Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Namanya Robet

fresh salad's picture

Namanya Robet Nugroho. Umurnya baru menginjak 14 tahun. Tahun ini dia baru kelas 8. Tapi semuanya yang dialami Robet terutama hari-hari ini, sungguh tidak dapat aku bayangkan. Kemarin aku baru saja ke rumahnya. Ayahnya meninggal dunia.

 

Mendengar kisah dari tetangganya sudah membuat hatiku miris. Ternyata ayah Robet, Pak Lasimin, sudah sakit sejak sebulan lalu. Aku tidak mendapatkan kabar apa-apa. Padahal beberapa waktu yang lalu aku masih makan bersama anak dan bapak ini. Kantor mengundang mereka untuk mengakrabkan diri dengan para orang tua anak-anak asuh kami. Kami baru saja ngobrol sama-sama, memuji Tuhan bersama, sharing dan memotivasi para ortu termasuk Pak Lasimin untuk mendorong anak-anak mereka meraih impian dan cita-cita. Waktu itu Pak Lasimin terlihat sehat dan baik-baik saja. Tapi kata Bu Lasimin, sebulan terakhir ini suaminya sakit keras dan tidak ada dana ke rumah sakit. Perutnya membesar karena sakit liver. Ditambah lagi ada luka borok besar di lututnya yang membusuk karena diabetes. Robet dan ibunya mengurus Pak Lasimin yang hanya bisa tergolek di rumah mereka yang cuma sepetak. Pak Lasimin terus mengeluarkan cairan tubuh tiada henti. Istri dan anaknya bergantian membersihkan dan mencuci pakaiannya sampai seluruh stok baju habis.  Padahal bulan ini Robet menjalani ujian di sekolah. Aku menyesal karena tidak menengoknya bulan ini. Seandainya saja aku tahu... setidaknya mungkin aku bisa berbuat sesuatu. Kesibukan menjelang Natal dan kerjaan kantor yang menumpuk membuatku hanya bisa mengurus segala keperluan sekolah Robet langsung ke sekolah.

 

Hari ini, tentu saja Robet masih sangat sedih karena kepergian ayahnya kemarin. Masih teringat jelas di benaknya bagaimana peti yang berisi jasad ayahnya tercinta itu diturunkan ke dalam tanah. Kemarin dia menguatkan tekad untuk melihat penguburan ayahnya sementara ibunya hanya bisa meratap di rumah. Ya, di rumah yang sebenarnya tidak layak disebut rumah. Sepetak ruang kayu ukuran 4 meter persegi. Hanya ada sebuah sekat kecil sebagai pembatas antara dapur dan ruang tamu yang juga berfungsi sebagai ruang tidur, ruang makan, ruang keluarga dan mungkin juga sebagai gudang. Tidak ada MCK, perabot atau barang-barang elektronik seperti TV atau radio. Di ruangan itulah saya biasanya ngobrol dengan mereka bertiga. 

 

Masih teringat di benakku ketika suami istri itu bertengkar. Aku hanya bisa menulis sepucuk surat untuk Pak Lasimin yang minggat ke rumah alm. istri keduanya di desa, dengan membawa Robet bersamanya. Waktu itu aku sangat sedih sekaligus marah. Aku bingung bagaimana dengan sekolah Robet kalau dia dibawa pulang ke desa yang begitu jauh. Waktu itu aku masih trauma karena dua orang anak asuh lainnya juga ada yang dibawa kabur oleh ayahnya ke Bantul. Sekolah mereka ditinggalkan begitu saja. Aku takut hal itu juga akan menimpa Robet. Dalam surat itu aku hanya bisa menulis pendek,"Saya tidak mengerti apa yang menjadi masalah antara Bapak dan Ibu, tapi saya berharap Bapak dan Ibu memikirkan masa depan Robet. Tolong jangan jadikan Robet sebagai korban." Selebihnya aku hanya bisa berdoa, berharap Tuhan menjamah dan melembutkan hati Pak Lasimin yang sangat keras ini. Dua hari kemudian beliau kembali, rujuk dengan Bu Lasimin. Dari situlah aku mulai merasa semakin dekat dengan Robet dan orang tuanya.

 

Hari ini, Solo dilanda banjir, terutama area perkampungan rumah Robet. Robet yang malang. Bocah yang masih belum kering air matanya, kini harus mengungsi karena rumahnya kebanjiran. Kemarin dia baru mengubur ayahnya, sekarang dia harus kehilangan rumahnya. Sore tadi aku mengendarai motorku ke rumahnya. Tapi sayang sekali semua jalan menuju arah rumahnya ditutup. Aku tahu, rumahnya pasti sudah tenggelam. Tapi aku hanya ingin memastikan bahwa Robet baik-baik saja. Tanggal 5 Januari besok dia akan terima raport. Kemana Robet diungsikan? Kemana Bu Lasimin membawa anaknya? Sekali lagi aku hanya bisa berdoa... dan belajar percaya bahwa Tuhan punya rencana indah... untuk Robet.

 

26 Des 2007 - 11:25 

erick's picture

Robet sayang, Robet malang,...

Met natal Cecile, Met natal juga tentunya buat Robet. Cerita ini nggunggah aku aja sih,.... Di jakarta, aku temui banyak keluarga tinggal di rumah yang tidak layak huni seperti gambaran kamu. Namun untuk menolong mereka, ada syarat dimana mereka harus menolong diri mereka sendiri. Jika tidak,sia-sia. Aku paham banget sedih dan marahmu, ketika ada hal yang akan mengancam keberlangsungan pendidikan murid mu, Robet. Cecile, C'est la vie kata orang p'cis sana, tapi sebagai anak Tuhan...., kita serahkan perkara ini ke Tuhan. Kalau Robet tetap di Solo, kamu bantu cari, dan jagai dia seperti yang telah kamu lakukan.... Kalo Robet ke Jakarta, aku bersedia cari dan bantu (asal dikasih alamat), Kalo di tempat lain, kita doakan ada hati yang mau menolongnya.
__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)