang sangat menggoda untuk segera ingin ditunjukkan kepada siapa saja. Hal itu tidak menjadi masalah, sepanjang "penemuan" tersebut hanya menyangkut hal-hal yang memiliki kegunaan yg nyata bagi umum. Tetapi, akan menjadi masalah jika "penemuan" tersebut adalah berupa "pengetahuan" atau pemahaman yg sangat bertolak belakang dengan pemahaman umum selama ini atau bisa mengganggu ketenteraman umum jika dibukakan begitu saja.

Untuk kasus yg disebutkan terakhir itu, akan diperlukan penangan yg ekstra. Bukan berarti hal yg seperti itu dilarang sama sekali untuk dibukakan, tetapi harus dicari cara-cara yg bijaksana dalam membukakannya. Sebab, kalau tidak, bukan tidak mungkin gagasan yg sebenarnya brilliant dan sangat bermanfaat itu, akan berakhir sebagai sebuah gagasan yg ditolak dan dihujat habis2an sebagai ajaran yg sesat (bahkan, sebelum orang2 benar2 memahami apa sebenarnya isi dari gagasan tersebut). Amat sangat disayangkan, bukan?

Walaupun bisa saja kita akan menderita demi gagasan kita yg benar (yg kita sampaikan kepada orang banyak), tetapi kalau harus menderita biarlah kita menderita sesudah gagasan itu benar2 difahami oleh orang banyak tersebut, bukan sebelumnya. Karena itulah kita perlu untuk bijak2 dalam membukakannya. Buatlah daftar berjenjang untuk membukakan hal itu. Baru setelah kita melihat sambutan/respon yg positif dalam jumlah yg cukup besar, barulah kita boleh membukakannya kepada khalayak yg lebih luas lagi.

Tetapi, untuk ini memang dibutuhkan kesabaran yg besar untuk bisa menahan diri kita dari perasaan "ingin cepat2 terkenal". Sehingga, sering kali perasaan yg seperti itulah yg menang dan kita pun dengan terburu-buru membukakan "penemuan baru" tersebut kepada khalayak ramai. Lalu, ketika mereka bereaksi secata negatif, maka kita pun mundur teratur jadinya. Atau, kita menjadi marah kepada mereka, menyebut mereka sebagai orang-orang yg tolol, goblok, otak kosong.... pokoknya memuntahkan makian dan sumpah serapah kepada mereka. Betapa sangat disayangkan, jika yg seperti inilah yg terjadi.

Tetapi, sesungguhnya hal yg seperti itu tidak perlu terjadi. Bagaimana supaya hal yg seperti itu tdk terjadi? Ya, itu tadi, bijak2lah dalam membukakan "penemuan baru" kita itu. Bukan kepada semua orang hal2 yg seperti itu cocok utk dibukakan. Buatlah sistem yg berjenjang dlm membukakannya. Niscaya kita akan selamat, gagasan kita juga selamat, dan orang banyak itu pun selamat (dari penghakiman yg keliru terhadap gagasan kita, yg sebenarnya belum mereka fahami secara mendalam itu)!

Begitu saja ya bro, sekedar tambahan kupasan sedikit lagi mengenai hal yg sangat sensitif ini. Thanks ya, bro BenKaizara. Gbu.

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Adam Kurniawan's picture

@ JT

Maybe karena anda pemain baru di SS ini, biasanya pemain baru akan melihat2 dulu dan mempelajari atomosfir dan kondisi di SS ini, lalu kalo udah cukup ADAPTASI, maka baru biasanya berkomentar. Apalagi saya tahu, anda juga orang yg suka diskusi Teologi dan Kehidupan Bergereja.

Pak JT, pernah dikritik (dimaki) juga sama Hai2, so maybe pengaruh juga nech:)hehehe. Terimakasih atas komentar balik di ICN. GBU Pak JT

1 korintus 15:58

__________________

1 korintus 15:58

Julius Tarigan's picture

@Adam Kurniawan: Gak bakalan!

Maybe, bro!

Maybe yes! Maybe no! (Saya bilang begitu, hanya sekedar untuk tidak terpancing atau terhanyut dengan sinisme Anda aja, bro Dede!).

Tetapi, saya yakin ini adalah masalah karakter, bro! Saya sudah memutuskan untuk tetap begini (tidak ikutan dalam perdebatan yg kacau itu), "sampai bola dunia tak berputar" (kalo sabar nungguinya, ya tungguin aja ya, bro! Hehehe...!).

Masalahnya begini bro Dede, kalo semuanya udah pada mabok, ya kita jangan ikut mabok jugalah! Setidaknya, supaya masih ada yg mbopong mereka itu untuk bali nang omah! (Soalnya, mereka2 itu kan bukan siapa2 bro, mereka itu adalah saudara/i kita juga!).

Tapi, kalo Anda nggak bisa tahan dan kepengin untuk ikut mabok juga (atau malah memang sudah ikutan mabok sekarang ini), ya saya cuma bisa bilang, "aku masih bertahan"!

Saya memang sangat tertarik untuk berdiskusi/berdebat jika sdh menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan Alkitab dan kekristenan. Tetapi, itu kalau saya sudah melihat bahwa kegiatan tersebut memang merupakan diskusi atau perdebatan (yaitu seperti yg saya kemukakan dalam jawaban kepada GODARMY di atas) -- gak pake emosi-emosian (plus makian dan sumpah-serapah).

(Karena ICN sepi, saya jadi "lari" ke SS ini. Sesudah di SS memang rame, tapi tidak sekedar rame aja, bahkan sudah "gaduh" suasananya. Kalo dibandingi, saya ngeblog kecil2an juga di FBI/Nuansa Kristiani, di sana aja masih lebih "santun", tidak se-"liar" di SS ini. WelehWeleh...!).

Thanks ya, bro Dede!

 

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN; Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

__________________

~“Mereka telah mengubah RUMAH TUHAN menjadi SARANG PENYAMUN;
Adalah tugas suci kita sekarang ini untuk MEREFORMASInya!”~

Erfen Gustiawan Suwangto's picture

Mampir ke sini aja, Pak: