Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Pesawat Kertas

PlainBread's picture

 

"Bangsat!" Teriak istriku.

Dia langsung terkesiap, melompat berdiri dan menggaruk kakinya.

Aku juga terkejut mendengarnya. Begitu juga Filine dan kedua anaknya.

 

"Ma, what is bangsat?" Kata anaknya yang paling kecil dalam bahasa Inggris.

Dan dari rasa terkejut, kami bertiga langsung tertawa mendengar pertanyaan polos dari kecil.

 

Istriku kaget karena kakinya digigit bangsat, serangga kecil seperti kutu. Ternyata rumah Filine penuh bangsat. Tapi baru kali itu kami mengetahuinya. Dan dari dia juga kami tahu banyak cerita tentang kondisi rumahnya, begitu juga situasi rumah tangganya di mana dia adalah seorang single parent yang harus mengurus kedua anaknya yang baru berumur tujuh dan delapan tahun.

 

"Jadi gimana, mau dibiarin aja?" Tanyaku.

"Iya Lin, bersihin aja. Kasian kamu dan anak-anak kamu." Anjur istriku sambil sesekali menggaruk kakinya. Dia tidak lagi duduk di sofa di ruang tamu.

 

"Aku sesekali bersihin. Tapi tetap muncul terus. Untuk urus anak-anak aja aku repotnya setengah mati. Capek aku. Capek banget." Keluhnya. Matanya berkaca-kaca.

 

Aku terdiam. Soal bangsat sebenarnya bukan akar permasalahan, namun hanya efek samping dari apa yang terjadi. Setidaknya itulah menurutku. Beginilah kalau tinggal di negara orang. Atau mungkin bisa terjadi di negara sendiri. Punya dua anak, tapi ditinggal suami. Tidak ada teman yang menolong untuk menghadapi hidup setiap harinya. Apalagi untuk membersihkan rumah dengan dua anak yang tinggal di situ, butuh ketekunan dan kerja keras.

"Kami bisa bantu kok." Usul istriku.

Aku terbelalak. Tapi mulutku terkunci. Istrku walaupun aku rasa sesekali kelewatan, tapi aku menikahinya karena dia bijaksana dalam banyak hal.

Terjadilah sudah. Kami bertiga duduk kembali. Membicarakan apa yang seharusnya kami lakukan untuk membersihkan rumah mereka. Kalau perlu diasapi, demikian kataku. Saat itu aku bahkan tidak tahu, apakah aku sedang sarkastik atau memang rumahnya benar perlu diasapi. Dan dia bilang dia butuh kami untuk datang minggu depan, membantunya membersihkan rumah. Tentu saja langsung diiyakan oleh istriku.

Bukan apa-apa. Aku juga trauma menghadapi joroknya rumah. Salah satu rumah temanku sewaktu SMP juga seperti itu. Aku dan teman-temanku yang lain duduk sembarangan di dalam kamarnya, membaca komik Tiger Wong dan Kung Fu Boy, dan aku merasa lututku ada yang menggaruk. Begitu aku biarkan beberapa menit, aku baru sadar bahwa itu bukan tanganku apalagi tangan temanku. Dan aku langsung melompat ketika mengetahui yang menggaruk lututku adalah seekor tikus berwarna hitam pekat.

Temanku yang lain juga pernah berkata bahwa dia pernah menemukan beha di bawah bantal temanku itu. Ukurannya besar. Temanku yang memiliki kamar langsung malu dan berkata bahwa itu beha tantenya yang tertinggal di kamarnya. Begitu juga beberapa puntung rokok, beberapa pasang kaos kaki yang satu sama lain tidak cocok warnanya, juga pita-pita kaset dan pulpen warna-warni yang kami temukan  entah di lantai atau di bawah tempat tidurnya setiap kali kami singgah di rumahnya. Berbagai pertanyaan timbul di benak kami. Yang pasti, rumahnya jorok sekali.

Anehnya, teman SMP aku itu berasal dari suku yang sama dengan teman kami sekarang, si Filine.

"Hush, jangan generalisasi," tegur istriku ketika aku menceritakan apa yang aku pikiran.

 

 

"Membersihkan rumah itu perlu karakter yang kuat. Karena bukan hanya membersihkan sekali saja. Setidaknya sekali seminggu. Apa dia sanggup?" Tanyaku ke istriku.

"Yah nanti kita bilang lagi. Yang penting dia bilang dia butuh kita untuk membantu membersihkan, dan kita juga mau. Lagipula kasihan dia." Istriku menjawab dengan tenang. Jawaban yang masuk akal.

"Tapi ... kamu lihat saja kemarin. Anaknya sudah berumur tujuh tahun. Masa tangan kiri dan tangan kanan saja gak tau yang mana." Aku mengingatkannya akan peristiwa minggu lalu di mana anak Filine yang paling kecil terlihat kebingungan ketika aku bertanya yang mana tangan kanan dan tangan kirinya.

"Justru karena itu dia butuh kita." Jawabnya lagi. Dia belajar dan berkembang banyak sejak aku mengenalnya. Semua logika dan cara berpikirku dipakainya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaanku sehingga membuatku tidak bertanya lagi.

 

 

Aku dan istriku sudah membawa beberapa perlengkapan. Termasuk di antaranya bom kaleng yang biasa digunakan hotel atau pemilik apartemen untuk membuat serangga, semut dan tikus bisa mati dalam satu dua jam. Bahkan sarung tangan dan masker juga kami bawa. Istilah kasarnya, mereka harus siap mengungsi untuk membersihkan rumahnya sampai ke pojok-pojok yang tidak terlihat.

"Gimana Lin, udah siap?" Tanya istriku begitu Filine membuka pintu.

"Duh, gimana ya ...?" Wajah Filine terlihat kebingungan.

Kami menunggu jawabannya, padahal kami masih berdiri di depan pintu rumahnya.

"Rumah sudah aku bersihkan, kok. Dijamin gak ada bangsat lagi." Katanya dengan nada penuh keraguan.

Istriku menoleh melihatku. Aku mengangkat bahu.

"Ya sudah kalian masuk aja deh. Lihat deh, aku gak sampai setengah jam sudah selesai membersihkan rumah. Jadi kalian gak perlu repot-repot." Tukas Filine.

Lalu dia tersenyum. Menarik tangan istriku.

Dan istriku menarik tanganku untuk masuk ke rumah bersamanya.

 

Membersihkan rumah Feline tidak jadi dilakukan. Rumahnya juga tampak lebih bersih dari sewaktu kami terakhir berada di sana

Ketika aku melangkah masuk, aku melihat sebuah pesawat kertas tergeletak di dekat tumpukan sepatu yang ada di samping rak sepatu yang sudah penuh juga oleh sepatu.

Pesawat kertas itu buru-buru aku pungut dari lantai.

Pesawat kertas yang biasa aku buat sewaktu aku masih kecil.

Pesawat kertas yang mengingatkanku akan banyak hal.

Miyabi's picture

Joke orang kesurupan naik pohon

Tau kan, joke orang kesurupan naik pohon. Biasanya dia naik pohon kelapa trus maki-maki orang lewat. Kalau ada orang yg mau nyusul, dia akan nimpukin pake kelapa. 

Udah didatangkan berbagai macam aliran dukun dan berbagai tokoh agama. Udah didoain, udah dibaca-bacain mantra. Tapi mereka malah kena timpuk kelapa.

Akhirnya kebetulan lewat ada pastor katolik lewat. Seperti halnya dukun, kyai dan pendeta sebelumnya, ia pun naik ke pohon kelapa yg disebelahnya. Dari atas mereka berdua saling tatap. Adumental dulu kayaknya. Si orang kesurupan udahsiap nimpuk pake kelapa.

Lalu si pastor komat-kamit sambil bikin tanda salib. Si orang kesurupan nampak terkejut. Lalu keduanya turun.

Kok bisa? Soalnya ketika di atas pohon si Pastor bikin tanda salib besar-besar, dia bilang gini ke si orang kesurupan: "Elu turun atau pohonnya gue tebang."

 

__________________

".... ...."

PlainBread's picture

Miyabi

Iya pernah denger. Gue rasa sih pastornya bego. Kalo orang gila takut pohonnya ditebang, berarti dia gak gila.

Miyabi's picture

@PB: kesurupan vs. gila

Makanya pake versi kesurupan... bukan gila.

 

__________________

".... ...."

PlainBread's picture

@miyabi Oh

Oh iya, iya.

dReamZ's picture

plain, is it u?

pic na maksudnya ^^

niwei purnomo ada nyebutin 'kotak teaser' di blognya y-control, n mnurut gw lo punya teaser yang menarik.. seru ntuk narek perhatian buka blognya ^^

Rusdy's picture

Kutu in a Plane

Plain Bread, kasihanilah saya yang ber-'IQ tiarap' ini. Tadinya saya menantikan kisah seputar Filine. Tiba-tiba bersih, mungkin karena dia malu dibantuin, apa ada suami gelap tiba2 bantu (bak sinetron gituh), ato ada cerita lainnya.

Tapi, yang ada, 4 paragraf terakhir tentang pesawat kertas. Maksudnya apa gitu?

dReamZ's picture

mungkin maksud plain,

biar pembaca yang bebas hubung2in sendiri maksudnya gmana..kyaknya sih.. coz kalo ga salah yg blog plain ada burung n pohon jg dibuat simbol biar bebas mau ditafsirin apa aja ^^

kalo gw sih mikirnya kalo trakhir diblg dr pesawat kertas jadi teringat masa kecil, n dihubungin sama anak2 si Filine, walupun bokapnya pergi n sisa nyokapnya yang harus susah payah, cuma yah namanya anak2 tetep anak2 sama sperti anak2 yang lain yg jg suka maen2 sama psawat kertas.. kyaknya sih huehehe... ^^

PlainBread's picture

@Rusdi Bangsat

Sejauh pengalaman saya, rumah atau tempat yang sudah ada bangsatnya tidak mungkin bisa dibersihkan hanya dalam waktu setengah jam. Kemunculan 1 bangsat hanya menandakan bahwa ada bangsat2 yang lain dan ada telor2 bangsat yang lain dan itu harus dicari. Dan mencarinya itu butuh waktu. Kadang ada di lemari pakaian, kadang ada di balik lipatan2 kasur, atau mungkin di lipatan sofa.

Kebanyakan orang membersihkan rumah karena mau TERLIHAT bersih, tapi tidak membersihkan sampai ke akar2nya dan juga tidak menyelesaikan permasalahannya. Makanya di atas saya berargumen dengan istri bahwa membersihkan rumah itu butuh kerja keras dan karakter karena membersihkan rumah adalah rutinitas alias harus dilakukan secara reguler. Filine mengaku dia yang bersihin, dan kami berdua percaya itu. Walaupun ada yang bantuin, bukan itu pointnya. Tapi apakah rumah benar2 bersih?

 

Pesawat kertas adalah lambang impian anak2, atau lambang impian banyak orang. Bahkan pesawat kertas adalah lambang dari para pendatang (immigrants). Pesawat kertas yang dibuat oleh anak si Filine, buat saya memiliki arti yang dalam. Dan itu membuat saya sedih. Anak2 yang lahir di negara2 maju seharusnya punya kesempatan lebih besar untuk jadi orang yang berhasil. Tapi buat saya, kunci anak berhasil ada di dalam 10-15 tahun pertama di hidup mereka. Dengan melihat isi rumah Filine dan bagaimana cara dia membersihkannya, itu membuat saya semakin sedih karena saya mengingat anak2nya.

 

Hmmm. Mungkin bangsat adalah lambang juga. Mungkin benar kata Dreamz, terserah pembaca mengartikannya bagaimana.

Rusdy's picture

Bangsat Ngumpet

Oooo gitu (ngangguk2 ngerti)...

Ternyata inti ceritanya terletak di anaknya, ngatri deh. Karena si Filine mungkin terlihat bersih, tapi tidak membersihkan akar permasalahannya, yang berakibat buruk ke anaknya...

PS:

Pendatangnya galak2 yah?

'All I wanna do is (BANG BANG BANG BANG!)
And (KKKAAAA CHING!)
And take your money'

PlainBread's picture

Karakter n Persepsi

Si Filine sibuk kerja, long hours. Anak2nya dititipin hampir tiap wiken tiap dia kerja. Jd dia udah capek, gak sempet bersihin rumah on regular basis. Yup, kasian anak2nya. Gak ada support buat si ibu, gak ada support buat anak2nya.

Ps: Lagu itu justru isinya satir (halah, satir lagi satir lagi hahaha). Liriknya adalah persepsi masyarakat mayoritas terhadap pendatang, which of course, generalisasi.

ronggowarsito's picture

@PB, ancang-ancang

Lain kali ambil ancang-ancang kalo mau bikin lompatan jauh ya... :)

__________________

salam hangat,
rong2

PlainBread's picture

@Rong Pesawat Kertas bisa terbang tinggi

Pesawat Kertas bisa terbang tinggi, bahkan jika ambil ancang2 sekali pun. Tapi sayangnya pesawat kertas hanya terbuat dari kertas.

minmerry's picture

Bread, ...

Mum punya cara ngajarin bersih bersih yang cukup kejam. Kalo dia yang bersih-bersih, maka bener bener akan "bersih". Semuanya disimpan ditempat yang hanya dia yang tahu, lalu akan dibuang menurut kehendaknya.

Jika dia warning dia akan segera membersihkan kamar, maka tanpa aba-aba, weekendnya, min akan membersihkan kamar dengan rapi. Min adalah orang yang setelah mengambil, akan meletakkan barang ditempatnya, agar mudah mencari. Ga suka kertas-kertas bertebaran, ga suka ada sandal tergeletak tak simetris, ga suka baju baju digantung hingga penuh. Mum dua kali lebih ekstrim  dari Min. 

Tapi kalo dulu,  kumat malesnya, terpaksa bibi pembantu jadi korban penganiayaan Min untuk disuruh-suruh. Tar kalo dia selesai bersih2, min kasi tip tambahan. Hahaha. Memang asyik kalo uda kerja dan dapat penghasilan sendiri.

Namun, mum memberikan izin min memilih cat yang dipake di kamar Min. Menempel dreams map gede-gede, papan pengumuman gede gede yang berisi jadwal sehari hari, poster Harry Potter, dll. Dia ga complain.

Pindahan ke kamar baru, lupa bawa poster Potter.

__________________

logo min kecil