Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Masyarakat Madani dari Hongkong?

PlainBread's picture

"Masyarakat madani dari Hongkong!" Begitu ujarnya.

Kita tertawa terbahak mendengar kalimat tersebut. Yang lain tertawa karena ada kata Hongkong. Sementara aku tertawa karena ada kata madani. Sekilas kata tersebut terdengar seperti kata madat. Hanya ditambah imbuhan -i. Mungkin karena aku sedang agak sedikit high. Bukan, bukan karena kanabis. Tapi karena aku sedang ngelem. Betul-betul nge-lem. Sepatuku jebol dan aku harus memperbaikinya dengan Aibon. Baunya menusuk hidung. Aku tertawa. Lagi.

 

Tahu apa kamu tentang kapitalisme? Begitu tanyaku kepadamu.

Yang kamu tahu kapitalisme itu setan. Memporakparandakan ekonomi dunia. Akibat kapitalisme. Begitu kata kepala-kepala yang berbicara di televisi di rumahmu. Ketika saya tanya apa kamu kenal Adam Smith, kamu kira dia adalah bintang film. Atau mungkin pembawa kultus baru, saudaranya Joseph Smith. Ketika aku bilang warung yang kamu buka dengan modal sendiri itu adalah hasil kapitalisme, kamu malah marah-marah, bilang kalau aku menghina dirimu, menyamakan dirimu dengan setan kapitalisme.

 

Tahu apa kamu tentang sosialisme? Tanyaku lagi kepadamu.

Yang kamu tahu sosialisme itu warnanya merah. Warna setan. Padahal warna kapitalisme di negara asalnya juga berwarna merah. Ketika aku tanya apa kamu tahu Karl Marx, kamu menjawabnya dengan lebih baik dari sebelumnya. Kata kamu, Karl Marx itu dajal. Diajarkan di tempat ibadah seperti itu. Buku-bukunya mesti dibuang, dibakar kalau perlu. Ketika aku tanya kalau saja kamu mendapatkan modal dari pemerintah untuk buka warung, itu bisa aku labelkan sosialisme, kamu mencak-mencak. Kamu bilang aku sungguh terlalu, menganggap kamu berhubungan dengan dajal.

 

Ingat tidak, ketika pertemuan Ciganjur itu aku bilang akan bikin sial? Revolusi kecolongan, sahutku. Namanya berganti jadi reformasi. Katanya mau menumbangkan pohon beringin, tapi malah sekarang lagi trend kalau pohon beringin bisa dibuat bonsai. Bahkan ada yang mirip dengan bonsai beringin, tapi bukan beringin walaupun sama-sama bonsai. Aku ingat sekali saat itu kamu bilang mereka adalah musuh aku dan kamu; musuh bersama. Tapi ternyata, sekarang kamu berteman dengan mereka. Padahal kamu bilang lebih baik berteman dengan orang kiri, daripada mesti memelihara bonsai beringin. Aku lihat bapakmu, duduk bersebelahan dengannya yang berkacamata dan berjaket kuning. Bapakmu jadi menteri, padahal bukan beringin dan bukan kiri. Berjanggut tipis di dagu. Aku kadang membayangkan bagaimana rupanya kalau dia tidak memiliki janggut.

 

Itu sebabnya aku tertawa, ketika dia berkata soal madani. Dan kamu juga ada di situ. Ikut tertawa. Saat itu kata madani seperti kata yang mengangkat seseorang dalam dinamika sosial. Kalau kamu sebut-sebut kata madani dalam pembicaraanmu, orang akan menyangka kamu terpelajar. Tidak peduli apakah kamu benar tahu artinya atau tidak. Yang penting terlihat keren. Eksistensi menjadi tuhan yang baru. Tapi pasti banyak orang menyangkalnya, dan akan mati-matian membela bahwa tuhan yang mereka sembah adalah hidup. Mirip seperti para pendeta di Mesir yang mengaku menyembah dewa Atum, padahal diam-diam menyembah Seth.

 

Madani itu libertarianisme, kataku keesokan harinya. Yang berarti, janda muda dan anak-anak gadis belia dipelihara oleh para pemuka agama. Dan kita tertawa lagi saat itu. Mentertawakan frasa yang sengaja aku pelintir dari kitab suci negara. Tapi betul, begitulah madani, atau libertarianisme kalau kata orang-orang berambut pirang. Libertarianisme itu sebenarnya saudara sepupu kapitalisme, lanjutku. Dan tidak ada yang tertawa. Satu, dua melotot melihatku. Mungkin dipikirnya aku salah omong. Atau lebih buruk, mungkin berpikir aku gila.

Betul, mereka bersaudara. Libertarianis dan kapitalis menganggap campur tangan pemerintah adalah sesuatu yang buruk. Seorang tokoh suatu hari bilang rakyat dari bangsa ini ternyata terus beraktivitas tidak peduli dengan ketidakmampuan pemerintah membantu rakyatnya. Sementara sosialis menganjurkan pemerintah campur tangan dalam banyak hal. Dasarnya sih begitu, dan saya mengharapkan kalian membantah. Itu yang saya katakan kepada mereka.Tapi bagaimana membantah orang gila, mungkin beberapa berpikir begitu. Lebih baik diam dan tetap waras daripada membantah dan dianggap ikut-ikutan gila.

 

"Kamu sendiri bagaimana, berdiri di pihak yang mana?" Tanyamu kepadaku di suatu hari.

Aku terdiam.

Sebenarnya tidak penting aku ada di pihak yang mana. Aku jadi berpikir hidup kita ini seperti film Inception, tiap orang punya realitanya masing-masing. Apakah dengan mengatakan aku ada di pihak mana, aku menjadi musuhmu? Ah, penyakit lama. Suka sekali memelintir sesuatu. Jangan bilang-bilang yah, posisi seks yang helicopter style itu, sebenarnya penemuanku. Karena kebiasaanku yang suka memelintir itu.

 

Itu sebabnya aku berdebat dengannya, beberapa waktu yang lalu. Beliau bilang pemilihan presiden langsung itu tidak konstitusional. Karena asas negara kita berdasarkan musyarawah mufakat. Sila keempat diperkosa habis-habisan, demikian kata anak beliau. Tapi, tapi, tapi, ... bukankah sila pertama juga diperkosa habis-habisan? Hei minoritas, sila pertama itu hasil kompromi Panglima Besar dengan kaum kanan. Kenapa kalian lambat menyadarinya? Itu sebabnya terkadang aku bergumam, Pancasila itu sebenarnya overrated. Kalau bagian dari dirinya sudah diperkosa habis-habisan, yang tersisa adalah ampas. Setidaknya demikianlah pikir mereka. Bukan pikirku. Betul, pak, itu pikiran mereka, bukan diriku. (menyelamatkan diri supaya tidak dilaporkan).

 

Aku setuju yang mana? Pemilihan langsung atau musyarawah mufakat? Sosialisme, Kapitalisme, atau Ekonomi Pancasila yang diklaim sebagai berada di tengah-tengah antara sosialisme dan kapitalisme, atau Ekonomi Syariah?

Aku tidak akan membuka mulutku.

 

Aku lebih sibuk memikirkan bagaimana caranya membeli televisi yang baru. Televisi yang aku punya, barusan aku buang ke tong sampah. Layarnya hancur berantakan karena aku lihat ada pengamat politik mengoceh dengan kosa kata yang buat awam bisa membuat rahang jatuh, tapi isi omongannya tidak ada sama sekali. Aku lemparkan kursi ke televisiku. Kesalahanku. Karena tentu si pengamat politik itu masih mengoceh, walaupun televisiku hancur. Pengamat politik ini juga digosipkan bakal ditunjuk untuk menjadi menteri. Kalau itu sampai terjadi, aku mungkin harus memutuskan untuk tidak menjadi orang Indonesia lagi. Maafkan aku, Ibu pertiwi. Lebih baik aku kabur dari rumah, ibuku tersayang, daripada melihat orang-orang seperti dirinya mengencingi ranjangmu.

 

Ngomong-ngomong, jangan salahkan aku yah. Salahkan saja si Aibon. Dan ketika dia kampanye untuk salah satu keluarganya karena dia tidak bisa mencalonkan dirinya lagi, mungkin semboyannya tidak akan lagi berbunyi,"Lanjutkan!", melainkan "Laporkan!"

manguns's picture

Umat kristen, penduduk indonesia

Warganegara vs penduduk: beda?

what’s the moral difference, if any…between a civilian
and a citizen?

A citizen accepts personal responsibility for the safety…of the body politic, defending it with his life. A civilian does not.

Dalam menyambut pilpres lalu, sinode kami menerbitkan surat gembala dan dibacakan saat kebaktian. Isinya... nggak worthed utk camkan, jadi nggak inget... tapi kira2 .... 'nggak ada isinya'. Ada sih dikatakan ... harus berdoa minta bimbingan roh kudus.

Karena menghadapi pilpres saya berharap: pendeta saya, gereja saya, sinode saya, memberikan arahan yg akuntabel, siapa yang harus dipilih.Saat milih urusan nanti, yg penting ada arahan. Dengan antusias mencermati bacaannya, yang ternyata tidak berisi petunjuk. Kalo nggak inget sedang digedung gereja... sudah saya triakin 'boooooooo.... turun...turun...'

Mewujudkan masyarakat madani alias civil society, gereja dan kristen Ind, cenderung safe player... mungkin karena sudah khatam menikmati penindasan minoritas...analog dg sadomasochism. Atau juga merupakan efek khotbah delusional 'lemah lembut (Mat5:5)' dan 'damai (Mat5:9)

Daripada mecahin tivi atau beli tiket pesawat kabur dari pertiwi, mendingan kita pilih member ss yg bakat politikus, spesialis pelintiran, didandanin (dimodalin jas keren) dan dikampanyekan. Mewakili kita yang nggak bakat politik, bakat nonton, dan yg nggak peduli. Menghujat itu pengamat politik. Sy yakin jurus/taktik dialog ss masih jauh lebih piawai.

Rusdy's picture

@pb the articulate

Akhirnya dia nulis lagi.

"Apakah dengan mengatakan aku ada di pihak mana, aku menjadi musuhmu?"

Jempol!

ronggowarsito's picture

@PB, helicopter style?

Gaya kayak apa lagi nih?

Asik mana sama froggy style? :)

__________________

salam hangat,
rong2

Geadley Lian's picture

suatu ketika

Amerika mengalami sejarah yang sama pada suatu ketika dahulu,masyarakat minoritas ditindas yaitu negro.Menjadi penentang atau perusuh bukanlah caranya utk menyelesaikan masalah penindasan tapi berpikir secara wajar apa tindakan yang harus dilakukan demi keamanan.Semua negara tidak dapat terhindar dari penindasan & soal ahli politikus,bukanlah lebih adil kalo penduduk yang mengundi & kalo sudah diundi masakan mau ditentang lagi.

__________________

geadley

sandman's picture

@PB sama gak sih?

adakah persamaan antara Masyarakat madani dan statement ini:

Bilapun kau bukan keluarga kristen, minimal kau adalah keluarga umat manusia.

__________________

DAN-DAN's picture

Madani itu Magua

Madani itu ya ma gua.

"mau ke mana lu??!!!" tanya emak temen gua ke temen gua yang sambil nenteng tas nya buru2 mo pergi dan mondar mandir cari helm yang nyelip gak tau dimana.

"mau pergi mak, latian!!!" kata temen gua sambil masih celingukan cari helm yang keselip.

"ma siapa perginya, cong??!!!" kata emak temen gua sambil ngasi helm yang dicari temen gua itu.

"MA DANI mak, Dani udah nungguin di depan tuhh..!!!"

 

 

DAN-DAN

__________________

Saya Suka Bebek Panggang...

tonoutomo's picture

@Plain: Bagus banget

luar biasa plain. aku angkat topi salut pada apa yang berhasil kamu angkat lewat blogmu ini. kalau artikel ini kamu tulis di Kompas pasti deh saya jamin bakal dimuat. juga pasti akan menjadi bacaan yang "ngetrend" dan tidak kalah jika dibanding tulisan Ioanes Rahmat soal Makam Yesus".

dapat wangsit darimana kamu? mampu mengupas sesuatu yang fenomenal namun jarang disadari telah meracuni banyak manusia. ketika kebanyakan dari kita biasa menerima segala sesuatu sebagai suatu yang wajar dan normal, kamu masuk pada inti masalah. engkau mengupas habis apa yang yang bener-benar menjadi inti dan sampai-sampai tidak dapat diperas-peras lagi. ibarat puting yang sudah kering karena disedot oleh mulut bayi yang kelaparan.

Ketuhanan, memang hasil kompromi filosofi. salah satu strategi budaya yang fungsional. ketika kita begitu "geram" dihadapkan pada keanekaragaman yang tidak terjembatani. karena nafsu angkara murka atas nama mayoritas. padahal terminologi mayoritas itu sendiri semu, tidak ada pembatas atas suatu istilah. apakah mayoritas karena terbatas pada suatu wilayah, suatu yang bernama negara. terlebih mayoritas atas nama agama, itu hanya ilusi dari keterbatasan kemampuan akal budi manusia.

apa akibatnya? di negara sekuler ini ada departemen atau kementrian agama. dan ironisnya, sesuatu yang mewadahi "pengalaman yang ultima akan Tuhan" dari bangsa ini, ternyata menjadi lembaga yang paling korup. sekorup makna yang diletakkannya.

saya senang dengan uraian sederhana namun jelas dan membuat mataku terbelalak. tentang sosialisme dan komunisme. namun kamu tidak melanjutkannya dengan "kejelasan posisi yang dipilih Indonesia" bumi pertiwi yang tentu kamu cintai. kompromi awal para founding fathers sayang tidak dilanjutkan dengan kompromi berkelanjutan demi terbentuknya "posisi yang jelas" dari ideologi indonesia ini. posisi yang jelas tentang apa indonesia, apa yang disebut dengan budaya bangsa, karakter bangsa. para orang yang suci hati ternyata tidak tahan dan tidak mampu membendung "goyangan inul" dari para angkara murka. kurawa-kurawa yang telah membentuk bumi pertiwi ini, bukan pandawa. 

 

tak baik kalau saya terus-teruskan. 

salut. saya tunggu tulisanmu yang lain.

 

__________________

apa hebatnya manusia!!!!!!

ferrywar's picture

bakat

Memang Plainbread punya bakat menulis yang tinggi.

tonypaulo's picture

kemudian solusinya apakah?

Aku lebih sibuk memikirkan bagaimana caranya membeli televisi yang baru. Televisi yang aku punya, barusan aku buang ke tong sampah. Layarnya hancur berantakan karena aku lihat ada pengamat politik mengoceh dengan kosa kata yang buat awam bisa membuat rahang jatuh, tapi isi omongannya tidak ada sama sekali. Aku lemparkan kursi ke televisiku. Kesalahanku. Karena tentu si pengamat politik itu masih mengoceh, walaupun televisiku hancur. Pengamat politik ini juga digosipkan bakal ditunjuk untuk menjadi menteri. Kalau itu sampai terjadi, aku mungkin harus memutuskan untuk tidak menjadi orang Indonesia lagi. Maafkan aku, Ibu pertiwi. Lebih baik aku kabur dari rumah, ibuku tersayang, daripada melihat orang-orang seperti dirinya mengencingi ranjangmu.

====

seandainya anda yg menjadi politisi tersebut dan politis tersebut menjadi anda...lalu apakah yg harus anda lakukan? atau solusi apa yang baiknya anda berikan?

karena secara tak sadar anda sama dengan politisi yg hanya jago "mengkritik" namun hadir tanpa solusi?

 

:)