Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

seekor anjing

Raissa Eka Fedora's picture

kalo udah ada yang pernah post.. aku delet yah.. aku lupa denger cerita ini dari mana..

one day ada seekor anak anjing yang diikat lehernya di batang pohon.. anak anjing itu diikat oleh tali dengan radius 2 m.
setiap kali anjing tersebut melihat temannya , ia berusaha lari menemui temannya, tapi setelah 2 m ia tertarik lagi ke batang pohon itu.. ia nggak bisa pergi lebih dari 2 m.
lama lama mind set anjing itu terbentuk kalau dunianya nggak bisa lebih dari 2 m..

setelah anjing itu dewasa, pemiliknya merasa kasihan pada anjing itu. lalu melepaskan talinya.
tampaknya anjing tersebut gembira sekali.. kemudian pemiliknya mengajaknya masuk kedalam rumah. tapi tiba tiba anjing tersebut berhenti pada jarak 2 m dari batang pohon. pemiliknya pun bingung.. dipanggil nama anjing itu ia mendongak, tapi ngga bergerak lebih dari 2m. alhasil anjing itu kembali dengan lesu ke bawah pohon.. disamping batang pohon yang mengikatnya.

aku denger cerita ini lupa dari siapa, tapi aku gembira aku pernah mendengarnya karena ini sangat berguna bagiku..
sebelum percaya Yesus, dosa bagai tali yang mengikat leher kita.. dosa kita dari kanak kanak, dan itu membuat kita nggak bisa lepas. terus berada di dalam lingkaran dosa.. dan itu kita bawa sampai dewasa.
setelah percaya Kristus, tali yang menjerat kita sudah diputuskan.. tapi mind set kita sudah terbentuk.. itulah sebabnya kita nggak keluar dari dosa itu.. walo Tuhan panggil berkali kali, kita tetap diam dalam dosa..
sekarang ayo ubah mind set kita.. kita dah bebas dari jeratan tali itu.. ayo kita ubah perilaku hidup kita.. biar kita hidup bersama-sama dengan Kristus di surga...

kalo ada yang post dengan isi yang sama.. aku berbaik hati mau menghapus tulisan ini.. hehehe.. soalnya aku baru inget kemarin...

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

joli's picture

Ikatan tali-tali = pembunuhan karakter

Dear Raissa.. Memang mind set manusia sering kali pengikuti prosedur dan kebiasaan.. seperti anjing-nya Raissa.. Contoh: aku punya keponakan yang aku ajak tinggal bersama-sama kami, sekolah di SMU di Solo (asal dia Semarang). Ketika kelas 1 SMU ada psykotest, hasilnya luar biasa,.. bisa jadi apa aja.. bahkan peneliti sekalipun, namun pada kenyataannya nilai matematika selalu mendapat nilai yang kurang, meski sudah ditambah les dll.. ternyata.. ketahuan ketika masih SD ada hal yang membuat trauma dengan berhitung.. jadilah sama matematika.. mind-nya tertutup otomatis ketika melihat angka.. (hati-hati para guru dan orang tua ketika mendidik anak2..) Mungkin seperti anjing raissa.. begitu jarak 2m langsung otomatis berhenti.. Masih tentang keponakan yang sama.. meski tinggal bersama-sama kami, namun masih juga hidup kurang bahagia.. meski sekolah di terima di Universitas Negeri Sebelas Maret, punya pacar cakep, dan tinggal di linkungan keluarga dan banyak teman yang mengasihinya.. ketika Joli tanya kenapa?.. dia jawab bahwa dia nggak akan berhasil, mungkinkah karena dia di bawah kutuk keturunan? karena papa-mama-nya? Wow.. Kesimpulan yang sungguh amat aneh.. (waduh.. ini akibat khotbah kutuk keturunan?) Bukankah Yesus sudah menjadi Tuhan dan Juruslamatnya? Bukankah sudah di lingkungan keluarga yang relatif nyaman.. tidak ada piring terbang dan perang berathayuda? Akhirnya dia keluar dari kuliahnya dan pindah ke sekolah theologia.. mencari panggilannya katanya (meski joli masih ragu2 hal "panggilan"nya, mungkinkah untuk menghindari kutuk?) Semester 3 sang keponakan keluar dari sekolah dan kembali ke kotanya untuk bekerja.. dan berkeluarga.. Dari contoh diatas.. joli sangat sedih.. sungguh amat sedih.. (sekarang ketika menulis ini Joli sangat merindukanya, keponakan tersayang yang malang.. ) Wahai para orang tua, guru, bahkan para pendeta... pernahkah terpikir AKIBAT dari mengikat dengan tali-tali yang salah.. Kemerdekaan ya.. merdeka.. lepas bebas dari tali2 perbudakan dosa.. hanya melalui Kristus.. yang benar-benar bisa melepaskannya.. @Raissa .. nyambung nggak nih koment joli.. ini ditulis krn lagi kangen ama Clair dan keponakan tercinta je..
Raissa Eka Fedora's picture

kalau itu mungkin disebabkan

aku nggak ngerti apa yang terjadi. mungkin disebabkan oleh cara ngajar yang nggak benar.. demikian juga adikku.. dimarahi selalu waktu belajar.. bikin aku takut nanti ia trauma belajar aku juga yang pusing.. selain merugikan mama papa yang energinya habis buat ngomelin adikku.. aku jadi pusing denger omelan itu dan susah konsen.. dan itu sama saja mengikat adikku kedalam kemalasan... karena jadi benci belajar.. (padahal kakaknya hobi mencari pengetahuan) aku cuma bisa berharap adikku punya "kedewasaan" untuk menganalisa dan merubah mind setnya selagi masih bisa... mind set ada karena biasa.. karena biasa maka mindset terbentuk.. sama seperti karakter.. parahnya adalah terlambat menyadari kalo karakternya buruk jadi sudah mengakar lalu susah hilang -anak kecil berbicara, didengarkah?-
__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

Liesiana's picture

mindset tentang alam roh

Dari kecil masyarakat membentuk mindset seseorang tentang adanya alam roh, dari buku-buku, cerita lisan ataupun dari audio visual (radio, tape dan film). Tertanam di pikiran bahwa alam roh itu ada tapi tidak jelas keberadaannya yang bisa menakutkan, karena penduduknya katanya bisa menghilang dan memperlihatkan dirinya. Tapi kata hai hai alam roh itu tidak ada.
Raissa Eka Fedora's picture

Lies. kalo seperti itu sih

yah lies.. kalo begitu "pengajarannya" mah berarti aku sepakat sama hai hai.. nggak ada alam Roh.. tapi kalau begitu apakah ada wujud Roh? Bukankah Allah berwujud Roh? Surga dan neraka itu bukan alam roh? lalu apa? emm,. tadi mau tanya apa lagi yah.. lupa.. -anak kecil berbicara, didengarkah?-
__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

Liesiana's picture

Pelupa

Kecil-kecil pelupa, dah tua pikun
Raissa Eka Fedora's picture

haha.. jangan gituu

jangan doain pikun dong..

kan namanya lupa..

anak kecil berbicara, didengarkah?-

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

pwijayanto's picture

anjing dan kutu

cerita anjing di atas, sama maknanya dengan cerita tentang kutu yang meloncat-loncat dalam sebuah kotak kaca yang kecil, karena setiap kali meloncat membentur kaca, lama-lama kemampuan loncatnya turun, hanya sebatas setinggi kotak kaca. tapi, apa ya itu realitas, anjing diikat 2 meter, hampir seumur hidup-pun, kalau dilepas talinya ya tetap lari kesana-kemari. Jadi, mungkin saja, ketika kita percaya Tuhan Yesus, bukan hanya "mind set" kita yang masih terkekang oleh "tali" yang dulu mengikat, tapi bisa juga memang tali itu masih tetap mengikat, tapi tidak terasa. Oh ya.. tentang mindset, karena sebagian besar orang Kristen (di Indonesia) sejak kecil diajarkan bahwa Tuhan itu = Allah, maka ketika ada WACANA bahwa YHWH tidak perlu/tidak boleh disebut Allah, wacana ini sulit diterima, karena mindset kita YHWH = ALLAH. Bukankah begitu? LAI-pun mati-matian mempertahankan 'Allah' itu dalam kekristenan di Indonesia, silakan lihat: BANTAHAN terhadap BROSUR LAI, di: http://gkmin.net/?p=120 mindset bahwa YHWH atau TUHAN=Allah, sudah terbentuk disebagian besar orang Kristen di Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu, tidakkah kita mau mengkritisinya SEKARANG? Coba tanyakan kepada pemuda/remaja Kristen, "Siapa Bapa itu?" 99% saya yakin jawabnya adalah: "ALLAH". Sangat jarang yang tahu bahwa Bapa adalah YHWH / Yahweh. Siapa yang salah? Mungkin mindset kita... he he he...

salam, www.pwijayanto.net .

__________________

=== salam, www.gkmin.net . ( jika hanya membaca Alkitab LAI, darimana tahu YHWH? Apakah Firman Tuhan kurang lengkap?)

hai hai's picture

Anjing Diikat

Raissa, saya tidak tahu dari mana anda mendapatkan kisah anjing tersebut. Namun sebagai pelatih anjing, saya menjamin bahwa kisah anjing tersebut SALAH.

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

__________________

Karena Di Surga, Yang Terbesar Adalah Anak-anak

Raissa Eka Fedora's picture

aku juga denger dari orang lain

aku juga belum pernah membuktiin.. punya anjing aja belum.. hehe

tapi entah dari mana kisahnya.. kalau salah yah itu merupakan suatu pelajaran baru^^

maklum aku bukan pelatih

-anak kecil berbicara, didengarkah?-

__________________

Satu lagi pendapat seorang anak kecil yang tersasar ke dunia orang dewasa dan memberanikan pendapat.
-anak kecil berpendapat, didengarkah?-

Peter Simon Sebastian's picture

Beda...

Mindset manusia beda sama mindset anjing.

Purnomo's picture

Ilustrasi yang membingungkan

          Raissa, janganlah merasa bersalah bila saya katakan blogmu ini tidak benar. Bukankah kamu dapat dari orang lain? Nah, orang lain itu yang salah.

         Saya menilai ilustrasinya tentang anjing salah. Saya sependapat dengan hai hai, Pwijayanto dan PSS. Biar diikat bertahun-tahun, pasti seekor anjing akan berlari jauh setelah ikatannya dilepas. Ini saya tahu karena saya punya anjing yang selalu saya kandangkan. Begitu terlepas keluar kandang ia segera keluar rumah dan saya harus mengambil sepeda motor untuk mengejarnya. Saya lebih setuju dengan ilustrasinya Pwijayanto tentang keterbatasan lompatan seekor kutu. Atau, pernah dengar burung yang tidak bisa terbang karena sejak bayi diasuh oleh ayam? Memang untuk berlatih terbang seekor burung perlu pijakan yang tinggi yang tidak mungkin didapatinya di tanah datar.

       Walaupun ilustrasinya salah, cerita tentang “mind set”-nya betul dan ini ditegaskan oleh kesaksian Joli.

        Kembali kepada ilustrasi cerita, ada sebuah ilustrasi terkenal tentang katak yang dimasukkan ke dalam panci. Panci ini kemudian diletakkan di atas api kompor yang diatur sedemikian rupa sehingga suhu air akan naik (sangat) perlahan. Karena perubahan suhu air terjadi sedikit demi sedikit, katak ini tidak merasakan perubahan itu sampai akhirnya ia mati karena tubuhnya tidak tahan pada titik suhu tertentu. Ini ilustrasi (untuk menjelaskan kebiasaan buruk bisa mendatangkan kematian) betul-betul tidak ilmiah. Karena bahan-bahannya mudah didapat, Raissa boleh iseng-iseng mencobanya. Kompornya diganti lilin kecil.

      Jangan kata dimasukkan ke dalam panci dengan air hangat, dimasukkan ke dalam ember plastik yang diisi air sejuk katak segera berusaha terus-menerus untuk melompat keluar. Ini saya tahu karena saya sering menangkapi katak dari halaman depan rumah untuk saya pindahkan ke halaman belakang untuk mengurangi populasi nyamuk. Mengapa begitu? Karena ia tidak nyaman dengan tempat yang sangat asing baginya (Emangnya si katak itu pernah saya wawancarai?). Katak juga tidak pernah membenamkan seluruh tubuhnya di dalam air walaupun ia ampibi.

      Dalam menyampaikan Firman, orang bisa khilaf membuat ilustrasi yang membingungkan, bahkan menyesatkan. Saya sekeluarga setiap malam bersama membaca buku renungan harian. Sering kami tertawa bila mendapatkan ilustrasi cerita yang aneh. Puteri saya yang guru Sekolah Minggu kadang berkomentar, “Penulisnya dalam berimajinasi kebablasan. Karena itu Papa jangan menulis renungan. Pasti nanti lebih ngawur.”

      Suatu malam kami membaca sebuah ilustrasi yang sering dikutip orang untuk menjelaskan akibat perkataan yang menyakitkan. Ibarat paku-paku yang ditancapkan ke sebuah tonggak kayu, begitulah perkataan yang menyakitkan hati. Kita bisa mencabutnya satu persatu (minta maaf) tetapi bekas paku-paku itu tidak hilang. Bekasnya tinggal untuk selamanya.

      “Seperti kedua puteriku yang sering menyakitkan hati bapaknya ini dengan perkataannya,” saya berkomentar setelah si bungsu selesai membaca buku renungan itu.
      “Kapan? Jangan menuduh tanpa bukti,” tuntut si sulung.
     “Aku lupa. Aku tidak lagi mengingatnya begitu kamu minta maaf atau menunjukkan penyesalanmu.”
     “Berarti tidak ada bekas paku.”
     “Berarti ilustrasi itu tidak berlaku bagi aku,” kata saya menimpalinya.
     “Karena kamu itu papaku?”
     “Bukan. Paku itu meninggalkan bekas pada tonggak kayu. Tonggak kayu itu adalah pohon yang sudah ditebang, yang melambangkan orang yang rohaninya sudah mati. Tapi aku ini seperti pohon yang hidup. Coba kamu tusuk pohon papaya di halaman belakang itu dengan paku. Lalu kamu cabut pakunya. Bekas itu pelan-pelan akan menghilang karena pohon itu hidup. Ia sendiri yang akan menghilangkan bekas lukanya. Apalagi bila kamu rajin menyirami dan memberinya pupuk. Bekasnya pasti lebih cepat menghilang.”
     “Kok pakai pupuk? Aplikasinya gimana?” tanya si bungsu.
     “Kalau kamu ditraktir makan pizza sama pacarmu, bawa pulang 1 loyang buat bapakmu ini. Itulah yang aku maksud dengan pupuk.”
     “Ngawur! Malu-maluin. Itu ilustrasi untuk menghalalkan upeti!” teriak si bungsu.
    
     Mudah-mudahan komen ini tidak ikutan ngawur.
     Salam untuk Raissa.Teruslah menulis.
 

Rusdy's picture

Ilustrasi

Anaknya Purnomo:

Penulisnya dalam berimajinasi kebablasan. Karena itu Papa jangan menulis renungan. Pasti nanti lebih ngawur

Setuju... Firman Tuhan sendiri cukup...

2 Timotius

3:16Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.
3:17Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik

Ilustrasi memang membantu, tetapi bukan alat utama dalam pengenalan akan Tuhan. Jerat yang berbahaya adalah mencoba untuk mengerti Firman Tuhan melalui ilustrasi.

Harap Raissa tidak pantang mundur dalam mempelajari FirmanNya, karena pengenalan akan Tuhan didapat melalui kerja keras, mempelajari FirmanNya di dalam kerendahan hati.

Ketika Yesus berkata:

Markus 10

10:14Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: "Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
10:15Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Ia menyambut mereka karena mereka mendengarNya, bukan karena mereka berbicara.