Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Nonton Infotaiment yuuukkk

Love's picture


Tadi pagi, sambil berdandan kusempatkan mendengar dan melirik-lirik siaran infotainment di sebuah stasiun televisi swasta. Hari ini ada menu tentang perceraian para artis di bulan puasa ini, ada juga gossip terbaru seputar pacar-pacar baru para artis, tidak ketinggalan pula liputan kegiatan-kegiatan artis selama bulan puasa.

 

Aku memang suka menonton acara yang satu ini. I don’t care jika ada yang bilang itu tontonan ibu-ibu tukang gossip, or tontonan wanita kurang kerjaan, dan berbagai cap buruk lainnya jika kita suka menonton acara ini. Pokoknya aku suka nonton ini. So, kalau liburan salah satu jadwalnya paling tidak nonton satu acara infotaiment dari beragam infotaiment yang ada di televisi.

 

Aku senang menonton acara ini bukan karena aku merasa terhibur dengan berita-berita di dalamnya. Bukan juga karena senang melihat kepintaran para kru yang membuat berita selebritis menjadi konsumsi yang menyenangkan. Aku juga tidak terhibur saat melihat para artis berderai-derai air mata tatkala aib atau masalah mereka terungkap oleh media. Aku juga tidak tertawa-tawa juga melihat dengan bangganya para artis menceritakan keseharian mereka.

 

Yang aku tahu, saat melihat acara ini, aku melihat sisi lain mengenai kehidupan ini. Aku juga bisa belajar banyak untuk bisa menyikapi hidup ini. Seandainya saja aku berada di posisi mereka, apa yang akan aku lakukan untuk menghadapi hidup ini? Bukannya berobsesi jadi selebritis, tapi kita kan sama-sama manusia, punya masalah or cerita hidup mungkin bisa sejenis pula. So, belajar dari kehidupan orang lain penting juga, salah satunya ya dari warna-warni kehidupan para selebritis. Kita bisa jadi lebih sigap lagi menghadapi hidup ini dan bisa memikirkan hal-hal yang lebih dalam lagi dari setiap kisah yang diparkan dalam 30 menit siaran itu.

 

Seperti hari ini, berita mengenai dua orang artis yang akan mendonorkan kornea mata mereka saat meninggal kelak, membuatku jadi memikirkan sesuatu dan teringat sama blognya om Hai Hai tentang “Aku Tidak Percaya Mujizat”.

 

Mungkin sekarang kita, paling tidak aku, tidak pernah melihat peristiwa sepeti mujizat-mujizat dikala Yesus menyembuhkan orang-orang sakit, termasuk orang yang buta bisa melihat kembali. Kalau mendengar tentang kemujizatan terjadi sih sering.

 

Dari infotaiment pagi ini, aku sempat berpikir Dia, dengan kuasa yang sama seperti saat mencelikkan mata orang yang buta itu, memberi hikmat dan memakai para praktisi dunia medis untuk memberikan “mujizat” itu kepada orang yang sakit. Dengan adanya kecanggihan dunia kedokteran saat ini, donor kornea mata dapat dilakukan, dan orang yang buta pun bisa melihat. Jika dipikirkan dengan cara pikir manusia, ini seperti hal biasa saja, bukan sebuah mujizat …. Toh dunia sekarang udah canggih, ini jadi hal biasa. Tetapi, aku mau bilang ini tetap sebuah mujizat yang Tuhan nyatakan melalui tangan-tangan para dokter dan dunia kesehatan saat ini. Tuhan pula yang menggerakkan hati para pendonor mata itu untuk mendonorkan mata mereka. Mujizat tetap ada sampai sekarang. Bahkan siaran infotaiment tadi membuatku ingin kembali berpikir bahwa sebenarnya semua yang aku lihat dalam dunia ini, atau paling tidak dalam hidupku adalah mujizat. Aku bukan ahli teologia. Aku mengungkapkan pendapat tentang mujizat ini hanya dari sebuah pemikiran yang timbul saat nonton infotaiment tadi pagi. Siaran infotaiment ini juga bisa merupakan mujizat bagiku, soalnya sering Tuhan memakainya untuk menegurku dan mendidikku. Mujizat bukan? Lewat infotaiment aku bisa belajar banyak hal tentang hidup bahkan tentang Dia.

 

So, jangan gengsi nonton infotaiment dehhhh …. seru lohhh …. Tapi awas, jangan sampai kecanduan ya Kiss

 

In Christ,

Love

 

pyokonna's picture

satu mujizat lagi

Seperti yang dikatakan oleh love, buatku infotainmen adalah acaranya ibu-ibu, tukang gosip dan wanita-wanita yang punya waktu luang untuk dibuang-buang Tongue out

Tapi setelah membaca tulisan diatas, mata hatiku sedikit terbuka bahwa mungkin infotainmen tidaklah seburuk yang kupikirkan selama ini. Bukan berarti setelah ini aku akan menonton infotainmen sehari sekali lho. Ak tidak pernah betah duduk di depan televisi lebih dari lima menit untuk menonton acara orang bertengkar dan saling melempar tuntutan. Setidaknya ak boleh belajar kalau segala sesuatu tidaklah seburuk yang selalu kupikirkan, ada segi positif dalam segala hal. Nampaknya satu lagi mujizat yang dinyatakan oleh Tuhan melalui tulisan love.

__________________

We can do no great things; only small things with great love -- Mother Theresa

Indonesia-saram's picture

Belajar dari Sampah

Terus terang, menikmati informasi hiburan itu sebenarnya cukup menyenangkan kok. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari menonton yang oleh kebanyakan orang dicap sebagai tayangan sampah itu.

Kita bisa belajar tentang manusia di sana. Ada orang yang senangnya gonta-ganti istri hanya dengan alasan, "Kami tidak cocok lagi." Atau melihat bahwa pendusta terbesar justru kebanyakan datang dari kalangan penyanyi--ini sekaligus menjadi tantangan bagi penyanyi Kristen untuk memberi teladan yang benar dalam hidup pernikahan mereka--dengan mengobral cinta tanpa mengerti cinta. Salah satu kasus yang saya ingat menimpa penyanyi Radja (semoga tidak salah tulis nama grupnya).

Setidaknya, semua itu menantang kita untuk mempraktikkan hidup yang benar. Ya, sampah pun bisa didaur ulang; kita pun bisa belajar dari tayangan "sampah".

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

__________________

_____________________________________________________________
Peduli masalah bahasa? Silakan bertandang ke Corat-Coret Bahasa saya.

Abe's picture

Kebanyakan orang??

Rasanya maraknya tayangan infotainment di televisi justru berbanding terbalik dengan pernyataan yang dilontarkan bung Indonesia-Saram. Jika kebanyakan orang menganggap ini tayangan sampah, mengapa begitu banyak dan beraneka ragam tayangan ini ditampilkan. Bahkan satu stasiun televisi bisa menyiarkan acara ini lebih dari 3 kali dalam satu hari.

Setahu saya, siaran yang seperti ini rattingnya tinggi sekali. Jadi mungkin bukan kebanyakan orang yang menganggap ini siaran sampah, tetapi anggap aja sebagian orang.

Tetapi memang benar, melihat siaran tersebut membuat kita bisa tidak hanya memikirkan diri sendiri saja, tetapi bisa melihat dunia gemerlap di luar sana. Satu hal lagi, kita bisa berdoa untuk mereka. Bukan tidak mungkin Tuhan mengijinkan acara-acara seperti itu ada untuk membuat kita peduli dengan orang lain dan mulai mendoakan mereka.

 

Daniel's picture

sampah ya sampah

Maaf kalau agak terlalu lempeng, tapi bagi saya:

Sampah ya sampah, walaupun seluruh dunia menganggapnya emas.

Tayangan infotainment bisa disamakan dengan junk food. Seberapa banyak pun kita makan, tidak akan menjadikannya makanan utama, dan tidak punya nilai gizi bagi tubuh, malah bisa bikin sakit karena terlalu banyak MSG, pewarna, dll. Tapi sekali2 bolehlah dimakan kalau pas pingin. Begitu pula dengan infotainment.

hai hai's picture

Duren dan Pete

Duren

Suatu siang, aku pulang ke rumah dengan menumpang bus Jakarta Sukabumi. Bus tanpa Ac yang kutumpangi meluncur membelah udara siang yang panas, menapak jalan Tol Jagorawi yang mulus bak pipi wanita desa. Aku adalah salah satu penumpang bus yang tidak kebagian tempat duduk. Kebanyakan penumpang yang kebagian tempat duduk, duduk terkantuk-kantuk, sedangkan yang berdiri berusaha menahan kantuknya sambil berpegangan pada besi pegangan.

Dalam situasi lenggang seperti itu, tiba-tiba merebak harum duren memenuhi udara. Perlahan-lahan bau duren itu kemudian menghilang. Beberapa saat kemudian bau duren itu kembali merebak dan menghilang lagi perlahan-lahan. Tiba-tiba muncul pikiran jail di otakku, sambil tersenyum akupun menunggu. Ketika bau duren itu kembali merebak, aku pung berkata dengan suara keras.

"Ahhh .... Lumayan! Nggak kebagian durennya kebagian baunya. Terima kasih ah buat yang kentut!"

Mendengar ucapanku itu semua penumpang yang mendengarnya dan mencium wangi duren pun tertawa tergelak-gelak, beberapa orang lainnya menambahkan komentar-komentar yang memancing tawa yang lebih bergelak. Bus yang lenggang itupun dalam sekejab berubah menjadi gaduh. Dalam Tawa dan komentar, tiba tiba seorang Bapak=bapak berumur 50 tahunan, yang duduk di tengah bus bangkit berdiri dan kata,

"Maaf ya semua, tadi pagi abis makan duren, dari tadi bawaannya kentut melulu! Kumaha atuh (gimana dong?" Kata bapak itu dengan muka tersipu-sipu namun penuh pernyataan maaf kepada semua orang. Suasana menjadi lenggang ketika bapak itu berkata, namun segera meledak menjadi tawa yang riuh rendah. Ketika komentar mulai hilang dan suara tawa mulai reda, kambali aku menambah kayu bakar.

"Bapak yang kentutnya bau duren, sok atuh (silahkan) duduk di dekat pak supir, dari tadi dia cemberut, nggak kebagian bau duren."

Kembali tawa meledak dan ruang bus itu penuh dengan komentar. Tentu saja semua komunikasi tersebut di atas diucapkan dalam bahasa sunda.

Pete

Minggu pertama aku mulai bekerja. Sebagai karyawan masa percobaan, aku duduk di barisan paling depan. Di perusahaan kami, hanya para konsultan dengan jabatan partner yang memiliki ruangan, lainnya duduk dlaamsatu ruangan besar dengan susunan, yang paling junior di depan dan yang paling senior di belakang.

Siang itu, salah satu partner paling senior, dia nampak ganteng dan macho dengan kumis dan cambang yang terawat rapih dan tubuh yang ateltis tiba-tiba berdiri di depan ruangan dan berkata dengan suara yang menggelegar.

"Siapa yang makan pete tadi malam?"

Suasana ruangan menjadi hening. Tadi malam aku ke rumah teman, waktu makan malam aku menghabiskan 5 papan pete hasil kebunnya. Dengan wajah pucat, aku menganggat tanganku dan berkata, "Saya pak!"

Partner itu menatapku dengan tajam, aku membalas tatapannya dengan gelisah. Tiba-tiba dia bertanya.

"Pete darimana yang elu makan?" Aku menatapnya heran lalu menjawab apa adanya.

"Pete dari kebun seorang teman, pak, saya makan mentah 5 papan dengan sambel terasi!"

"Gila lu, makan pete 5 papan kagak bagi bagi gua! Awas lu lain kali kalau makan pete nggak bagi-bagi gua"

Ruanganku langsung penuh dengan tawa yang berderai-derai, aku menunduk malu, karena menjadi bahan tertawaan. Sementara partner itu melenggang santai memasuki ruangannya.

Ha ha ha ... Ternyata partner itu adalah pecandu pete, namun dia sangat membenci duren. Dia akan memaki-maki bila mencium bau duren di kantor, namun tidak keberatan dengan bau pete yang menyengat di toilet karena air kencingku bau pete. di waktu-waktu selanjutnya, aku menjadi staf kesayangan partner itu, karena upetiku setiap kali pulang ke kampung adalah pete-pete berkualitas tinggi dan sambel terasi buatan mamaku.

Aku suka duren, aku juga suka pete (terutama yang mentah), namun aku juga suka jengkol yang dimasak gulai. Anda tahu, ketika makan pete mentah, aku akan membuka salah satu bijinya dengan pisau, bila ada bekas ulat, maka aku akan menghentikan hal itu dan memakan biji-biji pete selanjutnya tanpa membukanya. Ha ha ha ... Itulah nikmatnya makan pete. Tanggal 12 November nanti aku akan ke Medan, salahs atu saudara sepupuhku akan menikah, namun tujuan utamaku ke Medan adalah berburu buah durian. ha ha ha ...

Aku suka duren, aku juga suka pete dan jengkol. Aku suka musik klasik, tetapi aku juga suka musik dangdut dan kroncong. Aku suka novel-vovel sastra, juga suka membaca komik. Aku membaca institusio (karya John Calvin), namun aku juga membaca buku Ynot Duat. Aku suka nonton berita dan science tetapi juga suka infoaintment.

Bahkan, aku sedang mempertimbangkan untuk membuat sebuah blog untuk menceritakan kehidupan dan aib para hamba Tuhan. judul blog itu adalah:

"sibugil"

Visi blog itu adalah:

"Mata Tu(h)an Melihat, sebab di sini, semua orang Kristen Telanjang"

Misi blog ini adalah:

Menceritakan kisah-kisah sampah yang disembunyikan demi nama Allah, agar menjadi kompos bagi gereja.

Nah, mau bergabung dengan saya?

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Daniel's picture

tapi sampah perlu juga

Wah, Anda hebat sekali hai hai, bisa menggabung2kan banyak hal. Dari infotainment bisa nyambung sampe pete dan duren Smile

Saya gak suka duren, pete, dan semua makanan yang berbau tajam menusuk, mencium baunya saja perut saya bisa mual2 gak karuan. Tapi saya bisa menikmati keindahan jazz, kroncong, dangdut dan lain-lain walaupun yang paling saya suka sebenarnya musik klasik, hymn, pop, dan tradisional. Saya gak terlalu suka novel sastra, apalagi yang berat dan tebal. Dan saya gak pernah nonton infotainment, sebenarnya bukan karena gak suka, tapi karena memang jarang nonton tivi. Saya pakai tivi untuk muter DVD atau VCD yang saya sewa atau beli, kadang-kadang.

Kembali ke soal infotainment, saya inget anak temen saya yang sejak kecil dilarang makan junkfood sama sekali, sampai akhirnya dia terserang suatu penyakit aneh, dan dokter bilang itu karena sistem kekebalan tubuhnya tidak terbentuk sempurna, karena sejak kecil hidup terlalu steril, gara2 tidak pernah makan junkfood, tidak pernah main pasir, tidak pernah kehujanan, tidak pernah kena sinar matahari terik, dll.

Jadi kadang2 tontonan sampah itu perlu kok, supaya kita tahu dunia nyata seperti apa, sehingga ketika virus jahat menyerang kita sudah kebal. Selamat nonton infotainment.

Waskita's picture

info ...

infotainment...? What's up Doc ;P
__________________

kalau saya tida ada di rumah, cari saya di sini