Klik x untuk menutup hasil pencarianCari di situs SABDASpace

Memikirkan Kembali Pelayanan Sekolah Minggu

Hengky's picture

Buat rekan2 pengurus dan Guru Sekolah Minggu ytk,

Ada satu pemikiran yang sudah lama hendak saya sampaikan untuk di pikirkan bersama di milis ini, yaitu tentang didikan untuk anak sekolah minggu kita.

Kalau kita melihat anak-anak kita yang masih kecil, seusia Playgroup, TK dan SD,  yaitu seusia anak sekolah minggu, maka kita akan temukan bahwa pelajaran yang mereka dapatkan di sekolah sekarang ini, jauh lebih banyak dan berkali lipat lebih maju daripada kita dulu di tingkat yang sama.

Sekarang anak-anak sudah terbiasa berbahasa Inggris sejak Playgroup. Di TK mereka sudah terbiasa bermain komputer, belajar bahasa Mandarin dan matematika. Saya sendiri mengenal komputer waktu SMA. Sekarang anak2 SD sudah sangat terbiasa dengan komputer. Mereka di gembleng untuk di persiapkan menghadapi tantangan dan kompetisi yang jauh lebih besar daripada zaman kita sekarang ini. Luar biasa perkembangan kurikulum pendidikan sekarang ini.

Anak2  memiliki pola pikir dan pemahaman yang lebih cepat dibandingkan orang2 tua jaman dulu akibat luasnya media dapat di lihat dan di dengar.

Dari aspek rohani, tahun-tahun mendatang akan semakin jahat dan kotor. Pengajaran palsu yang tidak murni, ajaran bileam, seluk beluk iblis, dosa, cinta uang, nabi palsu akan bercampur baur dengan ajaran yang murni dan semua itu bisa di ajarkan di Gereja. Semua ini akan semakin hebat di hadapi oleh anak-anak sekolah minggu kita kelak.

Saya sungguh khawatir kalau pola ajar sekolah minggu kita sekarang ini tidak berbeda dengan pola 20-30 tahun yang lalu. Dulu ketika sekolah minggu, kita hanya datang, duduk dengar cerita, pulang dan selesai. Ketika sekolah minggu, kita selalu dituntun dan di dikte untuk berdoa mengikuti guru sekolah minggu dan menghafal ayat hafalan. Semua itu baik, tetapi untuk tantangan ke depan, anak2 kita tidak cukup hanya di bekali secara demikian.

Kalau anak-anak hanya di bekali secara demikian sementara perkembangan dunia jauh lebih pesat, maka akan dihasilkan orang-orang yang hanya terdidik secara ilmu pengetahuan, tetapi tidak secara kualitas rohani.

Saya tidak terlibat di sekolah minggu dan tidak mempunyai pengamatan yang baik di sini. Namun saya melihat ada satu kekurangan kita, yaitu kita MENGANGGAP REMEH ANAK-ANAK. Dalam arti kita beranggapan bahwa anak kecil tidak perlu diajar pelajaran rohani yang dalam, mereka masih kanak-kanak, belum rohani, cukuplah seperti ini dan itu saja. Pemikiran ini menghambat rencana Tuhan bagi anak-anak kita.

Tanpa harus menyamakan pengajaran kepada orang dewasa dan anak-anak, anak2 sekolah minggu sejak dini dapat di ajar untuk mulai mencintai Alkitab dan meluangkan waktu untuk membacanya setiap hari. Sejak kecil mereka bisa dilatih untuk mensharingkan pelajaran rohani apa yang mereka dapat dari Tuhan sepanjang minggu. Mereka dapat diajar untuk berbeban atas teman2 mereka, guru2 mereka dan lingkungan mereka. Merekapun dapat di latih untuk mencari kehendak Tuhan, mempelajari Alkitab dan membagikannya kepada teman2 sekolah minggu dalam bentuk renungan / khotbah singkat.

Pelajaran dasar seperti membaca Alkitab, berdoa setiap pagi,  Karakter Kristus, melangkah dengan iman, tuntunan Roh Kudus, kepekaan akan kehendak Tuhan mulai di tanamkan.

Saya percaya, Tuhan mempunyai percepatan rencana atas anak2 sekolah minggu kita. Waktunya sudah dekat, Dia hampir datang, kita harus cepat masak dan siap untuk di tuai.

Mungkin pihak2 yang berkompeten, guru2 sekolah minggu, bisa mendoakan dan memikirkan hal ini  lebih lanjut.

Tuhan memberkati.
 

Evylia Hardy's picture

@Hengky: bayangkan!

Hhhh, geregetan aku! ... Sori ya Pak Hengky, masih sebelll ni .... Barusan saya ketik komen plus share panjang lebar soal sm di bbrp gereja & di gereja saya tentunya. Eeeee,  trus komputernya errorrr, errorrrr Pak! Bayangkan ... wah lemes saya... Padahal baru sekali ini saya ngetik komen sepanjang itu lho, bener. Lain kali kapok ah. Pendek-pendek aja.

Ya intinya gereja2 yang sm-nya sudah bbrp langkah lebih maju silakan membimbing yang perlu dibantu. Sedangkan yang membutuhkan bimbingan ya tidak perlu malu-malu membuka diri untuk terus berkembang menjadi lebih baik dan lebih baik lagi. (stop, jangan panjang2, nanti error lagi)

Terimakasih karena Pak Hengky yang tidak terjun langsung di bidang ini tetap mendukung & memikirkan perkembangan anak2 sm kita.

Eha

__________________

eha

Purnawan Kristanto's picture

Berapa jam Sekolah Minggu?

Berapa jam anak-anak kita ikut Sekolah Minggu? Paling banter hanya 3 jam atau hanya 5,04%  dari waktu selama seminggu. Sisanya, adalah untuk bersekolah dan sebagian besar adalah waktu bersama keluarga. Dengan waktu sependek itu, apakah kita masih mengandalkan Sekolah Minggu untuk mendidik kerohanian anak kita? Justru keluarga yang lebih memegang peranan penting.

Bagaimana mungkin anak-anak memiliki kerinduan membaca Alkitab, berdoa setiap pagi, memiliki  karakter Kristus, melangkah dengan iman kalau hal tersebut tidak dijumpainya dalam keluarganya.

Jangan terlalu berharap banyak dari Sekolah Minggu.

 


“Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang berkomentar kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.”

Wawan

 

__________________

------------

Communicating good news in good ways

Yenti's picture

Setuju dengan Pak Pur...

Aku setuju dengan Pak Pur. Tanggung jawab seorang anak bukan terletak pada sekolah ataupun sekolah minggu, tetapi dalam keluarga itu sendiri.

Aku sendiri terlibat di sekolah minggu, dan pernah ada obrolan mengenai hal ini dari ibu-ibu yang mengantar anaknya saat di sekolah. Kebetulan anak-anaknya bersekolah pada sekolah swasta umum  ( maksudnya bukan sekolah Budha/ Islam/ Kristen ) di Jakarta.

Ibu ke-1 : "Anak g nakal banget neh berdua di rumah." ( Non kristen )

Ibu ke-2 :" Kalo gitu, bawa aja ke sekolah minggu, siapa tahu berubah setelah ke sekolah minggu. " - Kebetulan ibu ke-2 ini adalah seorang Kristen dan pernah jadi Guru Sekolah Minggu juga waktu aku kecil.

Setelah beberapa bulan lewat, Ibu ke-1 menceritakan perkembangan anaknya kepada ibu ke-2 : " Kok anak g masih tetap nakal aja yah ".. he..he..

Baik juga seh, tujuan seorang Ibu yang Non Kristen membawa anaknya ke gereja, karena berasumsi anak akan berubah setelah datang ke Sekolah Minggu akhirnya menambah Jiwa Baru, dan menjadi satu tantangan bagi setiap GSM agar mengetahui beratnya tanggung jawab dia sebagai seorang GSM karena harapan-harapan seperti itu.

Tapi, secara nyata, tanggung jawab bukanlah ada pada pundak GSM dan Guru Sekolah. Tanggungjawab murni tetap ada pada setiap orang tua dari anak-anak tersebut, yang pasti akan lebih mengetahui perkembangan dan pertumbuhan setiap anak-anaknya:)

erick's picture

Pelayanan Sekolah Minggu

Hi Hengky,

Pemikiran anda akan membuat ibu muda takut membawa anaknya kesekolah minggu. Yah,... sepertinya demikian. Seorang ibu muda akan menuntut seperti yang anda tuntut kepada mereka yang mengurus sekolah minggu dan terlebih pada guru sekolah minggu mengenai kompability pengajaran moral kristen di tengah kegilaan modernitas jaman bagi murid sekolah minggu.

silahkan baca tulisan dan pandangan saya, yang dianggap terlalu keras oleh seorang guru.

Kemudian saya mengerti mengapa anda sampai campur aduk ketakutan anda, harapan anda dan apa yang anda percayai. Karena anda tidak terlibat dalam pelayanan sekolah minggu dan karena itu tidak memiliki pengalaman mengenai apa yg anda khawatirkan.

 

__________________

Lord, when I have a hammer like YOU, every problem becomes a nail. =)

Evylia Hardy's picture

@Hengky: kapok lombok

Menatap bidang pelayanan kita dari kacamata pihak yg tdk terlibat langsung sangatlah menarik bagi saya. Kalau tampak indah, saya merasa dikuatkan dan berkata 'ayo teruskan ... tuh lihat buah-buahnya ... betapa membahagiakan!'. Kalau tampak suram, atau pekat sekalian, saya akan merenung. Apa betul begitu? Kalau iya ... ayo segera bertindak. Kalau tidak ... ayo cari tahu, kenapa bisa tampak begitu.

Pengembangan SM di satu gereja dg gereja yg lain tidaklah sama. Fasilitas beda, SDM beda, kebijakan pengembangan juga beda. Jangankan antargereja, antarcabang di satu gereja pun bisa berbeda-beda.

Sebagian kekhawatiran Pak Hengky memang merupakan kenyataan. Namun bukan berarti di semua tempat seperti itu. Seperti yang kita ketahui SM itu kompleks. Ambil satu contoh, guru-gurunya (yg paling mudah jadi sasaran tembak). Ditilik dari rentang usia saja sudah sangat beragam, mulai dari usia smp sampai oma-opa. Latar belakang pendidikan, latar belakang keluarga, karakter, dsb dst semua itu berpengaruh. Ada yg sdh mengajar sepenuh hati namun terbatas dlm hal kreativitas. Ada yang kaya ide namun lebih suka dikoleksi untuk mengembangkan kelasnya sendiri. Ada lagi yang punya potensi berkreasi tapi terganjal biaya untuk mewujudkannya (tdk semua gereja punya cukup alokasi dana u/ sm-nya, sering guru hrs merogoh dari kantong sendiri). Ya begitulah. Itu saja baru sebagian kecil.

Tapi tak perlu terlalu khawatir. Gereja tidak berdiam diri kok. Banyak upaya ditempuh untuk mengembangkan SM. Studi banding, pertukaran guru, bimbingan rohani, pelatihan, dsb sudah berjalan dg baik di beberapa gereja. Dan alangkah baiknya bila gereja-gereja bekerja sama agar kemajuan juga terjadi secara merata. Kiranya Tuhan yang empunya anak-anak memberkati segala upaya demi perkembangan rohani yang baik bagi anak-anak kita.

(ternyata aku nulis panjang 1x lagi yah. wah, kapoknya cuma kapok lombok!)

Eha

__________________

eha

Purnomo's picture

Sekolah Minggu, Sekolah Minggu.

 Hengky wrote:

Saya tidak terlibat di sekolah minggu dan tidak mempunyai pengamatan yang baik di sini. Namun saya melihat ada satu kekurangan kita, yaitu kita MENGANGGAP REMEH ANAK-ANAK.

Saya pernah mengupas fenomena ini dalam blog berjudul “Just a kid”.

Evylia Hardy wrote:

Tapi tak perlu terlalu khawatir. Gereja tidak berdiam diri kok.

Alangkah baiknya bila kata “Gereja” di sini berarti “jemaat”, yang berarti juga Hengky dan saya.

Sdr. Hengky, mudah-mudahan bukan karena membaca blog saya “Jangan menjadi Guru Sekolah Minggu” Anda menjadi “Saya tidak terlibat di sekolah minggu dan tidak mempunyai pengamatan yang baik di sini.” Mengapa tidak mencoba terlibat? Ambil bagian yang mudah saja yang tidak membuat kening berkerut. Misalnya, membantu mengabsen anak, atau memainkan gitar mengiringi mereka menyanyi, atau membawakan majalah-majalah rohani anak untuk dipinjamkan kepada anak-anak Sekolah Minggu. Atau mengunduh artikel-artikel di situs Pepak saudara kandung situs Sabdaspace ini yang dikhususkan untuk Sekolah Minggu, kemudian digandakan lewat fotocopy, dan dibagikan kepada guru-guru SM di gereja Anda.

Jika Anda tidak bisa terlibat dalam kegiatan pelayanan ini padahal Anda ingin sekali, mintalah Tuhan memberi peluang dan ketrampilannya.

Waktu saya bosan menyanyikan lagu-lagu SM, saya minta dari Tuhan ketrampilan membuat lagu. Mengherankan! Tuhan mengabulkan permintaan saya sehingga saya bisa membuat beberapa lagu baru dan sebuah Operet Natal Anak yang telah saya posting di situs ini agar saya lepas dari bujukan teman untuk mengkomersialkan.

Ayo, masuklah ke Sekolah Minggu karena pelayanan di Sekolah Minggu bukan sesuatu yang remeh.

Salam.