Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Un-follow Jesus

PlainBread's picture

 

Sewaktu salah seorang teman saya memasang gambar ini di grup BlackBerry yang saya ikuti, saya tersenyum. Lalu berpikir. Lalu merenung. Dan gambar ini tidak pernah bisa hilang dari ingatan saya sampai hari ini.

 

Pertarungan hebat di dalam diri saya, mengenai eksistensi iman yang saya pegang selama bertahun-tahun, seperti menghasilkan sebuah pohon kelapa yang tertanam di pinggir pantai. Pohon kelapa yang menjulang tinggi, yang banyak buahnya sudah terbawa dan terdampar di pantai-pantai lain, oleh ombak dan angin. Namun pada saat yang sama pohon ini sebegitu tinggi dan rampingnya, bisa roboh juga di suatu hari. Kira-kira seperti itu gambarannya.

 

Datang dari keluarga yang juga kristen, tentu saya mendapatkan banyak kelebihan dalam soal agama. Beberapa saudara sangat aktif dalam menjalankan pelayanan mereka. Ada yang muncul di televisi, ada yang mengambil sekolah teologia di luar negeri, ada yang menulis buku, bahkan ada yang namanya terkenal di website ini karena pengajarannya penuh lobang dan borok. Tapi itu tidak begitu penting buat saya. Pertanyaan saya, pernahkah mereka mengalami apa yang saya alami? 

 

Kata orang iman itu tidak buta. Tapi bagaimana iman itu tidak buta kalau dia tidak melihat? Sehingga orang bisa secara tidak sadar menyamakan iman dengan asumsi, ilusi, bahkan wishful thinking.

 

Kemarin saya melihat seorang pengemis. Setiap kali melihat pengemis atau orang-orang di dunia ini yang menderita, saya selalu teringat pengajaran Yesus. Berbuat baiklah ke mereka, karena dengan begitu kamu berbuat baik juga ke aku. Kira-kira begitulah yang diucapkan. Tapi bukankah pengajaran moral juga seperti itu, di mana moral memang terbukti tidak selalu terkait dengan pengajaran agama? Orang yang tidak mengenal Tuhan atau yang tidak beragama pun melakukan hal yang sama, bahkan lebih.

 

Minggu lalu saya bertemu dengan seorang kristen lainnya. Kira-kira beberapa tahun yang lalu, dia selalu memberikan persepuluhan, persembahan, kepada beberapa organisasi pelayanan. Bahkan sampai hartanya ludes. Dia bilang dia mau seperti Ayub. Saya berpikir, Ayub itu tidak memilih untuk mengalami semuanya. Kok malah ada orang malah memilih ingin menderita? Ketika bertemu kemarin, dia bilang dia sedang mengalami konflik dengan teman-teman sepelayanannya. Perseteruan antara beberapa pihak menyebabkan dia merasa sakit hati. Tapi dia menolak disebut sakit hati. Dia bilang bahwa hal tersebut harus dia lalui. Persembahan yang dia berikan buat Tuhan, adalah hati yang hancur. Begitu katanya. Saya tahu, dia mengutip dari alkitab.

Lalu ada juga beberapa waktu yang lalu ramai-ramai membicarakan seorang pendeta di negara bagian Florida yang membuah heboh seluruh dunia karena ingin membakar Al-Quran. Salah satu alasannya dia kutip dari kisah di Kitab Para Rasul, di mana orang-orang membakar kitab-kitab di depan banyak orang. Untuk saya logika pendeta tersebut benar-benar keblinger. Bedanya tentu jelas, antara orang-orang yang sukarela membakar kitab-kitab yang dulu mereka imani, dengan seorang pendeta yang membakar kitab suci milik orang lain. Logika-logika seperti ini yang sering saya temukan di agama, termasuk di kekristenan, yang membuat saya geleng-geleng kepala. Bahkan membuat banyak orang kristen mencoba memeriksa kembali kekristenan yang mereka jalani selama ini.

 

Ada juga teman saya yang lain. Dia baru saja ditinggal oleh pacarnya. Sambil menangis dia menceritakan ke saya kalau dia sudah memberikan segalanya untuk pacarnya tersebut. Sampai sekolahnya berantakan, uang habis, untuk membuktikan bahwa cinta kasihnya tulus. Pacarnya, atau lebih tepatnya, mantan pacarnya, secara tidak langsung, sudah seperti tuhan di hidup teman saya ini.  Bukankah itu yang banyak dari kita sering lakukan? Mempersembahkan banyak hal kepada Tuhan, atau setidaknya kita mengklaim bahwa itu semua untuk Tuhan? Pengalaman teman saya tersebut membuat saya teringat dengan penyakit kejiwaan di mana seseorang sangat menikmati rasa sakit yang dialaminya. Addicted to pain. Bukankah itu yang dialami oleh para emo, para melancholic junkie, dan para penggemar telenovela dan sinetron yang sering melamun dan berkhayal yang sedih-sedih. Bahkan teman saya yang lain yang saya kenal di internet, sering curhat ke saya mengenai keterikatannya dengan lamunan-lamunan di mana dia disakiti oleh orang yang dia kenal, bahkan sampai ke taraf di mana dia melamun bahwa dia diperkosa atau dicaci maki oleh orang-orang. Lamunan-lamunan yang memberikan perasaan sedih, sakit hati, kelam, tapi anehnya membuat banyak orang menikmatinya.

Kalau itu kisah teman saya dengan mantannya, lain lagi dengan kisah mantan saya. Baru-baru ini dia memberitahukan kalau dia sedang aktif di salah satu gereja karismatik di Jakarta. Dia menyebutkan nama gerejanya. Saya katakan bahwa saya tahu gereja itu, karena beberapa teman saya juga aktif di sana (seperti biasa, mencari common ground dalam pembicaraan supaya obrolannya bisa dua arah). Tapi yang agak merisaukan saya, ketika mantan saya ini mulai menceritakan soal kotbah salah seorang pendeta yang mengajarkan perihal "Give until it hurts." Saya pikir, secara general pengajaran tersebut tentulah baik. Yang namanya pengorbanan, kata orang, adalah harus sampai terasa sakit dulu. Kalau tidak sakit, bukan berkorban namanya. Bukankah itu yang dilewati oleh Abraham, Daud, Yesus, dan para rasul? Betul, kalau dilihatnya seperti itu. Tapi, lanjut kata saya kepadanya, para tokoh alkitab itu tidak mengalami penderita setiap hari Minggu karena harus atau wajib memberikan persembahan dan perpuluhan yang jumlahnya jika ditotal setiap bulan bisa sampai hampir seluruh gaji seorang pegawai selama sebulan. Yang kamu berikan, kata saya kepadanya, seharusnya untuk Tuhan atau untuk orang-orang menderita, bukan untuk para pelayan Tuhan yang hidupnya sudah berkecukupan. Saya pikir dia cukup mengenal saya, ternyata tidak. Karena telepon langsung ditutup. Seperti biasa, mungkin dia mengira saya sudah tersesat arah atau tidak mengerti makna rohani di dalamnya. Mungkin. Toh saya lebih menyukai untuk jjadi orang tersesat tapi sadar diri kalau memang tersesat, daripada merasa jadi orang benar tapi ternyata di hari terakhir Tuhan tidak membenarkan.

 

Dengan fenomena seperti itu, saya pernah memberikan kotbah di retreat kaum muda, bahwa tidak mengherankan kalau banyak pemuda-pemudi kristen yang akhirnya menjadi cengeng. Terkena masalah dikit, langsung berasa seperti menjadi Ayub. Lucunya, walaupun fenomena cukup banyak saya temukan di sini, tapi jauh lebih banyak saya temukan hal yang sama terjadi di Indonesia. Ataukah bangsa dan generasi kita dilahirkan dan dibesarkan dengan cara yang melankolis? Atau mungkin jiwa pemimpin bangsa menular kepada rakyatnya? Saya tidak mengatakan bahwa presiden SBY yang sepertinya berjiwa melankolis membuat bangsa menjadi cengeng. Dan tentu bukan berarti pendidikan dan pengajaran a la spartan itu merupakan syarat untuk menjadi seorang kristen sejati. Hanya mungkin perlu keseimbangan. Tapi di mana garis batas keseimbangan itu, saya tidak tahu.

 

Bagaimana hubungannya dengan mengikut Yesus? Tadi sebenarnya saya mau bercerita banyak mengenai background hidup saya, di mana nilai-nilai konservatif dan liberal, nilai-nilai agama dan sekuler, hal-hal ketuhanan dan ilmu pengetahuan, terus berkutat di dalam hati dan pikiran saya. Satu sisi saya bersyukur bisa menjejakkan kaki pada hal-hal yang tampaknya saling kontradiksi supaya saya bisa memahami atau memaklumi poin-poin yang tampaknya berlawanan. Tapi di sisi lain membuat saya mulai cemas, apakah benar saya mengikut Yesus? Ataukah saya menciptakan imajinasi Yesus yang dimirip-miripkan dengan alkitab, dan saya secara tidak sadar mengikuti imajinasi Yesus yang saya ciptakan tersebut? Ataukah logika-logika yang tertulis di dalam alkitab atau diajarkan di gereja-gereja, buat saya itu tidak logis sama sekali?

 

Di kota tempat saya tinggal, saya pernah ditanya apakah saya percaya Yesus dan mengikuti Yesus, saya cuma bilang: Can you please define believe and follow? Entah apa karena kata percaya dan mengikut itu overrated, ataukah kedua kata tersebut sebenarnya bermakna luas dan dalam sehingga saya tidak tahu lagi apa makna sebenarnya. Mungkin anda akan bilang, mengaku Yesus saja di depan orang, supaya Yesus mengakui anda di depan Bapa. Saya pikir, saya bukan tipe orang yang mudah ditakut-takuti seperti itu. Kalau saya bilang saya kenal seseorang, tentu saya akan bilang bahwa saya kenal orang itu karena saya memang benar-benar kenal. Bukan karena saya sok kenal atau saya takut kalau jawaban saya akan membuat sesuatu yang buruk bisa terjadi ke hidup saya.

Lagipula di kota ini mayoritas penduduknya adalah kristen. Mengakui Yesus di dalam komunitas kristen adalah hal yang mudah, bahkan terlalu mudah. Tidak ada tantangan keberanian di situ, bahkan orang bisa jadi sombong karena sudah bisa mengaku Yesus di depan orang banyak (padahal orang banyak itu adalah komunitas kristen). Seperti kata Yesus juga, apa gunanya berbuat baik ke orang yang berbuat baik ke kamu. Orang dunia juga melakukannya. Demikian juga kalau mengakui Yesus di depan orang-orang kristen. Tidak ada bedanya dengan seorang muslim yang bisa bersemangat mengucapkan kalimat syahadat di depan saudara-saudari muslim lainnya.

 

Sampai sekarang sesungguhnya saya tidak tahu apa arti kata mengikut Yesus. Kalau dibilang mengikut Yesus adalah mengasihi sesama, sepertinya pengikut Yesus akan sangat banyak jumlahnya, mungkin  bisa menjadi ratusan juta orang. Mengasihi adalah perbuatan yang menyenangkan. Bahkan untuk mulut dan bibir bisa tersenyum saja membutuhkan jaringan otot yang jumlahnya lebih sedikit daripada untuk cemberut. Saya rasa itu paralel juga dengan mengasihi. Makanya ada pepatah bilang kalau terus membenci tidak sempat mengasihi. Kalau terus-terusan chatting, ngeblog atau login di Facebook tentu tidak akan sempat mandi apalagi pergi bekerja (dan sayup-sayup saya sudah mendengar ada beberapa orang akan bilang "sempat, kok!").

Anyway, jadi bagaimana, apakah bisa dikatakan bahwa mengikut Yesus artinya mengasihi orang yang membenci kita? Saya pikir bisa saja, sampai dalam poin tertentu. Tapi bagaimana dengan pembahasan yang saya tulis di atas, bahwa orang-orang bisa dengan mudah tergelincir untuk menikmati hal-hal tersebut. Menikmati rasa sakit, rasa sedih, rasa kelam, rasa dangdut melankolis tidak jelas a la Oma Irama yang membuat hati semakin merasa syur yang aneh dan tidak karuan karena diperlakukan tidak enak oleh orang lain atau dibenci oleh orang lain.

Belum lagi kalau orangnya suka duduk di pojokan kamar tidur di malam hari, dan mendengarkan lagu-lagu melankolis sampai akhirnya tertidur karena lelah menangis sampai air mata membanjir di atas bantal. Kalau memang begitu, asumsi saya pengikut Yesus pastinya bakal banyak sekali. Karena saya menemukan banyak orang melankolis di sekitar saya. Termasuk saya sendiri. Menikmati perasaan yang perih namun menyenangkan.

 

Jadi apakah mengikut Yesus itu? Apakah seperti di Twitter di mana saya harus klik follow untuk mengikut Yesus? Tapi tentu pemilik akun Twitter Jesus Christ bukan Yesus Kristus yang asli. Mengklik follow bukan berarti otomatis saya pengikut Yesus. Walaupun pertanyaan tersebut bukan pertanyaan retoris, tapi saya tidak membutuhkan anda untuk menjawabnya. Bukan apa-apa, saya tidak mau anda kecewa setelah anda memberikan saya puluhan ayat alkitab dan doktrin-doktrin gereja dan saya akan bilang ke anda bahwa anda tidak memberikan jawaban atas pertanyaan saya.

Daripada anda merasa sok tahu bahwa anda memiliki jawabannya -seperti kata teman saya yang kristen juga, bahwa tipikal orang kristen adalah merasa memiliki jawaban atas banyak hal-, mungkin lebih baik anda dan saya sama-sama mencari tahu jawabannya. Kalau pun sampai akhir hayat kita, ternyata anda dan saya tidak menemukan jawabannya, mungkin di kehidupan yang akan datang mudah-mudahan kita mendapatkan jawabannya. Tidak apa-apa, bukan? Bahkan sampai menjelang akhir hayatnya, diberitakan bahwa rasul Paulus menuliskan bahwa yang dia inginkan adalah mengenal siapakah Yesus Kristus itu. Suatu hal yang luar biasa menurut saya. Selama bertahun-tahun dia mengikuti Yesus, mengabarkan injil, dan memuridkan banyak orang, namun dia masih memiliki keinginan untuk mengenal Yesus. Yesus yang Kristus itu.

Ari_Thok's picture

Suka Gambarnya

Baru lihat gambarnya langsung suka walau belum baca isi blognya :)

__________________

*yuk komen jangan cuma ngeblog*


*yuk ngeblog jangan cuma komen*

teograce's picture

love it

dari semua blog pb, teo paling suka ini.. bagus banget! kalo bisa di-like 10 kali, like 10 kali dah.. *lebay*..hahaha.. 

kalimat favorit saya : "Bukan apa-apa, saya tidak mau anda kecewa setelah anda memberikan saya puluhan ayat alkitab dan doktrin-doktrin gereja dan saya akan bilang ke anda bahwa anda tidak memberikan jawaban atas pertanyaan saya."

kadang kalo curhat ma orang kristen laen, otomatis dikasih ayat.. padahal intinya bukan itu.. bukan ayat yang dibutuhin.. meskipun dulu kadang saya juga suka reflek gitu sih kalo ke orang.. wakakakkaka.. :p sekarang tapi udah berusaha ga gitu lagi sih..

__________________

-Faith is trusting God, though you see impossibility-

PlainBread's picture

Jawaban dot com

Makanya ada website jawaban dot com :)

Kemaren denger tetangga sebelah bikin website pertanyaan dot com. Check that out deh :)

LieL's picture

Ketika saya bertanya

Suka bread, bagus. :)

Beberapa waktu lalu karena lagi 'kumat', saya pernah bertanya pada beberapa orang mengenai keimanan mereka.

Saya bertanya kepada teman saya "Kenapa elu mengikut Kristus?" atau "Kenapa elu percaya Yesus itu Tuhan?" . Dia menjawab, "Karena Dia yang terlebih dahulu memilih gua!" Oh well, kalo yang model begini saya memilih untuk tidak melanjutkan pertanyaan.

Saya bertanya kepada teman saya yang lain pertanyaan yang sama, "Kenapa elu mengikut Kristus?" atau "Kenapa elu percaya Yesus itu Tuhan?" Teman saya kemudian menjawab "Ya, karena banyak bukti yang menunjuk itu." Karena tidak puas kemudian saya bertanya mengenai bukti, sekaligus memberikan kemungkinan2 lain yang menyebabkan bukti itu bukan benar2 bukti. Kemudian dia menjawab sembarin bercanda, "Karena Yesus mendatangi gua dan berkata kalau Dia itu Tuhan hahaha." Lalu saya bertanya lagi, "Darimana elu tau itu Yesus?" Dan dia berputar-putar seraya berkotbah mengenai kekristenan dan lain lain.

Pada kesempatan lain saya bertanya kepada teman yang lain. Dia menjawab, "Soalnya paling enak ikut Yesus, kalo mati masuk surga, kalo ga ada duit dicukupin. Nggak ada aturan macem-macem, cuma modal percaya aja." Mendengar jawaban ini tiba-tiba saya teringat perkataan 'humor' Yesus, "Kalau engkau tidak lebih baik dari orang Farisi & ahli Taurat maka engkau tidak layak untuk Kerajaan Sorga." (kira-kira begitu bunyinya). Saya katakan itu kepadanya, serta perkataan Yesus yang lain yang seringkali menghantui saya, dimana bunyinya selalu disertai kalimat "tidak layak" atau "tidak berkenan dihadapanKu", dan sejenisnya. Teman saya itu kemudian terdiam dan berfikir, kemudian menjawab "Aduh, gua sih ga mau repot-repot deh, yang penting percaya aja hahaha."

Saya pernah bertanya pada salah satu user SS juga, dia menjawab "Soalnya Dia itu sosok Tuhan yang paling gua suka dibanding tuhan-tuhan yang lain." lalu saya melanjutkan pertanyaan, "Bagaimana kalo pilihan lo salah & ternyata Dia bukan Tuhan?" Dengan santai dijawab, "Ya, itu berarti gua sue aje."

Seseorang yang saya tanyakan juga ada yang kemudian berkata kepada saya, "Kenapa elu harus cari tau sesuatu buat keimanan elu dengan bertanya pada orang lain, kenapa nggak elu tanya sendiri sama Yesusnya?", saya menjawab, "Udah sering, tapi nggak dijawab."

Adapula yang berkata, "Hal seperti itu harus elu cari tau & temukan sendiri jawabannya."

Ya begitulah, semoga pohon kelapa ini tidak tumbang :)

dennis santoso a.k.a nis's picture

mungkin harus tumbang

apa mungkin pohon kelapa nya emang harus tumbang dulu biar bisa kenal Yesus? :-)

LieL's picture

@Pinky Pig

kenapa harus kenal Yesus, kalo tumbang terus bangun lagi di 'tempat' lain ga boleh? hahaha

dennis santoso a.k.a nis's picture

paradigma

boleh2 aja :-)

gue bilang "kenal Yesus" karena sebelum tumbang, paradigma Tuhan di blog ini adalah Yesus. tapi nanti kalo ternyata setelah tumbang, ternyata ada tuhan baru yang menggantikan posisi Yesus di paradigma Tuhan tadi... yah sah2 aja kan?

intinya... sebelum tumbang mungkin kita ga akan pernah tau apa2 yang mungkin terjadi bila "si pohon" tumbang.

LieL's picture

@Pinky Pig

hehehe betul betul betul *upin ipin* :)

bertzzie's picture

Kenapa lu ikut Yesus?

"Kenapa lu ikut Yesus?

"Kumisnya Tuhan-ku, Jenggotnya Tuhan-ku, lengket-lengket bikin lengket selalu"

:D

PlainBread's picture

@Dennis, @Liel Thanks

Thanks buat komen dan diskusinya.

Kemaren ada yang pm, bilang "Ilustrasi pohon kelapa itu kan subliminal message kan, makanya elu sengaja pilih gambar yang ada pohon kelapanya." Halah, pake disangkutin ke subliminal segala haha.

Lanjutin donk diskusinya, seru nih bacanya.

dennis santoso a.k.a nis's picture

ga penting yang penting

kontradiktif... tag blog ini adalah "blog ga penting" padahal isinya menurut gue sangat penting karena menampilkan hasil observasi yang sangat jujur tentang kondisi kekristenan saat ini.

entah sejak kapan, kita, kaum kristen di indo khususnya, seolah menjadi pengidap BDSM, dimana ada beberapa bagian dari jemaat yang hobby "menyiksa" sementara bagian lainnya hobby "disiksa".

untuk bagian yang enjoy menjadi submissive, tiap hari seolah berdoa agar bisa mengalami apa yang dialami ayub dan para martir. kesannya, makin tersiksa makin rohani. sementara untuk bagian yang enjoy menjadi dominatrix, tiap hari seolah berpikir untuk menemukan ajaran baru yang bisa makin "menyiksa" atau "memuaskan hasrat terpendam" dari bagian yang submissive tadi.

call me mesum, tapi di mata gue, mayoritas kekristenan indo saat ini ga beda jauh dengan BDSM-club, hahahaha.

bertzzie's picture

I am Addicted to Pain

Gw kecanduan hal-hal seperti itu. Wrist cutting, mukul-mukul tangan / kaki ke tembok, disakiti secara emosional, dst. Belon pernah ke psikiater, tapi sejauh yang gw tau (dan alami), kebanyakan dari orang-orang seperti kami adalah orang yang dibesarkan dengan kondisi-kondisi lingkungan yang:

1. "Membela yang lemah". Anak paling kecil / paling lemah / sakit / hal-hal-yang-menunjukkan-kekurangan akan dibela, selalu benar. Hal ini bisa jadi bikin orang-orang berpikir soal "saya menderita, maka saya akan dibenarkan karena saya telah mampu menghadapi dan melewati penderitaan itu"

2. Seperti yang ko bilang, diajarkan bahwa matir, setia, bersikap-seperti-Ayub itu baik dan benar, tanpa pernah dikatakan bahwa Ayub sendiri tidak pernah meminta penderitaan itu datang daripadanya. Dan jika ingatan saya benar, Ayub sendiri juga hampir putus asa waktu itu (dan dibangkitkan oleh teman-temannya). Kontradiksi dengan ajaran bahwa kita tidak boleh bersungut-sungut betapa sialnya pun kita. 

Hal-hal di atas terus menerus diulang-ulang, sampai-sampai orang-orang seperti kami, sadar gak sadar, menganggap diri kami hebat waktu menerima penderitaan. Awalnya secara emosional. Kalau orang jahat ke gw, marah-marah, dst, dan gw bisa diam dan mengalah, gw baik. Lama-lama (karena walopun diam dan mengalah dalamnya tetap sakit hati) jadinya sakit hatinya tak tertahankan dan tak terpendam lagi, mau marah takut gak jadi anak baik. Maka mulailah. "Bunuh diri aja deh".

Nyoba bunuh diri, tapi di detik-detik terakhir takut. Gak jadi bunuh diri, tapi sudah sempat merasakan bahwa tangan yang disayat itu rasanya ENAK banget. Gw gak bohong. Benar-benar enak. Thus, mulai kecanduan penyiksaan fisik. 

Just my 2 cents. hahahaha

LieL's picture

@bertz: masih?

Hahaha masih toh, waktu itu gua sempet nyari "disorder" soal addicted to pain after elu cerita (uda lama), tapi sekarang gua lupa apaan ya yg gue baca hahaha.

Maybe PlainBread lebih tau namanya :p

bertzzie's picture

Masih

Iya, masih sis. Walopun sekarang sudah jauh lebih lumayan. Progressnya nampak. Kalau sudah lebih mapan nanti gw pasti pigi ke psikiater untuk menuntaskannya :D

Namanya borderline personality disorder sis. Penjelasannya tunggu ahlinya aja kali ya :D

HASLAN's picture

Gambar...

Mantap Gambarnya...!!!

__________________

Masih belajar............

Bila salah tolong diperbaiki.......

Bila melenceng tolong ditegur...

God Bless Us...

dReamZ's picture

yang lebih penting 'mengikuti Yesus' ato 'mengenal Yesus'?

plain:

Tapi di sisi lain membuat saya mulai cemas, apakah benar saya mengikut Yesus? Ataukah saya menciptakan imajinasi Yesus yang dimirip-miripkan dengan alkitab, dan saya secara tidak sadar mengikuti imajinasi Yesus yang saya ciptakan tersebut? Ataukah logika-logika yang tertulis di dalam alkitab atau diajarkan di gereja-gereja, buat saya itu tidak logis sama sekali?

me:

yg kata2 plain diatas menarik hati banget ^^

IMO, untuk bisa mengetahui arti mengikuti Yesus harus mengenal sapa itu Yesus dulu. Karna bagaimana kita bisa mengikuti Yesus kalo kita ga tau sapa itu Yesus sendiri.

Plain blg dibagian2 akhir kalo yg bisa kita lakukan hanya mencari jawabannya. N itu jg yg gw lakukan sampai skrang. Tapi bagaimana kalau pencarian kita akhirnya mengarah kalo ternyata konsep Tuhan yg menjadi manusia  itu hanya imajinasi manusia saja? Atau bagaimana kalo ternyata apa yang kita tahu skrang (ato apa yg dipercayai org2 kristen scara general skrang ini) ternyata  bukan kebenaran? Apa yang kita lakukan? Seperti ada kata2 dr film yang gw lupa judulnya, dibilang: 'Sometimes finding the truth is easier than facing it."

Cuma akhirnya makin berlanjut pertanyaannya: "dr mana kita tau kalo jawaban yg kita temukan so far itu suatu kebenaran?"

PlainBread's picture

@Dreamz

Menjadi menakutkan kalo kita mengetahui bahwa ternyata benar dan salah itu sebenarnya gak penting, tapi yang lebih penting adalah gimana cara kita present ourself and counter the arguments (coba tonton "Thank you for smoking").

"Dari mana kita tau kalo jawaban yang kita temukan so far itu suatu kebenaran?" Gak tau juga Dreamz. Kita percaya kalo kebenaran itu konsisten. Tapi jangan salah, kesalahan juga bisa konsisten.

bertzzie's picture

Izin Copas dan..

 Izin copas dan ada sedikit typo ko, di paragraf 9:

"Toh saya lebih menyukai untuk jjadi orang tersesat tapi sadar diri kalau memang tersesat, daripada merasa jadi orang benar tapi ternyata di hari terakhir Tuhan tidak membenarkan."

My bold.

PlainBread's picture

Thank you bertz

Iya, ada beberapa huruf dan kata yang perlu diedit. On 2nd thought, biarlah di situ, to remind myself that I'm not perfect :)

Veritas's picture

mau komentar, ternyata belum

mau komentar, ternyata belum login, alhasil terpaksa login lagi dan buka blog ini lagi. 2 deh kontribusi saya untuk membaca blog ini :D :D :D

dengan jalan (by the way), atau ngomong2, saya suka gambarnya dan artikelnya, jadi melihat diri sendiri (melankolik parabolik bolak-balik).

well, segala sesuatu yang berhubungan dengan rasa tidak bisa diukur karena belum ada alat ukurnya.

Mengenal....Kata ini juga tidak memiliki ukuran. Tidak ada yang bisa menetapkan ukuran mengenal.

DI dunia ini, manusia menetapkan ukuran untuk memudahkan pekerjaannya. Misalnya : mengukur panjang sungai sehingga bisa dengan cepat mengetahui berapa biaya dan material yang diperlukan untuk membuat jembatan. Jikalau tidak maka pekerjaan akan lama karena menggunakan cara coba-coba :D

Bagaimana dengan mengenal YESUS ? Siapa yang bisa menetapkan ukurannya? Apakah ukurannya mengingat aktivitas supernatural Yesus? Apa ukurannya mengingat perkataan Yesus? Apa ukurannya mengetahui silsilah Yesus? Hahaha kalau silsilah ini, saya yakin pengkhotbah paling banyak membaptis orang, atau penghotbah yang banyak nulis blog atau bahkan PB sendiri pun saya yakin tidak hapal silsilah Yesus yang ada di Alkitab. (CMIIW Bread).

Apakah seperti itu? Sebenarnya kalau ukurannya menghapal silsilah, atau menghapal semua kalimat Yesus atau menghapal injil sih terukur, karena ukurannya ada di Alkitab. Tapi apa seperti itu?

Setahu saya mengenal Yesus itu sangat mengambang dan sulit diukur. Berikut saya ambil petikan surat Yohanes :

Dan inilah tandanya, bahwa kita mengenal Allah, yaitu jikalau kita menuruti perintah-perintah-Nya.

Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran.

Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.

Bagaimana sekarang? Kalau saya sendiri belum mengenal Yesus. Saya hanya tahu Yesus tapi saya tidak kenal. Hanya saja saya berharap bahwa Yesuslah yang mengenal saya persis seperti perumpamaannya :

Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.

Nah dari kalimat Raja itu, tugas kita adalah mencari definisi saudara-Ku. Hahahahahaha... eits, bukan sembarang saudara ya, tapi paling hina :))

Thanks PB buat sharringnya, nice blog... ( ga usah pake jempol ya :D  )

__________________

Quid Est Veritas Kata seorang bajingan bernama PILATUS

http://www.facebook.com/veritasq

Nama Pengguna's picture

Dont judge people from their twitter XD

Hmm ..

Pertama,

Kok ini tulisan jelek banget ya? I mean ga biasanya Plainbread membuat tulisan yg berasa ga nyambung atau ngelantur kemana2 dr dasar / latar belakang membuat tulisannya hingga inti cerita ( melankolis dan unfollow ) .. sampai ke Presiden segala, sy masi ga jelas = =" hehe ..

Tp kesimpulannya dapat sih ^^ teehee!

 

Kedua dan terakhir,

Di antara melancholic junkie and euphoria junkie, yang manakah paling "Yesus banget" spy bisa dipolo pengikut2Nya? Teehee!

__________________

There are nothing called mistakes in life, only lessons.

Ga jelas ..

PlainBread's picture

@Nama Pengguna

Pertama, tulisan ini memang jelek banget. Makanya saya tag "blog gak penting". Kalimat per kalimat itu terkesan acak2an dan melompat2. Karena hampir di setiap kalimat sebenarnya merupakan inti yang berdiri sendiri. Ini memang ranting, bukan ranting pohon ya tapi rant-ing :p

Soal biasa gak biasa, yah saya malah kurang tahu. Malah senang kalo ada yang memperhatikan bahwa saya gak biasanya seperti ini :)

Kedua dan terakhir,

Saya gak tahu, karena saya bukan Yesus. Coba tanya sama Yesus. Kalo gak dapet, mungkin mesti follow Jesus Christ di Twitter ^^

 

Teehee juga! :)

kasjim's picture

 PB, izin share di fb yaaa

 PB, izin share di fb yaaa

__________________

semua sia-sia

PlainBread's picture

@Kasjim

Silakan :) Terima kasih.

thomas lee's picture

@ artikel & plainbread

Artikel yang jujur, sifatnya lumayan netral.

Seandainya tokoh agama khususnya tokoh kristen zaman sekarang maupun zaman lampau jujur seperti anda, mungkin ajaran-ajaran yang sifatnya tidak mutlak tidak akan dijadikan ajaran mutlak maupun sebaliknya.Mungkin yang meninggalkan ajaran injil berkurang maupun yang merasa dirinya benar padahal...

Artikel anda yang diatas sedikit mirip dengan yang saya alami, yang sampai sekarang belum punya jawaban yang pasti.

Sedikit komentar ( agak spekulasi ), saya yakin anda sudah punya ajaran yang menurut anda mutlak saat ini, tapi belum tentu orang menerima hal yang sama dengan anda.

Asumsi saya, Tuhan yang disebut kristus pada zaman PB tidak pernah mengajarkan ajaran yang rumit, ambiguitas ataupun istilah2 lainnya.


Dunia yang tidak sempurna ini sangat rumit untuk dipahami oleh saya yang tidak sempurna dan yang tidak akan pernah mencapai sempurna. 

" diberitakan bahwa rasul Paulus menuliskan bahwa yang dia inginkan adalah mengenal siapakah Yesus Kristus itu "

Seperti yang telah anda tulis, jika disurga rasul paulus ingin mengenal siapakah yesus, lain hal dengan saya, saya ingin melihat situasi dimana orang yang merasa dirinya yakin 100% dan menilai "sesat" sesamanya bertemu dengan orang-orang yang dulunya dinilai sesat.

Sepertinya sebuah situasi langka yang menarik. Ada yang ingin bergabung???

da niel's picture

p : Kata orang iman itu tidak

p : Kata orang iman itu tidak buta. Tapi bagaimana iman itu tidak buta kalau dia tidak melihat? Sehingga orang bisa secara tidak sadar menyamakan iman dengan asumsi, ilusi, bahkan wishful thinking.

 

suka atau tidak, iman itu memang = asumsi positif dan sebuah bentuk harapan.

kalau suatu hari Jesus datang lagi, maka menurut saya, iman lah yang ditanya duluan, karena tanpa iman (baca: harapan), Tuhan gak eksis lagi. Gak fair kalau hanya karena suatu hal sederhana, maka kita mempertanyakan iman kita (seperti cerita pohon kelapa diawal tulisan si penulis). Karena, iman bukanlah daun-daun disebuah pohon, melainkan akar. Bila akar telah goyah dan rapuh, bukan saja daun, bahkan tubuh pohon pun akan kering.

Jadi, menurut saya, sepanjang hidup, iman, sama dengan harapan, sesuatu yang tidak berwujud, tapi harus diyakini, bukan ditelanjangi. Harus di uji, bukan dilecehkan nurani, harus di siram agar tetap hidup, dan jangan di simpan didalam brankas berlapis, tapi di tanam di dalam tanah kesetiaan agar bertumbuh dan berkembang. 

Silahkan follow "Jesus Christ" di Twitter kalau masih perlu eksistensi Jesus :D

__________________

GInnocentD _ BlLaughingLaughings _ ySealedu