Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Bukan Konselor Yang Baik

iik j's picture

Sayangnya, sebagian besar orang (terutama Kristen) yang menelpon dan konseling memperlakukan layanan ini seperti dewa yang diharapkan langsung ‘jreeeeeeeeeeeeeenggg’… menjawab semua permasalahan dengan instant.

***

Aku melongok keluar jendela kantorku. Di luar telah gelap, lampu-lampu jalan sudah menyala, tetapi semua berkas masih berantakan, peralatan tersebar dimana-mana dan beberapa nomor telepon masih belum bisa dihubungi. Badanku sudah terasa pegal-pegal dan perutku sudah ‘bernyanyi’ dari tadi.

Kriiiiiiiiiiiiiiiiinggggggg….

“Hosanna ministry selamat sore…” jawabku singkat dengan intonasi suara yang terpaksa diperhalus

“… kamu masih di situ? Tunggu yah… aku masih beli ayam kremes di deket mall… sama kue bandung… buat makan sore kita, terus nanti sambil minum sama susu coklat panas… sedap kan?” suara patnerku terdengar di seberang sana

“Hemmmmm iya iya… cepetannnnnnnnnnnnnnn!!!” jawabku

Telepon ditutup

Tinggal kami berdua yang bertugas sore ini, sedangkan teman-teman yang lain sudah kabur sejak sore. Oya, kami bekerja di sebuah pelayanan konseling telepon. Seharusnya, tugasnya yahhh… Cuma menerima telepon orang-orang yang mau konseling. Tetapi sore ini berbeda, KKR yang dilakukan beberapa waktu lalu, meninggalkan tumpukan berkas, peralatan-peralatan, data-data yang masih tercecer dimana-mana. Jadi, meskipun itu bukan mutlak tugas kami, tetapi karena ‘semua orang’ sedang sibuk, maka kami yang kebagian membereskan semuanya.

****

"Kriiiiiiiiiiiiiiiiinggggggg….

“Hosanna ministry selamat sore…” jawabku singkat dengan intonasi suara yang kembali terpaksa diperhalus

“Mbak… bener ini layanan konseling Hosanna Ministry?” terdengar suara wanita di seberang sana

“Iya… ada yang bisa kami bantu?”

“Ehmmmmm… begini mbak… saya punya masalah dengan suami saya… bla bla bla…” jelas wanita itu dengan suara serak

Waduh! Sore-sore… masalah rumah tangga lagi… keluhku dalam hati

Klik! Aku mengarahkan mouse ke jawaban – jawaban soal masalah rumah tangga di program computer di depanku. Dreeeeeeeeeeeeeettttt… muncul ayat-ayat disana… satu persatu aku bacakan kepada wanita itu sesuai dengan masalahnya.

Pekerjaan kami sangat mudah dilakukan, karena tinggal mendengarkan keluh kesah orang sambil duduk di depan computer meng ‘klik’ jawaban yang tersedia, dan menjawabnya.

Itu yang kulakukan dulu sebelum akhirnya menyadari bahwa ‘klien’ kami tak butuh jawaban dari computer, namun kesungguhan hati kami dan juga kebenaran Firman Tuhan yang menghidupkan.

Sayangnya, sebagian besar orang (terutama Kristen) yang menelpon dan konseling memperlakukan layanan ini seperti dewa yang diharapkan langsung ‘jreeeeeeeeeeeeeenggg’… menjawab semua permasalahan dengan instant. Jika aku menjawabnya dengan usaha mengarahkan mereka untuk ‘kembali kepada Tuhan’ biasanya mereka ‘ngeles’ dengan seribu cara. He he … orang yang menyebut diri Kristen memang kadang-kadang lebih ‘sombong’ dari kebanyakan orang ‘di luar’ sana.

Jadi, aku kadang melayani sesuai dengan kondisi ‘klien’. Kalau memang bisa diarahkan ke Tuhan dan dibimbing… ya dibimbinglah.., tapi kalau tidak ya… asal jawab saja ‘iya… mari saya doakan’. Bereslah sudah! Mereka senang, akupun lega… Peduli amat dengan hasilnya!!

Konseling sore itu, diakhiri dengan ‘berdoa’ bersama seperti biasa.

Selesai… aman dan sukses… pikirku. Partnerku, masih belum datang juga membawa makanan.

****

Beberapa saat kemudian ketika parnterku datang dengan makanan dan kue di tangan kanan kirinya, aku menyambutnya dengan muka berseri-seri.

“Belinya di perempatan Mesir yah?” tanyaku

“Sudahlah… tidak usah marah-marah, ayo cepet makan. Kamu pikir cuma kamu yang lapar?” jawabnya

Tiba-tiba, Kriiiiiiiiiiiiiiiiinggggggg….

“Walahhhhhhhhhhhhhhhhh!!!” teriakku

“Hosanna ministry selamat sore…” jawabku singkat dengan intonasi suara yang kali ini amat sangat dipaksakan untuk halus… ha ha ha…

Suara wanita kembali terdengar di seberang sana, “Mbak… saya mau minta didoakan..”

“Oya, untuk masalah apa?” jawabku singkat. Tidak seharusnya aku menjawab seperti itu kalau menurut pembelajaran yang telah kuterima selama ini.

“Nilai saya jelek…”

“Kenapa jelek?” tanyaku lagi

“Nggak tahu mbak,…”

“Adik kurang belajar ya? Atau malah tidak belajar? Kalau mau nilai bagus itu belajar dekkk… bukan didoa’in..” jawabku lagi, kali ini sudah bercampur emosi. Seharusnya (kata buku) tidak boleh seperti itu.

“Itu dia mbak… saya tidak yakin Tuhan Yesus mau menjawab doa saya seperti ini… karena…. Bla bla bla,…” dan pembicaraan berlanjut

Akhirnya…

“Kita bertemu besok ya”

“Oke mbak!” jawab suara wanita itu lagi

****

Esoknya, kami berbicara lagi. Kali ini panjang, lebar, tinggi, he he he… dan anak perempuan itu akhirnya menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya.

Hidupnya sekarang bukan bergantung kepada pendoa, bukan pula mendatangi konseling-konseling, dia telah menemukan jawaban yang terbaik dari satu pribadi kekal yang tak dipengaruhi keadaan, Kristus Yesus! (03-04)

(Aden, Ibu Mona, tetap semangat dalam Tuhan yah!!)

*****************

Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil. Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, Supaya aku mendapat bagian dalamnya.

1 Korintus 9:16, 23

Sesuatu Tentang “Kamu”

1. Mereka Memanggilku “Kamu”

2. Just Say “Hi”

3. Bukan Konselor Yang Baik

Thanks untuk semua sumber inspirasi. Teruslah bersemangat beritakan Injil Kristus sampai ke ujung bumi
 

dennis santoso a.k.a nis's picture

minta saran

gue ada kasus berikut:

---o0o---

"niiiisssss... lo sibuk gak?" *suara tangis terisak2 di hp gue*

"nape lagi lo? kumat?"

"gue streeeeesssssss...."

"terus?"

"gue ga tahan lagi hidup gini teruuuusssss...."

"ga ada yang nyuruh lo disitu, lo bisa cabut kapan aja, tapi lo nya ga mau kan?"

"iya, gue tau semua kata lo bener, otak gue masih jalan, tapi gue ga bisa cabut dari sini nis... huaaaaaa" *tangisan nya bisa buat casting sinetron indo*

"hmm... suit yourself kalo gitu"

"kemaren gue disuruh ngobrol ama Tante N" *tante satu ini adalah rohaniawan di bandung*

"hmm, terus?"  

"katanya gue harus bertobat..."

"so? mau bertobat?"

"mau nis... dari dulu juga mau, tapi gue ga bisa"

"lagu lama, jadi lo ngapain telpon gue?"

"sorry, lo sibuk yah?"

"iya, ini lagi boker"

---o0o---

menurut iik, apa yang bisa kita lakukan buat orang yang tau segalanya and yet ga mau mulai melangkah? saran nya sangat ditunggu yah... thx.

iik j's picture

Dennis minta saran?



Saran?

Dennis. Wahhhh... saran yah? Padahal aku “Bukan Konselor Yang Baik”, kok masih minta saran dariku? He he he...

ha ha ha.. ada beberapa hal dalam hidup yang aku juga sering begitu loh dennis... ha ha ha ha.. ngeyel ga bisa, padahal kalo dah dicoba bisa.. he he he...

Btw, orang yang seperti Dennis ceritain itu sih sebenarnya bisa dikatakan ‘sombong’, karena dia bersembunyi di balik kata ‘tidak bisa’ untuk keluar dari masalahnya. Bukannya ‘ga bisa’ tapi tepatnya ‘tidak mau’ dan secara tidak langsung juga menganggap Tuhan ga bisa bantu dia untuk keluar dari masalahnya (emangnya dia lebih hebat?)

 

Ada banyak orang seperti ini yang aku temui. Biasanya, untuk orang yang udah tahu banyak kayak begini (apalagi Kristen), yahhh diingetin aja sama FT kalau semua orang dari jaman Yesus sampe sekarang itu perlu langkah pertama untuk berubah. Dari orang buta, lumpuh, kusta, pendarahan, semua itulah... selalu saja melakukan ‘langkah pertama’ minimal ‘berteriak’ sama Tuhan, or datang ke DIA (banyak cara untuk lakukan ini) kalo ga mau, sampai jenggotan pun ga akan ada sesuatu yang terjadi. Tapi jika diberi ‘masukan’ seperti ini, mereka biasanya akan ‘ngeles’ dengan seribu alasan supaya tidak melakukan langkah pertama itu. Bahkan beberapa orang yang lebih pintar berargumen mungkin akan memberikan beberapa contoh di Alkitab tentang orang-orang yang yang mendapatkan anugerah tanpa melakukan langkah pertama itu (tentu dengan penafsiran ngawurnya). Atau lebih radikalnya ada dari mereka langsung minta didoain ‘pelepasan’ karena berasumsi itu pekerjaan roh jahat dsb, padahal sebenarnya ga ada hubungannya sama urusan ‘pelepasan roh jahat’ (He he he... jujur aja butuh kecerdikan yang cenderung licik untuk menjawab)

 

Mentok-mentoknya aku akan bagikan ayat ini Nis, Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:33). Segala miliknya itu bisa berupa aja termasuk masalah dll yang ‘dia sayangi’ itu, dan yang melepaskan itu bukan Tuhan, tapi yang bersangkutan. Kalau nggak mau lepasin ya udah... berarti anda ga bisa jadi murid Yesus, he he he... (biasanya aku jawab gitu, enteng ajalah..).

 

Oya, Orang-orang jenis ini biasanya mempunyai kebiasaan buruk. Jika tidak puas dengan satu jawaban maka dia akan mencari jawaban di tempat lain sebagai perbandingan yang bisa membuat ‘hatinya/pikirannya’ nyaman, dan memiliki jalan keluar seperti yang dia mau (bukan yang seperti FT mau). Dia akan berputar terus... dari satu tempat ke tempat lain. Hingga suatu saat dia menemukan hamba Tuhan/konselor yang sesuai ‘maunya’ dia. He he he... kalau dah sampai sini dah nyangkut kompromi Firman yang dilakukan para hamba Tuhan nih (ga mau nyinggung-nyinggung ahhhh).

 

Kalau Dennis udah mentok atau bete banget dikejar sama orang beginian yah sebaiknya bicara langsung aja ‘toh bukan kita juga juru selamat atau Tuhannya’ (sikap ini oleh teman2 konselor disebut sebagai ‘si raja tega’ ha ha ha.. menurutku bullshit banget kalau sok perhatian cuma biar kita dipandang klien sebagai konselor yang kelihatan baik dan penuh kasih Tuhan). Kalau mereka tetap ‘kekeh’... ya udah... bilang aja ‘silahkan nikmati masalahmu itu’ atau dengan kata lain ‘ya itu derita lo! Ha ha ha ha...

Gimana Nis? Nggak baik kan saranku...? Kamu sih... nanya beginian ke aku! :p

 

dennis santoso a.k.a nis's picture

minta saran (lagi)

wah menurut gue sih, asal berhasil, maka konselor itu yah baik... jadi walau judulnya bukan konselor yang baik, yang penting ending nya baik 'ik :-)

temen gue ini bukan tukang ngeles.... minimal dia nggak hobi berdebat. dalam hal FT, dia sadar 200% bahwa dia berdosa dan ga layak, dia kayaknya bahkan siap untuk dianggap bukan murid Yesus. 

dia ga ngeles. dia bahkan ga membantah. dia tahu dirinya berdosa. dia tahu kelakuan nya ga benar. dia tahu harga yang harus dia bayar. tapi dia ga punya "sesuatu" yang cukup signifikan untuk menjadi pendorong agar dia lepas dari masalahnya.

beda 'ik, sama orang model yang ga bisa nerima kalah debat. dia bisa dibilang ga peduli soal kalah menang. 

makanya gue pusing, karena gue ga bisa ga care ama tipe yang begini. kalo cuma sama yang peduli kalah dan menang barulah gue bisa untuk ga care. 

pernah ketemu yang beginian gak 'ik?

iik j's picture

Dampingi dia nis

Nis. Sori kalo salah kira.
Pernah kok ktm org kyk gt. Kl dah gini. Biasanya aku 'memberi diri' jd pendukungnya. Tulus. Sprt teman org lumpuh yg membw dia menemui yesus. Spy akhirnya dia bs 'pulang'. Mau nis?

smile's picture

iik : saya juga minta advise

bagaimana jika anda terus menerus diganggu oleh orang yang daripertama anda tidak suka?

Yang selalu menjadi penyusup, yang selalu banyak omong,..yang tidak pernah diminta saran malah terus memberi saran,.yang tidak pernah diharapkan kehadirannya tapi terus muncul?

apakah dunia ini selebar daun kelor ibu konselor???

please, saya butuh nasehat anda,...yang ini saya minta,..bukan saya tidak minta malah dikasih,....thank u bu iik

__________________

"I love You Christ, even though sometimes I do not like Christians who do not like You include me, but because you love me, so I also love them"

iik j's picture

smile. saran dan contoh yang tidak boleh ditiru



Waduh smile ikut-ikut deh... Contoh jawabanku buat dennis diatas sebenarnya dah memperjelas kalo aku nih konselor yang ngawur & bukan orang yang tepat untuk ditanya hal beginian smile... he he he

 

Tapi yah... kujawab juga lah.. gpp. Sebenarnya punya temen kayak ‘temennya smile’ itu bagus to ya... jarang loh bisa dapat temen yang selalu rajin kasih saran gitu (nyari aja susah..). Itu tandanya dia sayang n perhatian banget sama smile... sampai2 semua tingkah laku smile dikasih masukan, hi hi hi hi... cinta mati kali sama smile... ha ha ha.. (eh lupa nanya... itu cwo atau cwe? Kalo cwo...wah... hati – hati loh.. hi hi..)

 

Lah, sekarang ya terserah smile’nya aja, mau diterima or ga saran dia itu... suka – suka smile kan? Kalo nggak ‘sreg’ ya ditolak aja, kalo setuju ya diterima. He he he.. itu aja sarannya.

 

Lepas dari saran. Btw, aku punya cerita sama, tapi TIDAK UNTUK DITIRU sama smile... ha ha ha. Bertahun-tahun aku berpindah-pindah bidang pekerjaan dan ganti-ganti partner, hampir dan selalu 98% diantaranya cowok (heran... jarang nih dipasangkan sama cewek... hi hi hi).

 

Nah dari sekian banyak cowok yang pernah jadi partnerku ada 1 dari mereka yang super cerewet, super ‘rese, super komentar, dah pokoknya lebih cerewet daripada perempuan! Hihhh!! Selalu saja ada komentarnya dari sepatu, rambut cepakku (dulu), baju, dandanan, wes pokoknya ada aja. Biasanya kalo dia komentar2, sok kasih-kasih saran gitu aku sih diam, nanggepin seperlunya aja atau cuma meringis, hingga suatu saat aku dah ‘mentok’ waktu dia mulai ngomonnnnggggg terus ga berhenti-berhenti. Tanpa pikir panjang, ku tarik krah bajunya dan kujotos tepat di mukanya. Dhhhhheeeeeeesssss.. biar diem gitu loh! Wesss mantep dah!!! Ha ha ha ha.. Kekerasan dalam kantor pokoknya (habis itu Iik jadi tambah terkenal he he he...)! Ha ha ha malu kalo ingat, cewek kok berantem kayak gitu... ha ha ha..

 

Beberapa waktu setelah itu sih kita diem-diem’an, hingga sesuatu ‘kecelakaan kerja fisik’ terjadi dan ‘kebetulan’ aku yang menolongnya. He he he, dari situ kita baikan, dan dia stop cerewet’in aku. Sekarang dia dah keluar kerja dan ga tahu lagi dimana, hilang gitu aja. Yah begitulah sekelumit ceritanya.

 

Sekarang, kalo inget2 semua tingkah laku partner/teman yang pernah kumiliki (apalagi sekarang belum punya partner lagi), aku jadi suka ketawa sendiri. Yahhhhhh... ga semuanya baik, ga semua karakter mereka aku sukai, tapi ‘tanpa sengaja’ mereka memberi warna tersendiri di kehidupanku, dan ikut membentuk ‘sesuatu’ dalam hidupku, supaya lebih sabar, lebih lembut, lebih kuat, lebih ceria, atau bahkan lebih menikmati hidup ini. Persis seperti tanaman di halaman rumahku yang beraneka macam, tidak semuanya memberikan bunga dengan warna indah, harum, ataupun cantik, tetapi semuanya memperkaya dan memberikan keindahan tersendiri waktu aku menatapnya. Demikian juga teman-teman yang smile jumpai dan miliki.

 

Sekian ya smile...

Salam,