Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Mengingat-ingat Lupa

y-control's picture

Saya kira saya termasuk orang yang mudah lupa. Contohnya kemarin, setelah menghabiskan lebih dari 2 jam di warnet, antara lain untuk mendownload 2 buah ebook yang lumayan besar kapasitasnya, ternyata saya lupa memindahkannya ke flash disk saya. Waktu dan biaya yang dihabiskan selama itu sia-sia saja, yang tersisa hanya campuran kesal, menyalahkan diri (bahkan juga menyalahkan warnet yang sempat mengalami gangguan koneksi sehingga membuat pikiran saya bercabang), sedih, kecewa, dan mentertawakan diri saya sendiri.

Di lain kesempatan, saya juga sering lupa nama. Apalagi dulu, saat di Surabaya, saat masih sering bepergian, mengikuti berbagai acara dan berkenalan dengan banyak orang baru. Saya sendiri selalu malu dan sedih sekali kalau dalam waktu sekitar 1 jam saja sudah lupa nama orang yang baru saya kenal tersebut, apalagi mengingat para kenalan baru itu biasanya punya daya ingat yang lebih tajam sehingga bisa mengingat nama saya. Sayapun dalam hati beralasan, bahwa mereka bisa mudah mengingat saya karena memang di kumpulan itu, saya seringkali yang paling 'beda' wujudnya. Namun, apapun alasannya, kebiasaan lupa saya ini memang bukan hal yang baik.

MEMORI

Kalau tidak salah ingat, katanya ada tiga jenis memori. Episodikal, Semantis dan Prosedural. Episodikal misalnya mencakup ingatan seperti: saya tadi makan pakai lauk telur. Semantis misalnya ingatan bahwa telur itu antara lain terdiri dari cangkang, kuning dan putih telur. Sedang prosedural adalah tentang ingatan bahwa kalau makan itu sendok dipegang tangan kanan, garpu di kiri. Saya kira, sebagaimana banyak orang lain, masalah saya paling banyak pada memori episodikal tadi. Memori prosedural mungkin juga lumayan bermasalah, jika mempelajari hal baru yang memerlukan aturan khusus, saya akan mudah lupa kalau tidak mengulanginya terus. Karena itulah saya cukup lambat dalam mempelajari bidang-bidang teknik. Meski demikian, ada beberapa pengalaman konyol yang terkait dengan ingatan prosedural atau kebiasaan ini. Satu contoh, di kota saya ada dua warnet yang hanya beda gang, warnet A adalah langganan saya sejak lama, letaknya di gang pertama. Warnet B masih baru, aksesnya lebih cepat dan lebih nyaman meski juga lebih mahal, letaknya di gang kedua. Dan setiap kali saya ingin ke warnet B, karena sudah terlalu terbiasa, hampir selalu saya tanpa sadar malah terlanjur masuk halaman parkir warnet A lebih dulu. Maka, yang terjadi janggal sekali, saya cuma masuk dan berputar balik di halaman parkir warnet A itu, keluar diiringi pandangan heran penjaga parkir di sana.

Barangkali karena sering tersiksa akibat lupa ini, saya jadi sangat tertarik dan cukup sering memikirkan tentang memori, ingatan, dll. Satu hal lain yang membuat saya sering heran sendiri adalah bahwa meski saya sering lupa untuk hal-hal 'besar' seperti nama tadi, di lain pihak, saya cukup banyak ingat hal-hal 'kecil', yang 'remeh' dan 'sepele' yang sering dilupakan orang lain. Mungkin ini ada hubungannya dengan pendapat yang mengatakan bahwa orang akan paling ingat pada sesuatu atau kejadian yang berhubungan dengan dirinya. Atau juga dengan pendapat yang bilang bahwa ingatan paling kuat adalah ingatan akan kejadian yang dialami waktu kecil. Benar, saya malah bisa ingat banyak kejadian atau sesuatu yang remeh temeh. Mulai dari noda darah di tembok kamar tidur saya waktu kecil, di rumah yang sudah saya tinggalkan selama lebih dari 20 tahun, sampai kepada percakapan-percakapan telepon yang saya lakukan dengan seorang cewek dalam rangka PDKT lebih dari 5 tahun yang lalu.

MENGATASI LUPA

Bersyukurlah bahwa kita tidak hanya berkomunikasi secara lisan saja. Lewat tulisan, seni, dan karya-karyanya, manusia melestarikan pengalaman yang pernah ia alami. Sama seperti Tuhan menciptakan semesta dan manusia sebagai pencitraan-Nya, kita pun meniru cara tersebut. Untuk saya, kebiasaan lupa membuat saya selalu berusaha untuk menuliskan apa yang saya rasakan. Ironisnya, hambatan terbesarnya adalah lupa itu sendiri, lupa mencatat.

Saya juga termasuk orang yang cukup suka menyimpan dan merawat berbagai barang yang dirasa mengandung banyak nilai sejarah pribadi. Sehubungan dengan ini, film "American Beauty" cukup membawa kesan sendiri bagi saya. Salah satu tokoh di film tersebut, yang memiliki hobi membuat rekaman video akan berbagai hal, bahkan tas plastik yang terbang dipermainkan angin, merupakan salah satu obsesi saya yang belum kesampaian.

LUPA DAN PENGAMPUNAN

Lupa tentu saja berhubungan dengan masa lalu, namun jelas itu sangat mempengaruhi masa sekarang dan masa depan. Orang bilang bahwa lupa itu lumrah dan manusiawi, apalagi kalau orang tersebut umurnya sudah banyak. Sedikit masalah muncul saat membicarakan tentang pengampunan. Saya pribadi merasa bahwa akan lebih baik jika mengampuni tidak diartikan sebagai sama sekali melupakan segala sesuatunya. Melupakan kesalahan, dan terutama melupakan rasa sakit hati atau kerugian yang kita alami akibat perbuatan orang lain memang adalah inti pengampunan yang harus dilakukan. Namun, tidak berarti kita lantas melupakan sama sekali dan tidak mau belajar dari peristiwa tersebut, terutama dalam hal memandang ke dalam diri sendiri. Saya kira ini penting juga, karena bagaimanapun intropeksi diri HARUS selalu dilakukan, bahkan di saat kita merasa seakan sama sekali tidak bersalah.

Dalam lingkup luas, hal yang lebih parah nampaknya tengah terjadi pada bangsa kita. Banyak yang mengkhawatirkan gejala 'amnesia sejarah' yang nampaknya mulai menggerogoti bangsa Indonesia. Satu kerusuhan, satu kejahatan, satu pembantaian segera terlupakan oleh satu kerusuhan, kejahatan, pembantaian yang lain lagi. Semua ketidakadilan itu terjadi terus menerus tanpa adanya kejelasan tentang siapa yang harus bertanggung jawab dan bagaimana nasib mereka yang menjadi korbannya.

Sungguh, betapa 'bersyukur' jika ternyata saya memang hidup di bangsa yang begitu penuh pengampunan, tidak suka mendendam dan kasih pada sesama. Namun, nampaknya bukan itu yang terjadi. Bagi mereka yang menjadi korban, rangkaian peristiwa ketidakadilan itu ternyata dipendam dalam hati, dan ketika semakin lama semakin menumpuk, meledaklah kemarahan yang membabi buta, begitu mengerikan! Hal lain terjadi pada pihak yang tidak pernah menjadi korban secara langsung, banyak dari mereka ternyata tidak berbuat apa-apa, bahkan tidak ingat lagi akan berbagai peristiwa itu. Golongan inilah yang dikatakan menderita amnesia sejarah tadi, istilah yang pada dasarnya hanyalah penghalusan dari kata 'ketidakpedulian'. Memang, bukan dendam yang harus melatarbelakangi tuntutan untuk mengusut berbagai kejelasan ketidakadilan itu, namun kepedulian terhadap korban. Dan sungguh memprihatinkan jika mereka yang harusnya peduli (tapi ternyata 'lupa'), kemudian malah menuding mereka yang selalu berseru dan menuntut diusutnya kasus macam pembantaian '65, Priok, Mei '98, DOM Aceh, Abepura, lumpur Lapindo dan berbagai penggusuran, penghilangan paksa, PHK sepihak, dll. sebagai perusuh, provokator, pendendam, dan semacamnya. Lupa bahwa di sekitar kita ada begitu banyak ketidakadilan dan penindasan yang harusnya menjadi perhatian kita, inilah 'lupa' yang sangat berbahaya.

MELUPAKAN

Melupakan adalah sengaja ingin lupa. Ini biasanya dilakukan untuk hal-hal buruk yang tidak membawa kebaikan, yang berkenaan dengan diri kita. Selain dalam rangka mengampuni tadi, sering juga ini dipicu oleh kekecewaan. Namun seringkali, melupakan adalah hal yang susah dilakukan, terutama jika kita melakukannya tanpa adanya pemberesan alias hanya sekedar ingin melarikan diri saja. Jika sudah begitu, makin keras kita ingin melupakan sesuatu, misalnya kegagalan membina hubungan atau sakit hati yang pernah dirasakan akibat kejadian tersebut, kadang ingatan akan hal itu malah semakin kuat.

Saya begitu suka pada salah satu kalimat terkenal dari penyair Chili, Pablo Neruda dalam puisinya yang terjemahan bahasa Inggrisnya adalah "Tonight, I Can Write". Begini bunyinya: "Love is so short, forgetting is so long". Mungkin ini juga mengilhami film "Eternal Sunshine in Spotless Mind" yang juga saya suka. Saat ini, saya sendiri juga sedang berusaha melupakan beberapa hal yang saya rasa tidak berdampak positif bagi perkembangan saya. Namun, terkadang saat saya mengira saya sudah berhasil melupakannya, ingatan tersebut ternyata malah muncul lagi lewat mimpi.

AKHIRNYA

Mempelajari mekanisme kerja otak dan memori manusia memang rumit, sekaligus menarik. Ada yang bilang kalau otak itu bekerja seperti seorang pustakawan yang mengatur kumpulan buku-buku di perpustakaan, tapi ada yang bilang bahwa cara kerjanya seperti seorang yang menulis di atas sebuah kertas. Ada juga yang bilang bahwa saat kita mendekati ajal, maka kita akan melihat semua kejadian yang pernah kita alami akan terputar ulang secara cepat, seperti sebuah kaset yang di-set ulang. Belum lagi tentang hal-hal seperti tentang anggapan yang mengidentikkan sakit jiwa sebagai 'hilang ingatan', lalu pembahasan tentang zat-zat yang bisa membuat kita 'lupa diri', sampai kenapa bisa ada ungkapan 'lupa daratan' dan banyak lagi. Bagi saya, hal-hal itu sangat menarik. Berbagai pendapat orang, salah atau benar bukan hal yang penting. Mungkin, pikiran dan otak manusia memang adalah misteri yang hanya diketahui oleh Tuhan yang menciptakannya sendiri. Maka, rasanya tak berlebihan jika saya bilang otak dan pikiran manusia adalah sama pelik dan luasnya dengan angkasa raya.

Indonesia-saram's picture

Penyakit Lupa

Ada satu lagi penyakit yang terkait dengan ingatan. Penyakit itu disebut alzheimer. Penyakit ini kabarnya merupakan penyakit turunan. Seiring waktu, ingatan seseorang yang terkena penyakit ini akan luntur. Orang yang terkena penyakit ini bisa lupa apa yang sedang ia kerjakan. Pada akhirnya, ia tidak akan bisa mengingat siapa dirinya. Herannya, penyakit ini justru akan menghapus ingatan seseorang mulai dari yang terkini hingga yang terdahulu. Berbeda dengan kepikunan, penyakit ini justru berakhir pada kematian.

Sebuah referensi yang cukup baik ialah film "A Moment To Remember" (saya tidak tahu apakah mulanya ini film Hollywood atau tidak), sebuah film Korea yang dibintangi oleh Jeong Woo-seong dan Son Ye-jin.

"Karena bahasa Indonesia dahulunya adalah lingua franca"

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

Love's picture

Mengampuni dan Melupakan

Membaca blog ini, jadi ingat lagu yang disuarakan oleh Boby "one way".

"... Mengampuni dan melupakan itulah yang Engkau lakukan,

Supaya ku mau mengampuni dan melupakan."

Emang sih, kadang-kadang kita bilang, "Oke, aku maapin kamu deh." Tapi bisa jadi di balik kata maaf itu masih ada makna, "aku maapin kamu, tp aku gak bisa ngelupain kesalahan kamu ...." Akibatnya, saat terjadi permasalahan lagi, kesalahan yang lama yang belum dilupakan diungkit-ungkit dan masalah bisa jadi tambah runyam.

Jadi, memang ada waktunya untuk melupakan, terutama melupakan kesalahan orang lain kepada kita. Tapi jangan melupakan kesalahan kita pada orang lain ya :) salam kasih

Bayu Probo's picture

seperti visi ya...

he he he memang memori susah sekali ditebak maunya... tapi ndelalah... kalau kesalah orang lain kok gampang diingat ya? Bayu
antisehat's picture

mudah ingat

supaya mudah ingat,

aliran nutrisi bergizi dan oksigen ke otak,

harus lancar,

rutin lah olahraga,

dan konsumsi omega-3

untuk mengikis karat lemak

yang menghambat jalan oksigen ke -otak

___________________________

giVe tHank’s wiTh gReaTfull heArt

www.antisehat.com