Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Petrus Tidak Masuk Lagi!

Love's picture

Di tengah gegap gempita tepuk tangan anak-anak Sekolah Minggu, aku
melayangkan pandangan mataku ke ruangan kelas sambil memegang pena dan
sebuah buku absen. Saat pena yang kupegang memberikan tanda silang
sekali pada sebuah nama, aku langsung tertegun. Empat tanda silang
yang berurutan telah menandai sebuah nama. Itu berarti, sudah empat
minggu berturut-turut, dia tidak datang ke Sekolah Minggu.

Petrus! Seorang anak lelaki yatim yang tidak bisa dikatakan hidup
berbahagia. Tubuhnya kurus, pendek, dan ia masih duduk di kelas 5 SD,
padahal seharusnya dia sudah duduk di bangku SMP. Rumahnya tidak
terlalu jauh dari tempat di mana kami mengadakan Sekolah Minggu. Bisa
dikatakan dia adalah anak yang paling tidak menyenangkan bila
dipandang mata, paling tidak untuk mataku.

"Petrus mana?" tanyaku saat ibadah SM sudah selesai kepada seorang
anak yang rumahnya bersebelahan dengan rumah Petrus.

"Tadi sudah kuajak, Kak, tapi katanya malas!"

Hatiku langsung berdesir menahan rasa kesal, "Uhhh ... alasan itu
lagi! Aku pastikan dia tidak akan mendapatkan kado Natal yang terbaik
di akhir tahun nanti!"

"Kak, bagaimana kalau kita mengunjungi Petrus saja. Kan rumahnya
dekat, Kak!"

APA! Oh tidak, dari luar saja rumahnya tidak sedap dipandang dan
tampak tidak menyenangkan untuk dijadikan tempat tinggal, apa lagi
kalau kita berada di dalamnya.

Aku masih terdiam dan menggerutu dalam hati saat tiba-tiba beberapa
anak sudah berada di sekelilingku, "Ayo Kak, katanya kalau ada teman
yang udah lama gak masuk gereja harus dikunjungi supaya mau datang
lagi."

"Iya Kak, Petrus itu malas, maunya nonton kartun aja. Kalau kita
ramai-ramai ke sana sama Kakak, mungkin Petrus mau bertobat, Kak!"

"Ehh …iiiiiiya ... iya ... iiya ....!" kataku terbata-bata pada anak-
anak SM-ku yang sudah semakin banyak berkumpul untuk mengunjungi
temannya yang sudah lama tidak masuk itu.

Aku tertegun ... saat ini rasa kesalku berganti dengan rasa marah,
rasa marah pada diriku sendiri. Oh Tuhan ... aku telah menjadi guru SM
'Farisi', hanya berkata-kata saja tanpa bisa membuktikannya dalam
keseharianku. Bagaimana bisa aku menghilangkan rasa kasih yang harus
kumiliki saat aku berkomitmen melayani Engkau sebagai seorang guru SM?
Ampuni aku Tuhan!

Tanpa menunggu jatuhnya linangan air mataku, aku langsung berdiri,
"Ayo, kita ke rumah Petrus, kita mau berdoa untuk dia ya." Langkahku
begitu mantap. Dengan lembut kuketuk kuketuk pintu kayu yang sudah
mulai lapuk. Kakiku begitu ringan melangkah saat memasuki rumah yang
gelap tidak berlantai itu. Aroma tidak sedap rumah itu menjadi aroma
kegirangan dalam hatiku saat Petrus berlari ke arahku dan menjabat
tanganku.

"Kenapa Petrus tidak datang ke Sekolah Minggu?" tanyaku.

"Sakit panas, Kak!"

Langsung aku sentuh dahinya. Tidak panas! Dan, raut wajahnya pun tidak
menunjukkan tanda-tanda bahwa ia sakit. Suara anak-anak SM yang ikut
dalam kunjungan itu pun kudengar berbisik-bisik menyangsikan pengakuan
Petrus.

Aku tahu dia berbohong, tetapi kukendalikan diriku karena aku sangat
tidak suka dibohongi. Dengan memegang tangannya, aku berkata, "Kalau
begitu kami akan mendoakan kamu ya, Petrus!" ....

Minggu berikutnya, ... Kembali kulayangkan pandanganku ke setiap
bagian dalam ruangan Sekolah Minggu yang penuh dengan gegap gempita
tepukan tangan anak-anak yang dikasihi Tuhan. Dan, pena yang kupegang
tidak menorehkan tanda silang lagi pada sebuah nama anak lelaki yang
hari ini tampil begitu manis dan bersih.

Saat kulihat sukacita di wajah Petrus hari itu, aku seperti melihat
wajah Yesus tersenyum padaku. Aku adalah salah satu contoh hamba yang
tidak setia, tetapi diberikan kesempatan oleh Tuannya untuk
memperbaiki sikap dan hati dalam melayani-Nya lebih sungguh lagi.
Ampuni Aku Tuhan karena aku hampir menolak seorang anak yang mau
datang kepada-Mu.

hai hai's picture

Love dan Muridnya Petrus

Waktu kecil, sebenarnya saya lebih suka pamit pada mama untuk ke sekolah minggu, lalu menghabiskan waktu dengan mencari ikan di sungai dan mencari burung di sawah dan kebun. Kalau saya terpaksa harus ke sekolah minggu, sebab bila saya tidak datang, guru dan teman-teman akan datang, sehingga mama akan tahu, bahwa aku telah membohonginya dan dia akan menghajarku.

Orang-orang miskin suka dikunjungi, bagi mereka, kunjungan adalah penghargaan dari orang-orang yang berkunjung. Orang-orang kaya tidak suka dikunjungi, bagi mereka dikunjungi, berarti direpotkan dan dikacaukan jadwalnya. Setelah menyadari hal itu, maka saya jarang berkunjung ke rumah orang kaya, namun sering berkunjung ke rumah orang miskin.

Sebabb di surga, yang terbesar adalah anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak